
Ada Lord Voldemort Baru Bagi BI: Proyeksi CAD!
Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
23 October 2018 15:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) tak berani mengungkapkan proyeksi defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) di kuartal III-2018. Proyeksi CAD bagaikan Lord Voldemort, 'Dia yang Namanya Tak Boleh Disebut'.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara, menjelaskan secara tersirat. Waspada, CAD bakal membengkak di Kuartal III-2018, Siap-siap!
Namun bukan seperti itu penyampaiannya. Mirza menjelaskannya dengan masuk ke kondisi ekspor dan impor terlebih dahulu.
"Kuartal III CAD, saya rasa ada beberapa guidance dari pejabat BI mengenai angka kuartal III. Memang ada di satu sisi ekspor kita lihat yang besar yakni kelapa sawit dan batu bara," ungkap Mirza menjawab pertanyaan CNBC Indonesia di Konferensi Pers RDG Oktober 2018 yang ditayangkan langsung melalui CNBC Indonesia TV, Selasa (23/10/2018).
Menurut Mirza, harga komoditas kelapa sawit dan batu bara sangat disayangkan melemah. Sehingga komoditi andalan Indonesia yang mengandalkan ekspor sawit dan batu bara akan terganggu.
"Jadi memang kita lihat bahwa dua komoditi andalan kita itu harganya relatif melemah sehingga itu kemudian menekan ekspor. Sementara di sisi lain impor relatif kuat. Impor untuk kebutuhan infrastruktur dalam jangka panjang."
"Jadi ekspor agak melemah dan didorong akselerasi impor ini membuat Current Account itu di kuartal III dan ditambah kenaikan harga minyak lebih tinggi," terang Mirza.
Pernyataan Mirza ini semakin membuat para jurnalis sedikit penasaran. Karena BI belum mengeluarkan proyeksi angkanya. Alhasil muncul lagi pertanyaan yang mengarahkan berapa pastinya CAD di kuartal III-2018 tersebut.
"CAD kuartal III itu sedikit lebih tinggi dari kuartal II. Saya kira guidance BI sudah ada. Memang tumbuhnya ekspor lebih lambat dari tumbuhnya impor," jawab Mirza lagi tanpa menyebut proyeksi CAD.
Untuk diketahui CAD pada kuartal II 2018 sudah menembus level 3% terhadap PDB.
Anthony Kevin dari Tim Riset CNBC Indonesia menyebut pasar sudah memproyeksikan CAD memang akan lebih tinggi di kuartal III dibanding kuartal II. "Namun pasar belum memperkirakan kedalaman CAD ini. Jika BI memproyeksikan angka yang cukup dalam, maka punishment pasar langsung terjadi. Bisa berupa sell off rupiah dan stock market yang lebih besar," papar Kevin.
Sementara, Satria Sambijantoro Ekonom Bahana memproyeksikan CAD bisa mencapai 3,6% dari PDB. Angka ini cukup fantastis.
"Bahana memproyeksikan CAD 3,2%-3,6%. Ini bisa cukup negatif bagi pemegang aset rupiah," jelas Satria.
Jika melihat lebih jauh, mungkin BI memiliki angka proyeksi yang lebih tepat. Pastinya (mungkin) CAD versi BI bisa melebar di atas 3,4% dari PDB pada kuartal III-2018.
Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memproyeksikan CAD secara keseluruhan di 2018 akan mendekati 3% dari PDB.
"CAD akan melebar mendekati 3% PDB di keseluruhan 2018. Di 2017, CAD hanya di 1,71% PDB," kata Andry.
(dru/wed) Next Article Bunga BI Harus Naik untuk Tekan Defisit Transaksi Berjalan
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Mirza Adityaswara, menjelaskan secara tersirat. Waspada, CAD bakal membengkak di Kuartal III-2018, Siap-siap!
Namun bukan seperti itu penyampaiannya. Mirza menjelaskannya dengan masuk ke kondisi ekspor dan impor terlebih dahulu.
![]() |
"Kuartal III CAD, saya rasa ada beberapa guidance dari pejabat BI mengenai angka kuartal III. Memang ada di satu sisi ekspor kita lihat yang besar yakni kelapa sawit dan batu bara," ungkap Mirza menjawab pertanyaan CNBC Indonesia di Konferensi Pers RDG Oktober 2018 yang ditayangkan langsung melalui CNBC Indonesia TV, Selasa (23/10/2018).
Menurut Mirza, harga komoditas kelapa sawit dan batu bara sangat disayangkan melemah. Sehingga komoditi andalan Indonesia yang mengandalkan ekspor sawit dan batu bara akan terganggu.
"Jadi memang kita lihat bahwa dua komoditi andalan kita itu harganya relatif melemah sehingga itu kemudian menekan ekspor. Sementara di sisi lain impor relatif kuat. Impor untuk kebutuhan infrastruktur dalam jangka panjang."
"Jadi ekspor agak melemah dan didorong akselerasi impor ini membuat Current Account itu di kuartal III dan ditambah kenaikan harga minyak lebih tinggi," terang Mirza.
Pernyataan Mirza ini semakin membuat para jurnalis sedikit penasaran. Karena BI belum mengeluarkan proyeksi angkanya. Alhasil muncul lagi pertanyaan yang mengarahkan berapa pastinya CAD di kuartal III-2018 tersebut.
"CAD kuartal III itu sedikit lebih tinggi dari kuartal II. Saya kira guidance BI sudah ada. Memang tumbuhnya ekspor lebih lambat dari tumbuhnya impor," jawab Mirza lagi tanpa menyebut proyeksi CAD.
Untuk diketahui CAD pada kuartal II 2018 sudah menembus level 3% terhadap PDB.
Anthony Kevin dari Tim Riset CNBC Indonesia menyebut pasar sudah memproyeksikan CAD memang akan lebih tinggi di kuartal III dibanding kuartal II. "Namun pasar belum memperkirakan kedalaman CAD ini. Jika BI memproyeksikan angka yang cukup dalam, maka punishment pasar langsung terjadi. Bisa berupa sell off rupiah dan stock market yang lebih besar," papar Kevin.
Sementara, Satria Sambijantoro Ekonom Bahana memproyeksikan CAD bisa mencapai 3,6% dari PDB. Angka ini cukup fantastis.
"Bahana memproyeksikan CAD 3,2%-3,6%. Ini bisa cukup negatif bagi pemegang aset rupiah," jelas Satria.
Jika melihat lebih jauh, mungkin BI memiliki angka proyeksi yang lebih tepat. Pastinya (mungkin) CAD versi BI bisa melebar di atas 3,4% dari PDB pada kuartal III-2018.
Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memproyeksikan CAD secara keseluruhan di 2018 akan mendekati 3% dari PDB.
"CAD akan melebar mendekati 3% PDB di keseluruhan 2018. Di 2017, CAD hanya di 1,71% PDB," kata Andry.
(dru/wed) Next Article Bunga BI Harus Naik untuk Tekan Defisit Transaksi Berjalan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular