
Round Up
Dana Investor Asing di Startup Unicorn RI, Barang Impor & CAD
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
06 August 2019 06:40

Ekonom Senior INDEF Didik J Rachbini menambahkan potensi pasar Indonesia yang besar tidak boleh diobral murah kepada investor yang hanya mengincar pasar Indonesia dan hanya menarik untung yang besar dari pasar di dalam negeri.
"Pemerintah tidak bisa naif menjual murah pasar dalam negeri untuk dieksploitasi tanpa melihat seberapa besar manfaatnya bagi ekonomi dalam negeri," ujarnya.
Didik Rachbini menambahkan setiap investasi sudah otomatis membawa masuk modal ke dalam negeri, menyerap tenaga kerja dan menghasilkan output nasional.
"Tetapi jangan lupa bahwa investasi yang orientasinya ke pasar dalam negeri berbeda dengan investasi untuk ekspor dan bagian dari global chain. Investasi yang pertama membawa beban terhadap neraca berjalan, yang sudah sangat parah - terutama pendapatan primer yang terus mengalami defisit paling besar pada dekade ini," tambahnya.
Sebagai gambaran neraca berjalan kita sudah sangat berat. Sumber defisit neraca tersebut tidak lain adalah neraca jasa dan sekarang lebih berat dengan neraca pendapatan primer. Jika arus model asing dipenuhi oleh investasi yang mengeksploitasi hanya pasar dalam negeri, maka dampaknya berat terhadap neraca berjalan, terhadap nilai tukar rupiah, terhadap ekonomi sektor luar negeri dan perekonomian secara keseluruhan rapuh.
"Defisit pendapatan primer sudah sangat besar dan menggung sampai US$30,4 miliar. Kebanyakan dari defisit pendapatan investasi di mana modal keluar yurisdiksi ekonomi Indonesia paling tidak sampai US$29 miliar," tambah Didik Rachbini.
Didik Rachbini menjelaskan Pertumbuhan modal dan pergerakannya antar negara semakin cepat. Jika investasi yang digadang-gadang hanya untuk eksploitasi pasar dalam negeri, maka investasi tersebut berkualitas rendah. Dampaknya terhadap perekonomian bercampur antara positif menyerap tenaga kerja dan produktif menciptakan barang jasa, tetapi juga berdampak negatif menyedot modal keluar
"Solusinya adalah mendorong dan memberikan insentif terhadap investasi yang produktif berorientasi keluar, daya saing dan ekspor sehingga berdampak positif terhadap pemupukan devisa dan memperkuat ekonomi sektor luar negeri." terang Didik Rachbini.
"Pada saat yang sama selain menekan defisit jasa dan pendapatan primer, neraca berjalan hanya dapat diperbaiki jika neraca perdagangan mengalami surplus besar seperti pada periode 1980-an sampai 1990-an. Dari sisi ini, kebijakan pemerintah saat ini kalah jauh dengan kebijakan pada masa Orde Baru dimana ekspor tumbuh bukan hanya dua digit tetapi di atas 20%."
"Neraca perdagangan harus diperbaiki dengan menekan strategi ekspor yang kuat seperti sebelumnya, juga menahan impor agar neraca perdagangan tidak sakit."
[Gambas:Video CNBC]
(roy/roy)
"Pemerintah tidak bisa naif menjual murah pasar dalam negeri untuk dieksploitasi tanpa melihat seberapa besar manfaatnya bagi ekonomi dalam negeri," ujarnya.
Didik Rachbini menambahkan setiap investasi sudah otomatis membawa masuk modal ke dalam negeri, menyerap tenaga kerja dan menghasilkan output nasional.
Sebagai gambaran neraca berjalan kita sudah sangat berat. Sumber defisit neraca tersebut tidak lain adalah neraca jasa dan sekarang lebih berat dengan neraca pendapatan primer. Jika arus model asing dipenuhi oleh investasi yang mengeksploitasi hanya pasar dalam negeri, maka dampaknya berat terhadap neraca berjalan, terhadap nilai tukar rupiah, terhadap ekonomi sektor luar negeri dan perekonomian secara keseluruhan rapuh.
"Defisit pendapatan primer sudah sangat besar dan menggung sampai US$30,4 miliar. Kebanyakan dari defisit pendapatan investasi di mana modal keluar yurisdiksi ekonomi Indonesia paling tidak sampai US$29 miliar," tambah Didik Rachbini.
Didik Rachbini menjelaskan Pertumbuhan modal dan pergerakannya antar negara semakin cepat. Jika investasi yang digadang-gadang hanya untuk eksploitasi pasar dalam negeri, maka investasi tersebut berkualitas rendah. Dampaknya terhadap perekonomian bercampur antara positif menyerap tenaga kerja dan produktif menciptakan barang jasa, tetapi juga berdampak negatif menyedot modal keluar
"Solusinya adalah mendorong dan memberikan insentif terhadap investasi yang produktif berorientasi keluar, daya saing dan ekspor sehingga berdampak positif terhadap pemupukan devisa dan memperkuat ekonomi sektor luar negeri." terang Didik Rachbini.
"Pada saat yang sama selain menekan defisit jasa dan pendapatan primer, neraca berjalan hanya dapat diperbaiki jika neraca perdagangan mengalami surplus besar seperti pada periode 1980-an sampai 1990-an. Dari sisi ini, kebijakan pemerintah saat ini kalah jauh dengan kebijakan pada masa Orde Baru dimana ekspor tumbuh bukan hanya dua digit tetapi di atas 20%."
"Neraca perdagangan harus diperbaiki dengan menekan strategi ekspor yang kuat seperti sebelumnya, juga menahan impor agar neraca perdagangan tidak sakit."
[Gambas:Video CNBC]
(roy/roy)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular