Perkembangan Teknologi

Indonesia Akan Jadi Pasar Data Center Paling 'Hot'

Roy Franedya, CNBC Indonesia
23 October 2018 16:32
Ketiga negara ini punya kelebihan pada populasi yang besar dan penetrasi e-commerce yang tinggi.
Foto: Freepik
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada tahun 2020, permintaan dan pendapatan dari data center (pusat data) di Asia Pasifik akan melampaui Amerika Serikat (AS) dengan peningkatan hingga 40% dari pasar global. Hal ini merupakan hasil riset dari Jones Lang LaSalle (JLL) yang dirilis hari ini (23/10/2018).

Dalam riset tersebut JLL juga menyatakan investor semakin tertarik dengan pasar China, India dan Indonesia. Minat investor ini didorong pertumbuhan penduduk yang cepat dan masuknya toko online (e-commerce) di kawasan ini yang membuat data bertambah dengan pesat dan butuh data center. Untuk mengatasi jumlah informasi tersebut, perusahaan-perusahaan beralih menyimpan data ke layanan cloud.

JLL menyatakan sebagai lokasi pusat data yang tumbuh paling cepat di dunia, kebutuhan China akan ruang colocation (data center bersama) terus bergantung pada pertumbuhan fintech yang cepat, transformasi digital dan ketergantungan pada analisis data.

JLL memprediksi kota-kota kelas kedua di China juga akan menarik minat, dikarenakan ketersediaan lahan dan listrik, biaya operasi yang lebih rendah, dan meningkatnya jaringan serta infrastruktur pendukung.
 
Untuk India, basis populasi yang besar dan inisiatif yang diprakarsai oleh pemerintah, kemungkinan akan mendorong pertumbuhan pasar layanan cloud. Sebagai negara kedua terbesar untuk pengguna internet seluler, perekonomian Internet di India akan berlipat ganda pada tahun 2020.

Digital India adalah kampanye pemerintah yang bertujuan untuk mengubah negara itu menjadi negara dengan perekonomian yang diberdayakan secara digital, hal ini diharapkan dapat mendorong permintaan yang lebih besar untuk membangun pusat data yang berkualitas tinggi.
 
Dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, pasar e-commerce Indonesia diproyeksikan akan mencapai US$ 60 miliar pada tahun 2020, hal ini didorong oleh meningkatnya penggunaan Internet dan smartphone. Laporan ini juga menunjukkan bahwa semakin banyak UKM lokal yang ingin menyediakan fasilitas colocation untuk mengurangi pengeluaran modal serta biaya pemeliharaan, namun dapat beroperasi dengan efisiensi yang tinggi dibandingkan dengan fasilitas on-site.

RI & Dua Negara Ini Akan Jadi Pasar Data Center Paling 'Hot'Foto: Arie Pratama
 
Namun, dalam laporan ini digambarkan bahwa pusat data adalah kelas aset yang unik, dan untuk memasuki pasar menjadi sebuah tantangan karena kurangnya para ahli untuk sektor ini dikarenakan membutuhkan keahlian dan pengetahuan yang khusus.
 
"Mengingat esensi dari bisnis ini, banyak investor mencari mitra berpengalaman yang memahami pasar dengan baik dan dapat memenuhi standar tingkat layanan yang ketat, serta dapat memecahkan masalah, menjaga peralatan dengan baik, dan dapat mengelola biaya energi", ujar Bob Tan, Director of Alternatives, JLL Asia Pasifik dalam keterangan resmi perusahaan.

"Karena sulit untuk mencapai kriteria ini secara alami, sebagian besar investor menemukan mitra lokal melalui investasi bersama dan usaha patungan, sementara perusahaan lain telah melakukan hal tersebut dengan mengakuisisi platform lokal, sehingga mereka dapat memahami dalam waktu singkat."


(roy/ray) Next Article Data Center vs Cloud, Mana yang Lebih Menguntungkan?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular