Saat Xi Jinping Bikin Jack Ma & Pony Ma Cs Ketar-ketir
Jakarta, CNBC Indonesia - Seperti tak kenal lelah pemerintah China di bawah presiden Xi Jinping melancarkan serangan bertubi-tubi pada perusahaan teknologi sejak beberapa waktu terakhir. Regular setempat tak pilih kasih bahkan bagi raksasa teknologi Alibaba milik Jack Ma dan Tencent yang didirikan Pony Ma.
Lalu apa yang mendasarinya? Ini bermula dari Presiden Xi Jinping ternyata memiliki fokus pada ketidaksetaraan sejak memimpin China tahun 2012. Misalnya pada 23 November 2015 dia merekomendasikan buku Capital in the Twenty First Century oleh Thomas Piketty seorang Ekonom asal Perancis.
Saat itu, buku Piketty soal ketidaksetaraan dibicarakan di seluruh dunia. Perhatian Xi Jinping atas hal ini juga membuat beberapa orang terkejut.
Sementara itu ledakan di bidang manufaktur dan teknologi memungkinkan sedikit orang di China mengumpulkan kekayaan dengan jumlah besar. Misalnya Pony Ma yang diperkirakan memiliki kekayaan US$ 43 miliar (Rp619,4 triliun) dan US$41 miliar (Rp590,5 triliun) yang dimiliki Jack Ma.
Namun situasi berubah saat pemerintah akhirnya melakukan serangan hampir tiap hari khususnya pada raksasa teknologi yang memiliki pengaruh melewati daratan Asia.
Tercatat sejak Februari, US$1 triliun hilang dari valuasi perusahaan China. Index Nasdaq Golden Dragon, yang melacak sekitar 250 perusahaan China terdaftar di New York, turun lebih 50% dari puncak pada Februari.
Dengan langkah berani Xi Jinping, semua investor bertanya apa lagi yang akan ada di depan? Nampaknya Xi Jinping akan memilih untuk negaranya bisa makmur bersama.
"Di bawah Mao Zedong, semua orang di China miskin. Di bawah Deng Xiaoping, orang-orang mengingat slogan 'menjadi kaya itu mulia', namun dia juga mengatakan pada akhirnya China harus mencapai kemakmuran besama," kata Yang Li, peneliti China di Paris School of Economics' World Inequality Lab, dilaporkan The Guardian dan dikutip CNBC Indonesia, Selasa (24/8/2021).
Dia menambahkan,"Sekarang China mencapai status berpenghasilan menengah, Xi (Jinping) berpikir ini waktunya untuk menyampaikan bagian terakhir dari mantra Deng Xiaoping: untuk mencapai kemakmuran bersama".
Namun strategi itu punya agenda lain. Yakni untuk menopang dukungan masyarakat pada partai agar punya kekuasaan yang berkelanjutan.
(roy/roy)