Pak Jokowi, RI Punya Banyak "PR" Untuk Genjot Ekonomi Digital

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
09 October 2019 11:04
Indonesia Memang Pasar yang Menarik Untuk Sektor Digital, Tapi......
Foto: Infografis/4 Strategi Jitu untuk Promosi Bisnis di Era Digital/Aristya Rahadian Krisabella

Kalau dilihat dari sisi market attractiveness, memang Indonesia merupakan pasar yang menarik didukung oleh ukuran populasi yang besar serta adopsi teknologi digital dalam kehidupan sehari-hari.

Namun untuk jadi “mesin pertumbuhan” ekonomi, cukupkah hanya dengan pasar yang menarik? Tentu saja tidak!

Bolehlah kita senang dengan pertumbuhan ekonomi digital Indonesia yang pesat. Namun di balik itu ada segudang pekerjaan rumah yang menanti RI jika memang ingin serius menggarap ekonomi digital jadi next growth engine. Mari kita tinjau pekerjaan rumah RI dari 4 aspek yaitu berupa konektivitas, logistik, sumber daya manusia (SDM) dan skill serta regulasi yang efektif.

Kalau dilihat dari aspek konektivitas berupa kecepatan internet, Indonesia masih kalah saing dengan negara Asia Tenggara lain. Menurut studi yang dilakukan oleh Atlas and Boots, rata-rata kecepatan download di Indonesia pada 2019 adalah 6,65 Mbps. Indonesia masih kalah dengan Malaysia, Singapura, Thailand dan Vietnam. Indonesia unggul dari Filiphina.

Kecepatan internet menjadi hal yang penting dalam ekonomi digital. Pasalnya kecepatan internet mempengaruhi lama waktu interaksi seseorang dengan aplikasi e-commerce maupun ride hailing (ojek online) dan lama waktu interaksi ini punya korelasi signifikan dengan monetisasi.

Perusahaan e-commerce dan digital lain kini berlomba-lomba untuk meningkatkan waktu interaksi pelanggan dengan aplikasi melalui inovasi seperti instalasi game dalam aplikasi, streaming video, konten interaktif hingga in-app messaging.

Tujuannya jelas meningkatkan lama interaksi pelanggan dengan aplikasi yang berpotensi meningkatkan transaksi pesanan. Coba bayangkan kalau internetnya lemot, apa gak kesel tuh? Ujung-ujungnya tutup aplikasinya kan kalau lemot. Kalau itu terjadi berapa banyak potensi transaksi dan monetisasi yang hilang begitu saja. Ini yang buat jadi tidak kompetitif.

Pak Jokowi, Ini Seabrek Sumber : Google, Temasek, Bain & Company

Selain kecepatan internet, biaya dan distribusi juga merupakan aspek penting dari konektivitas dalam ekonomi digital. Portal CupoNation Indonesia menganalisis kecepatan internet serat optik di antara sejumlah negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Hasilnya beberapa negara  berkinerja buruk dengan tarif yang relatif tinggi untuk koneksi internet yang lambat.

CupoNation juga mempelajari 13 penyedia internet utama di enam negara utama Asia Tenggara, seperti Singtel Singapura, UniFi Malaysia, dan IndiHome Indonesia.

Kesimpulannya adalah bahwa semakin tinggi kecepatan koneksi, semakin rendah biaya untuk setiap Megabyte per detik (Mbps). Singapura hanya menghargai 1Mbps Rp325-Rp628; Malaysia menawarkannya Rp677-Rp8.959 Mbps; Thailand dengan Rp1.080-Rp7.487 Mbps; Indonesia satu Mbps dihargai antara Rp14.895 - Rp43.500; sedangkan Kamboja yang terakhir dengan Rp18.769 - Rp70.385 untuk setiap Mbps.

Untuk memenuhi kebutuhan internet dan sektor telekomunikasi Indonesia yang semakin tinggi, pemerintah menetapkan Program Palapa Ring.
Palapa Ring merupakan proyek infrastruktur telekomunikasi berupa pembangunan serat optik di seluruh Indonesia sepanjang 36.000 kilometer. Proyek itu terdiri atas tujuh lingkar kecil serat optik (untuk wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi, dan Maluku) dan satu backhaul untuk menghubungkan semuanya.

Proyek Palapa Ring ini akan mengintegrasikan jaringan yang sudah ada (existing network) dengan jaringan baru (new network) pada wilayah timur Indonesia (Palapa Ring-Timur). Jaringan tersebut berkapasitas 100 GB (Upgradeable 160 GB) dengan mengusung konsep ring, dua pair (empat core). Harapannya dengan proyek ini distribusi internet yang lebih merata ke pelosok negeri semakin terwujud.

Namun disamping masalah kecepatan internet yang masih lambat, harga yang masih mahal serta distribusi internet yang belum sepenuhnya merata, Indonesia menghadapi satu tantangan lain.

Baru saja kita menikmati teknologi bernama 4G, kini sudah muncul teknologi baru bernama 5G. Berbagai negara sedang berlomba-lomba untuk mengembangkan teknologi ini. Begitu cepatnya perkembangan teknologi saat ini membuat siapa saja yang tidak adaptif akan tertinggal. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


(twg/roy)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular