
Harga Swab Test Corona Mandiri Mahal, Ternyata Ini Sebabnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejauh ini tes swab PCR masih banyak digunakan sebagai standard deteksi Covid-19 di banyak negara, termasuk di Indonesia. Tes PCR Covid-19 memang jauh lebih sensitif dan akurat ketimbang rapid test, tetapi biayanya jauh lebih mahal.
Secara umum biaya rapid test berada di kisaran Rp 150 ribu - Rp 450 ribu. Sementara untuk tes swab PCR harganya bisa mencapai Rp 1,2 juta - Rp 1,6 juta. Ya, bisa sampai 10 kali lipatnya.
Pada dasarnya rapid test digunakan untuk mendeteksi keberadaan antibodi di tubuh seseorang. Ketika antibodi tersebut ditemukan berarti orang tersebut dinyatakan pernah terinfeksi patogen atau dalam kasus ini virus corona.
Namun kelemahannya adalah, antibodi secara umum baru diproduksi oleh tubuh seseorang rata-rata satu sampai dua minggu pasca infeksi. Artinya jika rapid test dilakukan pada hari ke lima di mana antibodi belum terdeteksi sedangkan orang tersebut sebenarnya terinfeksi virus tetapi tanpa gejala (OTG) maka hasilnya akan berujung pada false negative.
Hal ini berbeda dengan tes swab PCR yang mendeteksi keberadaan materi genetik virus secara langsung yaitu RNA. Namun tes swab PCR jauh lebih rumit dan kompleks untuk dilakukan tidak seperti rapid test yang portable. Ini lah yang membuat tes swab menjadi mahal.
Untuk melakukan tes swab ada berbagai komponen yang harus disiapkan. Pertama tentu sampelnya sendiri. Namun untuk mengambil sampel dari hidung (nasofaring) dan tenggorokan (orofaring) membutuhkan medium atau yang dikenal dengan Viral Transport Medium (VTM).
Selain itu untuk mendeteksi keberadaan materi virus melalui materi genetiknya dibutuhkan reagen kimia serta alat-alat lain termasuk mesin PCR sendiri yang sering disebut sebagai thermal cycler.
Laboratorium deteksi pun tidak bisa sembarangan. Mengingat ini pandemi yang berbahaya, laboratorium uji juga harus sesuai dengan standard keamanan yang ditetapkan. Artinya tes swab tidak dapat dilakukan on site ketika sampling di suatu tempat, kecuali orang tersebut datang sendiri ke klinik atau rumah sakit yang memiliki fasilitas.
Tes swab PCR juga melibatkan tenaga medis yang juga harus dipersenjatai dengan APD lengkap agar aman. Ini semua tentunya butuh ongkos yang tidak sedikit. Sampai di sini artinya ada setidaknya tiga komponen yang harus tersedia ketika tes swab PCR dilakukan.
Pertama adalah komponen alat dan bahan (sampel, reagen, tabung), personel serta logistik dan infrastruktur (transportasi jika dilakukan di luar lab, laboratorium, mesin PCR, hingga unit penanganan limbahnya).
Ketiga komponen di atas tentunya memiliki ongkos yang tidak murah. Ambil contoh saja VTM. Di beberapa platform e-commerce Tanah Air yang menyediakan VTM mematok harganya di atas Rp 3.000.000/unit yang berisi 50 pcs swab dan tabung serta medium untuk virusnya.
Coba dihitung secara sederhana saja, jika satu orang diambil dua sampel maka 1 kit tersebut bisa untuk 25 orang. Artinya ongkos per orangnya sendiri sudah Rp 120.000. Itu baru VTM saja. Belum bahan kimia yang digunakan untuk melakukan reaksi PCR.
Kemudian untuk infrastrukturnya sendiri, pengadaan mesin PCR untuk jenis real time yang digunakan untuk deteksi Covid-19 harganya berkisar di rentang US$ 15.000 - US$ 90.000.
Asumsi kurs Rp 14.800/US$, maka harga per unitnya bisa mencapai Rp 222 juta - Rp 1,33 miliar. Semua ini tergantung spesifikasi dan performa mesin PCR-nya sendiri. Semakin tinggi harga maka semakin canggih pula alatnya.
Dari tiga komponen tersebut saja sudah dapat dilihat betapa mahalnya ongkos untuk melakukan tes swab itu. Sedihnya lagi, komponen-komponen tersebut mayoritas diimpor dari luar negeri. Ini lah yang membuatnya semakin mahal.
Testing merupakan bagian penting yang tak bisa dipisahkan dalam penanganan pandemi. Semakin banyak testing yang dilakukan maka akan semakin terlihat seberapa banyak dari populasi yang terjangkit Covid-19.
Data tersebut pada akhirnya bisa menunjang pemerintah untuk mengambil kebijakan yang tepat. Namun sekarang opsinya susah. Ingin akurat tetapi mahal dan tidak praktis, sementara yang murah ada dan praktis tapi tak sensitif. Hal ini yang membuat dilema tak hanya Indonesia tetapi juga negara lain terutama yang populasinya besar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/roy) Next Article Tak Cuma di RI, Harga Tes Swab di Negara Lain juga Selangit!