Masih Bingung Baca Hasil Tes Covid-19? Begini Lho Caranya!

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
02 October 2020 16:08
Tenaga kesehatan menggunakan alat pelindung diri (APD) mengambil sampel darah dengan metode swab test di GSI Lab (Genomik Solidaritas Indonesia Laboratorium), Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu (30/9/2020). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Untuk memutus rantai penularan Covid-19, Genomik Solidaritas Indonesia (GSI Lab) membuka laboratorium tes PCR berstandar Biosafety Level (BSL) 2+. 

Laboraturium GSI Lab dirancang untuk memberikan pelayanan tes PCR yang tidak hanya bersekala masif, namun jugamemberikan hasil tes yabg cepat sehinggal hasil tes dapat diakses pada hari yang sama atau setidaknya H+1 (setelah tes).  

Untuk pasien drive thru sehari bisa 500 orang sedangkan SCR 5000 sempel perharinya.  (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Swab Test Covid-19 (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saat ini ada dua tipe tes yang digunakan untuk mendeteksi apakah seseorang terjangkit Covid-19 atau tidak. Kedua tes tersebut adalah rapid test yang mendeteksi antibodi dan tes swab PCR. Setiap tes memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing.

Rapid test atau tes cepat adalah metode deteksi Covid-19 menggunakan sampel darah yang digunakan untuk melihat keberadaan antibodi. Dalam imunologi, antibodi berperan layaknya senjata tubuh yang berperan dalam melawan patogen penyebab penyakit.

Keberadaan antibodi dalam darah mengindikasikan bahwa orang tersebut telah terjangkit suatu penyakit, dalam hal ini Covid-19. Namun tes ini seringkali tidak akurat dalam hal menentukan apakah seseorang benar-benar terjangkit Covid-19. 

Pasalnya antibodi baru bisa dihasilkan oleh tubuh setelah seminggu atau dua minggu pasca infeksi. Artinya jika seseorang yang baru awal terjangkit dan tak menunjukkan gejala, maka akan sangat besar kemungkinan hasil rapid test-nya menunjukkan non-reaktif. 

Fenomena ini disebut sebagai false negative, di mana seharunsya orang tersebut positif terjangkit Covid-19, tetapi hasil tesnya menunjukkan sebaliknya.

Berbeda dengan rapid test yang menggunakan sampel darah, tes swab PCR menggunakan sampel swab yang berasal dari hidung (nasofaring) dan tenggorokan (orofaring). Tes swab PCR dinilai lebih sensitif dan akurat karena yang dideteksi langsung adalah virusnya, lebih tepatnya adalah materi virus berupa RNA.

Namun tes swab PCR Covid-19 tidak praktis dan portabel. Bahkan harganya mahal. Untuk satu kali tes di Indonesia, seorang harus merogoh kocek di atas Rp 1 juta, berbeda dengan rapid test yang hanya butuh Rp 150 ribu - Rp 450 ribu.

Selain mahal dan tidak praktis, tes swab PCR juga tidak dapat digunakan untuk menentukan apakah seseorang tersebut pernah terjangkit Covid-19 atau tidak jika hasilnya menunjukkan negatif.

Untuk mendapatkan hasil yang komprehensif maka kedua tes biasanya digabung. Jika pada tes swab PCR hasilnya negatif, begitu juga hasil rapid test untuk antibodi jenis igM dan igG non-reaktif maka orang tersebut dinyatakan tak mengidap Covid-19. Namun harus tetap waspada. 

Berdasarkan berbagai publikasi ilmiah, antibodi igM dan igG ada yang muncul secara bersamaan. Namun banyak juga penelitian yang menunjukkan bahwa igM muncul lebih dulu dibanding igG sehingga hal ini bisa menjadi indikator fase seseorang ketika positif terjangkit Covid-19.

Berikut CNBC Indonesia rangkumkan untuk pembaca tabel cara membaca dan menginterpretasi hasil tes Covid-19 menggunakan swab PCR dan rapid test antibodi :

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/roy) Next Article Harga Swab Test Corona Mandiri Mahal, Ternyata Ini Sebabnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular