
Kiamat Kartu Debit dan Kartu Kredit, Inikah Buktinya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Popularitas uang elektronik atau dompet digital (e-money) seperti GoPay, OVO dan LinkAja kian meningkat dan semakin banyak digunakan. Inikah kiamat bagi kartu debit dan kartu kredit?
Direktur Informatika Technology Bank Mandiri, Rico Usthavia Frans mengatakan kemungkinan pembayaaran berbasis kartu, seperti debit card atau credit card akan usang dan ditinggalkan oleh banyak masyarakat di Indonesia.
Pasalnya, berdasarkan data pada 2019 saja misalnya, masyarakat Indonesia hanya menggunakan ATM Card sebanyak kurang lebih sekitar 6.980. Sementara penggunaan credit card tercatat 17.487.
Kemudian penggunaan ATM plus Debit Card sebanyak 174.445. Dan penggunaan uang elektronik yang bukan dari non bank sebanyak kurang lebih 292.299.
![]() |
"Kalau kita bandingkan pembayaran ATM, transaksi ATM plus debit card, ini cenderung flat ATM card, credit card juga flat. ATM plus debit card card memang naik, tapi sekarang disalip dengan uang elektronik," jelas Rico dalam sebuah diskusi virtual, seperti dikutip Selasa (28/7/2020).
Melejitnya transaksi uang elektronik itu kendati demikian bukan berasal dari perbankan, tapi justru berasal dari non bank yang kebanyakan mereka adalah pemain financial technology.
"Uang elektronik ini dominasinya bukan perbankan, tapi non-bank. Sejak 2018, non bank ini sudah menyalip perbankan. Memang perbankan lebih banyak fokusnya ke e-money based. Kalau non bank lebih banyak di fintech. Terlepas dari itu, angkanya secara instrumen, jumlahnya lebih besar dari non perbankan," ungkap Rico.
Bank Indonesia (BI) mencatat ada 51 perusahaan yang menerbitkan uang elektronik. Pada 2019 terdapat 5,26 miliar transaksi uang elektronik, naik hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya yang mencapai 2,92 miliar. Soal nominalnya Rp 145,165 triliun atau naik tiga kali lipat dari tahun 2018 sebesar Rp 47,198 triliun.
Bandingkan dengan transaksi kartu debit di mana pada 2019 volume transaksinya mencapai 7,024 miliar atau hanya naik 0,9% dibanding tahun sebelumnya dengan nominal Rp 7.474,82 triliun atau hanya tumbuh 0,78%.
Bandingkan dengan volume transaksi kartu kredit yang mencapai 349,211 miliar atau tumbuh 3,26% dibandingkan tahun sebelum dengan nilai nominal Rp 342,68 triliun atau tumbuh 8,9%.
Patut dicatat kenaikan transaksi dompet digital karena promosi yang gencar dari pemain non-bank. Aksi bakar uang lewat diskon berhasil menarik minat masyarakat. Selain itu dompet digital digunakan untuk transaksi dalam nominal kecil, sementara transaksi bernilai besar menggunakan kartu debit dan kartu kredit.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article GoPay, OVO, DANA & LinkAja Harus Waspadai Rival Baru Ini
