Bukan Cuma Vaksin, Ternyata RI Uji Klinis 'Obat' Covid-19

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
12 October 2020 14:17
Bambang Brodjonegoro, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Bambang Brodjonegoro, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia- Pemerintah Indonesia memulai uji klinis fase satu terapi plasma convalescent untuk pengobatan Covid-19. Bila berhasil, terapi ini bisa menjadi andalan untuk mengobati Covid-19, sampai obat lainnya ditemukan.

"Kami melaporkan mengenai yang sudah melakukan uji klinik fase satu. Dimana di dalam uji klinik fase satu itu tidak ditemukan efek samping yang serius dari terapi tersebut," ujar Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi, Bambang Soemantri Brodjonegoro, dalam konferensi pers di Kantor Kepresidenan Senin (12/10/2020).

Dia menjelaskan dalam uji klinis tersebut bila ada kejadian kematian, bukan karena kegagalan terapi, tetapi karena memang penyakit bawaan yang sangat berat. "Karena itu rekomendasi yg dikeluarkan dari uji klinis tahap pertama yaitu terapi ini sebaiknya diberikan kepada pasien kategori sedang. Jangan diberikan kepada pasien kategori berat," ujarnya.

Plasma convalescent merupakan salah satu terapi penyembuhan dengan pemberian plasma darah dari orang yang telah sembuh ke pasien lainnya yang dalam masa pengobatan untuk penyakit infeksi yang sama.

Plasma darah dari orang yang telah sembuh diperkirakan dapat membantu melawan SARS-CoV-2 karena memiliki antibodi yang telah dibentuk oleh pasien sembuh tersebut. Lembaga Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat telah merekomendasikan terapi transfer plasma ini mengingat tingkat keberhasilan yang cukup tinggi di China.

Lebih lanjut Bambang menjelaskan bahwa Lembaga Biologi Molekular Eijkman sedang mengerjakan metode pengecekan kadar antibodi spesifik dari covid-19, yang muncul baik dari donor plasma covid19, maupun nanti ketika vaksinasi dilakukan. Metode Elisa ini bisa mengukur apakah setelah divaksinasi seseorang itu bisa mengeluarkan antibodi.

Dalam kesempatan tersebut, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengingatkan jangan sekali-kali meremehkan Covid-19 karena sudah lebih dari 37 juta orang tertular di seluruh dunia. Dia juga meminta setiap orang untuk selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan, yakni #pakaimasker, #jagajarak, dan #cucitanganpakaisabun.

"Disiplin 3M itu tak sebanding dengan perjuangan dokter dan tenaga kesehatan dalam merawat pasien Covid-19," ujar Doni.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article WHO Buka-bukaan Kenapa Pandemi Covid-19 Belum Berubah Endemi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular