5 Strategi Bank Sentral Hadapi Risiko Ekonomi Digital

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
10 October 2018 18:59
Ekonomi digital yang berkembang cepat membawa keuntungan sekaligus tantangan bagi berbagai pihak mulai dari masyarakat biasa hingga otoritas tertinggi moneter.
Foto: infografis/PERAMPOKAN UANG DIGITAL TERBESAR/Aristya Rahadian Krisabella
Nusa Dua, CNBC Indonesia - Ekonomi digital yang berkembang cepat membawa keuntungan sekaligus tantangan bagi berbagai pihak mulai dari masyarakat biasa hingga otoritas tertinggi moneter.

Digitalisasi ekonomi penting untuk mempercepat transaksi sehingga konsumsi meningkat. Dengan demikian, dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi serta kemudahan dan kenyamanan bertransaksi juga semakin baik, kata Kepala Departemen Manajemen Risiko Bank Indonesia (BI) Eni V Panggabean dalam konferensi pers di sela-sela pertemuanĀ IMF-World Bank Annual Meetings di Nusa Dua, Bali, Rabu (10/10/2018).


"Tetapi, ekonomi digital juga rawan terhadap serangan cyber ataupun fraud yang bisa terjadi kapan saja dan di mana saja," kata Eni. "Oleh karena itu, sebagai bank sentral yang harus menjaga stabilitas sistem keuangan, tentu kita sangat concern dan ingin stabilitas terjaga, salah satunya melalui diskusi antarnegara."

BI mengadakan Central Banking Forum 2018 yang mempertemukan gubernur bank sentral dari berbagai negara, termasuk Presiden Federal Reserve New York John Williams. Salah satu panel diskusinya menghadirkan dialog terkait cyber security.

Dari diskusi tersebut, kata Eni, terangkum lima hal pokok yang perlu dilakukan bank sentral untuk memitigasi risiko yang muncul dari digitalisasi ekonomi.

5 Strategi Bank Sentral Hadapi Risiko Ekonomi DigitalFoto: Aristya Rahadian Krisabella
"Pertama, perlu information sharing antara bank sentral dan para pelaku industrinya agar kalau ada gangguan bisa diketahui pihak lain dan cepat mitigasi risikonya," ujarnya.

Hal tersebut penting untuk mencegah meluasnya gangguan tersebut sebab dalam ekonomi digital, transaksi saling terhubung dan gerakannya sangat cepat.

Kedua adalah pentingnya kolaborasi di tingkat nasional dan internasional. Kolaborasi di dalam negeri dapat berupa kerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan lembaga-lembaga lainnya.

Ketiga, perlunya pengawasan yang baik dari masing-masing lembaga.

"Mereka juga harus improve sumber daya manusianya karena kalau kita tertinggal, tidak tahu apa serangannya dan bagaimana mengatasinya, tentu saja gangguan itu tidak bisa diselesaikan secara optimal," kata Eni.


Keempat adalah respons cepat atau quick response dari semua pelaku ekonomi.

"Kelima adalah bagaimana kita melakukan sosialisasi kepada para stakeholder supaya mereka hati-hati juga karena keamanan transaksi bergantung pada sumber daya manusianya," tutur Eni.



(roy) Next Article Sekarang Belanja Tinggal Klik di HP, Perry: Baru Permulaan

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular