Jakarta, CNBC Indonesia - Kejatuhan pasar kripto hingga menyebabkan krisis membuat banyak perusahaan kripto menghadapi berbagai macam masalah, mulai dari krisis keuangan, likuiditas, bahkan terparah yakni hingga bangkrut.
Beberapa perusahaan penerbit kripto pun telah mengajukan kebangkrutan, bahkan sudah diklaim bangkrut. Adapun perusahaan tersebut yakni crypto lending Voyager Digital dan Celsius Network.
Voyager menyatakan diri mereka bangkrut pada Selasa (5/7/2022) lalu. Hal itu dinyatakan lewat satu dokumen yang mereka kirimkan kepada otoritas di Distrik Selatan New York, karena mereka juga beroperasi di wilayah hukum Amerika Serikat (AS).
Voyager mengungkapkan, bahwa mereka memiliki lebih dari 100 ribu kreditur (pihak pemberi pinjaman) dan aset bernilai antara US$ 1 miliar dan US$ 10 miliar.
"Kisaran besaran sama untuk kewajiban kami kepada kreditur dan dana akan tersedia untuk diserahkan kepada kreditur tanpa jaminan," tertera pada dokumen itu.
Voyager adalah perusahaan penerbit kripto ternama dan besar pertama yang menyatakan diri telah bangkrut akibat lesunya pasar kripto secara global.
 Foto ilustrasi harga kripto berguguran (CNBC Indonesia) |
Menurut pengamat kripto, Frances Coppola, nilai pinjaman Voyager mencapai hampir separuh dari total aset yang dimilikinya. Mirisnya, hampir 60% dari pinjaman itu adalah pinjaman kepada Three Arrows Capital (3AC), sebuah perusahaan dana lindung nilai (hedge fund) kripto asal Singapura.
Buku pinjaman Voyager menyumbang hampir setengah dari total asetnya, dan hampir 60% dari buku pinjaman itu terdiri dari pinjaman kepada 3AC.
Selain Voyager, terbaru, Celsius Network juga telah mengajukan kebangkrutannya pada Jumat lalu. Berdasarkan laporan Decrypt, pengajuan kebangkrutan Bab 11 dari Celsius menunjukkan adanya kewajiban perusahaan yang melebihi aset.
Tak tanggung-tanggung, kewajiban tersebut nilainya sebesar US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 17,94 triliun (asumsi kurs Rp 14.950/US$), dari pengurangan total utang sebesar US$ 5,5 miliar (Rp 82,23 triliun) dengan total aset yang hanya sebesar US$ 4,3 miliar (Rp 64,29 triliun).
Total aset tersebut telah dikurangi dari langkah Celsius yang telah melunasi tiga pinjaman besar dari protokol desentralized finance (DeFi) yakni Aave, Maker dan Compound.
Kewajiban minus tersebut pada akhirnya membawa perusahaan kripto tersebut ke dalam kebangkrutan. Ini juga penyebab mengapa CEO bursa kripto FTX, Sam Bankman-Fried enggan untuk membuat kesepakatan dengan Celsius.
Sebelumnya, perusahaan telah membekukan seluruh layanan, seperti penarikan dan deposit, guna menstabilkan internal perusahaan, yang dirasa telah gagal dengan hadirnya pengajuan kebangkrutan ini.
Selain itu, pengarsipan tersebut juga menyebutkan Symbolic Capital Partners sebagai kreditur aman terbesarnya. Diketahui, perusahaan tersebut memiliki 2.000 ETH, senilai sekitar US$23 juta, yang menjadi semacam jaminan.
Setelah Voyager dan Celsius yang sudah terlebih dahulu mengalami kebangkrutan, beberapa perusahaan penerbit kripto juga terancam bangkrut akibat pasar kripto yang tak kunjung bangkit.
Memang beberapa pengamat masih memperkirakan bahwa efek domino kejatuhan kripto dan bangkrutnya beberapa perusahaan kripto cukup besar dan masih sulit diprediksi.
Namun, pengakuan dari perusahaan likuiditas dan masalah penarikan memberi pengamat sejumlah petunjuk kuat tentang perusahaan kripto mana lagi yang akan tumbang akibat crypto crash.
Untungnya, tinjauan dari informasi publik yang tersedia menunjukkan bahwa gambarannya tidak seputus asa seperti yang diperkirakan beberapa orang, dengan setidaknya beberapa perusahaan bermasalah mengambil langkah dalam beberapa hari terakhir untuk memperbaiki posisi mereka masing-masing.
Pada saat yang sama, meskipun setidaknya beberapa bursa atau platform lainnya kemungkinan besar akan gagal, banyak di antaranya tetap relatif kecil, dan mungkin tidak berdampak besar pada harga atau industri lainnya jika gagal.
Menggarisbawahi keseriusan situasi, Sam Bankman-Fried memperingatkan bahwa situasi saat ini mungkin lebih buruk daripada yang disadari kebanyakan orang.
"Ada beberapa bursa tingkat ketiga yang diam-diam sudah bangkrut," katanya kepada Forbes.
Faktanya, selain Voyager dan Celsius yang sudah benar-benar bangkrut karena mereka telah mengajukan perlindungan kebangkrutan, ada kemungkinan besar bahwa lebih dari beberapa platform dan perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban mereka pada saat ini.
Berikut ini perkiraan perusahaan kripto yang berpotensi bangkrut.
1. CoinFLEX
Pertukaran berbasis di Seychelles yang menghentikan penarikan di bursa pada Juni lalu, setelah salah satu pelanggan, yang kemudian berubah menjadi Roger 'Bitcoin Jesus' Ver, gagal memenuhi margin call yang besar dengan totalnya mencapai US$ 87 juta (Rp 1,3 triliun).
CoinFLEX pun mengeluarkan token utang, rvUSD, sebagai upaya untuk mengumpulkan uang demi menutupi kerugiannya.
Kemungkinan CoinFLEX berada dalam posisi yang serius, karena Roger Ver menolak untuk membayar apa yang diklaim oleh pertukaran yang dia miliki, dengan alasan bahwa kedua belah pihak telah sepakat bahwa CoinFLEX tidak akan melikuidasi posisi panjang yang dia buka.
Terlepas dari keseriusan kesulitannya, baru-baru ini CoinFLEX mengklaim akan melanjutkan pemrosesan seputar penarikan, dengan asumsi penjualan token berhasil.
2. Vauld
Platform perdagangan dan pinjaman kripto yang berbasis di Singapura tersebut juga mengikuti langkah Celsius yakni menghentikan penarikan pada awal bulan ini, dengan alasan "kombinasi keadaan seperti kondisi pasar yang bergejolak, kesulitan keuangan mitra bisnis utama kami yang pasti mempengaruhi kami, dan iklim pasar saat ini."
Bahkan, kepala keuangannya yakni Jatin Mazalcar meninggalkan perusahaan beberapa hari kemudian.
Vauld sebenarnya telah mengajukan perlindungan kebangkrutan di Singapura, yang berarti pada dasarnya sudah bangkrut. Meskipun hal ini dilakukan untuk melindungi perusahaan dari klaim selama enam bulan, sepertinya itu akan diakuisisi oleh Nexo, sambil menunggu negosiasi.
3. KuCoin
Bursa kripto yang berbasis di Seychelles, tunduk pada rumor bahwa itu telah menjadi bangkrut, sebagian besar sebagai akibat dari kejatuhan token Terra Luna dan 3AC.
Tetapi, desas-desus ini telah dibantah oleh manajemen KuCoin. Tetapi, penolakan ini tidak menghentikan spekulasi lebih lanjut yang muncul bahwa bursa berencana untuk memangkas karyawannya. Token asli KuCoin, yakni KCS pun telah turun 40% selama sebulan terakhir.
Mengingat kurangnya bukti yang mendukung klaim masalah kepailitan atau likuiditas dan mengingat tidak adanya pembekuan penarikan, sulit untuk yakin bahwa KuCoin menghadapi ancaman kehancuran yang nyata.
4. BlockFi
Platform pinjaman kripto lainnya, yakni BlockFi tampaknya telah mengalami kesulitan keuangan sebagai akibat dari pinjaman kepada 3AC.
Namun, ia menerima bantuan dana dalam bentuk fasilitas kredit senilai US$ 250 juta (Rp 3,74 triliun) dari FTX, yang juga menandatangani kesepakatan pada 1 Juli yang memberinya opsi untuk mengakuisisi platform, bersama dengan kredit US$ 150 juta (Rp 2,24 triliun) lainnya.
BlockFi juga telah memangkas pekerjanya, sementara investor swasta telah menandai waran untuk saham BlockFi sebagai tidak berharga, dengan waran tersebut (yang memberikan hak untuk membeli saham swasta) telah dihargai US$ 67 baru-baru ini pada April lalu.
Meski ada ancaman kebangkrutan, tetapi FTX serius untuk menyelamatkan BlockFi dari kehancuran. Tetapi, jika krisis kripto makin parah, bukan hal mungkin BlockFi juga tidak mampu bertahan.
TIM RISET CNBC INDONESIA