Grab dan Gojek Merger, Orang Kuat Ini Beri Restu

Roy Franedya, CNBC Indonesia
15 September 2020 07:10
Penentuan tarif Ojek Online (CNBC Indonesia/Tias Budianto)
Foto: Penentuan tarif Ojek Online (CNBC Indonesia/Tias Budianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dua super app Asia Tenggara, Grab dan Gojek dilaporkan melanjutkan kembali pembicaraan merger (penggabungan usaha) atas perintah pemegang saham termasuk SoftBank, setelah orang kuat Masayoshi Son merestui aksi korporasi tersebut.

Diskusi dilakukan karena kondisi kerugian perusahaan yang membengkak dampak pandemi virus Corona Covid-19, di mana sejumlah negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia dilakukan pembatasan bisnis ride-hailing.

Menurut seorang pialang pasar sekunder, saham Grab kini telah diperdagangkan dengan diskon 25%. Saham Gojek juga dijual dengan diskon besar, terutama dari pemegang saham lama yang ingin keluar dari perusahaan. Saat ini valuasi Grab ditaksir menyentuh US$14 miliar dan Gojek US$10 miliar.

Hingga berita ini diturunkan baik Grab, Gojek, dan SoftBank menolak memberikan komentar tentang kemungkinan potensi merger, seperti dikutip dari Financial Times, Selasa (15/9/2020).

Menurut Asad Hussain, analis dari perusahaan riset PitchBook, model bisnis ride-hailing secara global sedang tertekan dan semua ini membuat konsolidasi lebih memungkinkan.

"Merger dapat secara signifikan mempercepat jalur Grab dan Gojek menuju profitabilitas," ujarnya.

Rashan Raj dari perusahaan konsultan Redseer mengatakan sebelum Covid-19, kedua startup decacorn ini telah bergerak menuju monetisasi yang lebih baik seperti menaikkan komisi yang ditarik dari driver (pengemudi) dan mengurangi subsidi pelanggan.

"Covid-19 mengganggu tren ini secara material. Kebangkitan ride-hailing bisa memakan waktu lama, "tambahnya.

Sebelumnya, pembicaraan merger Grab dan Gojek pada enam bulan lalu mendapat tentangan dari Softbank, salah satu pemegang saham terbesar Grab. Masayoshi Son percaya waktu itu bisnis ride-hailing akan menjadi industri monopoli di mana mereka yang paling banyak uang akan menguasai pasar, ujar orang yang dekat dengan miliuner Jepang tersebut.

Tapi Gojek, yang investornya termasuk grup internet China Tencent dan Meituan-Dianping dan baru-baru ini Facebook dan PayPal Silicon Valley, telah terbukti tangguh, terutama di Indonesia.

Di Indonesia, Gojek mendapat dukungan politik. Pendirinya Nadiem Makarim adalah seorang menteri, yang berarti bisa lebih maksimal dalam kesepakatan apa pun. "Gojek adalah tim tuan rumah dan pemerintah mendukung orang lokal," kata salah satu investor di perusahaan tersebut.

Kesepakatan apa pun juga dapat dicermati oleh regulator dalam hal pengaruhnya terhadap pekerjaan mengingat latar belakang ekonomi yang buruk, bahkan jika beberapa investor di kedua perusahaan percaya bahwa pejabat antitrust kurang fokus pada pertimbangan kompetitif daripada di masa lalu.

"Pada saat banyak ekonomi sedang berjuang, merger tidak mungkin mendapatkan restu dari regulator mengingat kemungkinan akan banyak dipangkas [karyawan]," kata Kenny Liew, seorang analis teknologi di Fitch Solutions.

[Gambas:Video CNBC]




(roy/sef) Next Article Siapa Orang Kuat yang Restui Merger Grab dan Gojek?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular