Vaksin BCG Disebut Bisa Untuk Covid-19, Harapan Bagi Manusia?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
12 October 2020 16:01
A worker inspects vials of SARS CoV-2 Vaccine for COVID-19 produced by SinoVac at its factory in Beijing on Thursday, Sept. 24, 2020. A Chinese health official said Friday, Sept. 25, 2020, that the country's annual production capacity for coronavirus vaccines will top 1 billion doses next year, following an aggressive government support program for construction of new factories. (AP Photo/Ng Han Guan)
Foto: AP/Ng Han Guan

Jakarta, CNBC Indonesia - Lebih dari 37 juta orang dan 1 juta nyawa umat manusia terenggut akibat pandemi Covid-19. Namun sampai saat ini vaksin yang ampuh untuk membentengi manusia dari patogen ganas tersebut belum ditemukan. 

Meski belum ditemukan semua pihak baik pemerintah, swasta, hingga institusi riset serta akademisi bekerja sama untuk mewujudkan vaksin penangkal Covid-19 dan mengembalikan kehidupan normal seperti sediakala.

Berbagai upaya terus diupayakan agar vaksin yang efektif dan aman segera tersedia dan mengakhiri mimpi buruk umat manusia abad ini. Lebih dari 35 kandidat vaksin saat ini sedang berada di fase uji klinis. 

Kandidat vaksin-vaksin tersebut dikembangkan untuk menarget SARS-CoV-2, virus ganas penyebab Covid-19 secara spesifik. Namun baru-baru ini Reuters melaporkan bahwa Inggris juga akan melakukan uji vaksin untuk tuberculosis kepada para pekerja medisnya yang berada di garda terdepan medan perang melawan pandemi.

Vaksin tersebut bernama BCG atau Bacillus Calmette Guerin. Menurut Profesor John Campbell dari University of Exeter Medical School vaksin tersebut menunjukkan karakteristik proteksi kekebalan tubuh yang umum sehingga berpotensi untuk memberikan perlindungan terhadap Covid-19 juga. 

"Kami ingin mengetahui apakah vaksin BCG bisa melindungi orang yang berisiko terjangkit Covid-19. Jika demikian, kita bisa menyelamatkan banyak nyawa dengan memberikan atau menambah vaksin yang sudah tersedia dan hemat biaya ini" ungkap Campbell mengutip Reuters. 

Uji vaksin BCG untuk Covid-19 ini dilatarbelakangi oleh banyaknya penelitian yang menyebutkan bahwa vaksin ini bisa memberikan perlindungan terhadap berbagai penyakit yang menyerang sistem pernapasan. Banyak uji terhadap hewan model menunjukkan hasil yang positif.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Spencer dkk yang dipublikasikan di Journal Infectious Disease 1977 silam, vaksin BCG dilaporkan dapat menurunkan titer (jumlah) virus influenza A pada tikus yang diinjeksi vaksin. 

Kemudian dua penelitian berbeda yang dilakukan oleh Wardhana, dkk (2011) dan Ohrui, dkk (2005) menyebut bahwa vaksinasi BCG kepada orang tua terbukti mampu menurunkan tingkat infeksi risiko terjadinya pneumonia. 

Leentjens dalam penelitiannya yang dipublikasikan dalam Journal Infectious Disease lima tahun silam melaporkan bahwa vaksinasi BCG sebelum vaksinasi influenza A pada orang yang sehat terbukti mampu menghasilkan respons antibodi terhadap influenza A (H1N1) yang lebih kuat dibanding kelompok kontrol (placebo).

Beberapa penelitian telah menunjukkan adanya perlindungan BCG terhadap infeksi saluran pernapasan yang baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Efek perlindungan yang sebanding dari BCG pada infeksi saluran pernafasan ditunjukkan pada populasi lansia di Indonesia.

Uji klinis prospektif yang dilakukan di Jepang telah menunjukkan vaksin BCG untuk melindungi dari pneumonia pada populasi lansia yang negatif tuberkulin. Uji coba terkontrol secara acak telah menunjukkan bahwa vaksin BCG memiliki efek imunomodulator untuk melindungi sebagian dari infeksi saluran pernapasan.

Di Afrika Selatan, BCG mengurangi infeksi saluran pernapasan sebesar 73% pada remaja. Dalam uji coba terkontrol plasebo secara acak, vaksinasi BCG menunjukkan penurunan yang signifikan terhadap viremia pada infeksi eksperimental yellow fever virus. 

Penelitian di atas lebih banyak membahas dampak vaksin BCG terhadap penyakit saluran pernapasan yang beragam. Lantas bagaimana dengan Covid-19?

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa negara-negara tanpa program vaksinasi masal BCG seperti Italia dan Amerika Serikat (AS) terdampak lebih parah ketimbang negara-negara yang menerapkan kebijakan vaksinasi masal BCG. 

Otu dkk (2020) menyebut bahwa vaksinasi BCG tersebut dapat menurunkan tingkat kematian akibat Covid-19. Negara dengan cakupan vaksinasi BCG yang tinggi telah menunjukkan insiden Covid-19 yang lebih rendah.

Penelitian Ozdemir dkk (2020) menunjukkan bahwa populasi yang telah divaksinasi BCG mengalami infeksi yang lebih ringan dan tingkat kematian yang lebih rendah ketimbang pada populasi yang tidak divaksinasi.

Sejauh ini terbukti bahwa negara-negara yang lebih rentan terkena SARS-CoV-2 tidak mengadopsi kebijakan universal vaksinasi BCG seperti Italia dan Spanyol. 

Apabila melihat penelitian-penelitian di atas maka tampak ada harapan bahwa vaksin BCG dapat digunakan untuk Covid-19. Namun bagaimana respons dari otoritas kesehatan global sendiri dalam hal ini WHO?

Dalam skenario saat ini, WHO tidak merekomendasikan vaksinasi BCG untuk pencegahan Covid-19. Curtis dkk telah menjelaskan alasan mengapa penting untuk mematuhi rekomendasi WHO mengenai penggunaan vaksinasi BCG hanya untuk uji coba Covid-19 sampai hasilnya lengkap.

Pertama, tidak ada bukti kuat mengenai efektivitas BCG terhadap Covid-19. Menurut WHO, studi yang menunjukkan korelasi antara vaksinasi BCG dan perlindungan Covid-19 sangat tergantung pada data demografi nasional, tingkat pengujian, beban penyakit, dan tahap pandemi sehingga dikhawatirkan bias dalam pengambilan kesimpulan.

Kedua, pasokan vaksin BCG terbatas, dan penggunaan yang tidak selektif dapat mempengaruhi pasokan vaksinasi rutin untuk anak-anak di negara yang berisiko tinggi terhadap tuberculosis (TB). 

Ketiga, vaksin BCG yang diberikan selama masa kanak-kanak kecil kemungkinannya akan efektif untuk melindungi Covid-19 di usia dewasa.

Keempat, jika vaksinasi BCG dilakukan untuk Covid-19, ini dapat menimbulkan rasa kekebalan yang salah, dan terakhir adalah kemungkinan peningkatan regulasi kekebalan tubuh yang hanya memperburuk keparahan infeksi Covid-19 oleh BCG.

Pertimbangan-pertimbangan di atas tentu saja tidak dapat dikesampingkan. Oleh karena itu pada akhirnya tetap berhati-hati dan tidak tergesa-gesa adalah sikap yang bijak untuk memastikan bahwa vaksin yang tersedia nantinya efektif, aman dan bisa memberikan proteksi jangka panjang atau setidaknya cukup panjang.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Banyak Orang AS Parno Vaksinasi Covid-19, Ada Apa Gerangan?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular