Newsletter

Investor Ramai-Ramai Jual Surat Utang, Dunia pun Terguncang

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
05 October 2023 06:00
Bendera Amerika Serikat
Foto: Bendera Amerika Serikat (Photo by Win McNamee/Getty Images)

Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah isu dan sentimen penting pada perdagangan hari ini, Kamis (5/10/2023) terutama dari sentimen global.

Pada hari ini pasar akan lebih banyak dihiasi dari luar negeri, mulai dari pergerakan Wall Street, perkasanya dolar AS,  lonjakan imbal hasil surat utang pemerintah, ambruknya harga komoditas serta neraca dagang AS.

Menghijaunya Wall Street diharapkan bisa menjadi angin segar bagi pasar global sehingga akan menularkan sentimen positif kepada pasar saham, termasuk di Indonesia.

Namun, sentimen lain justru lebih banyak bernuansa negatif seperti anjloknya harga komoditas. Pada perdagangan Rabu (4/10/2023), minyak WTI ditutup ambles 5,61% ke posisi US$84,22 per barel, sementara harga minyak brent masih berjalan dengan anjlok hingga 5,42% ke posisi US$85,99 per barel.

Harga minyak tenggelam ke posisi terendah dalam tiga minggu, tertekan oleh penguatan dolar AS dan sinyal ekonomi global yang semakin suram. Selain itu, kehancuran permintaan bahan bakar menjadi penyebab turunnya harga minyak bumi.

Pasokan bensin yang mewakili permintaan, turun pekan lalu menjadi sekitar 8 juta barel per hari, terendah sejak awal tahun ini, menurut laporan Badan Informasi Energi AS (EIA) pada hari Rabu.

Beberapa dari kehancuran permintaan tersebut mungkin disebabkan oleh hujan deras yang membawa banjir ke New York pada Jumat lalu dan badai pasca-tropis Ophelia, yang mengguyur Timur Laut dengan hujan lebat pada akhir September.

Secara musiman, konsumsi bensin AS berada pada level terendah dalam 22 tahun. Lonjakan harga bahan bakar sebesar 30% pada kuartal ketiga tahun ini menekan permintaan, mengakibatkan penurunan musiman sebesar 223.000 barel per hari.

Stok bensin naik 6,5 juta barel, jauh melebihi ekspektasi kenaikan 200.000 barel. Sedangkan stok minyak mentah nasional AS turun 2,2 juta barel menjadi 414,1 juta barel dalam sepekan hingga 29 September, namun stok di Cushing, Oklahoma, pusat pengiriman WTI, naik untuk pertama kalinya dalam delapan minggu.

Harga batu bara juga masih melemah pada hari ini sehingga memperpanjang tren negatif menjadi enam hari beruntun. Harga batu bara pada perdagangan kemarin melemah 4% ke US$ 144 per ton. 

Melemahnya harga minyak mentah dan batu bara akan berdampak besar terhadap emiten yang bergerak di sektor tersebut mulai dari PT Indika Energy Tbk (INDY), PT PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), hingga PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).

Harga emas juga ambruk dan bisa berdampak besar kepada sejumlah emiten seperti PT Aneka Tambang (ANTM) dan PT Hartadinata Abadi (HRTA).

Obligasi Negara Diobral

Aksi jual besar-besaran obligasi pemerintah terjadi dalam dua hari terakhir. Akibatnya, harga utang atau obligasi pemerintah jatuh dan imbal hasilpun terbang.

US Treasury tenor 10 tahun sempat menyentuh 5% yang menjadi rekor tertingginya dalam 16 tahun terakhir pada perdagangan kemarin. Imbal hasil ditutup sedikit melandai di angka 4,74%.

"Terjadi aksi jual besar-besaran di obligasi pemerintah karena market selama ini sudah salah posisi. Pasar memperkirakan siklus kenaikan suku bunga sehingga membeli obligasi tetapi ternyata kebijakan ketat masih berlanjut," tutur analis Juan Valenzuela, analis dari Artemis, dikutip dari Reuters.

Ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed semakin kencang setelah data menunjukkan pasar tenaga kerja AS masih kencang. The Fed juga mengisyaratkan kenaikan pada pertemuan bulan lalu.

Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS)mencapai9,6 juta pada Agustus 2023,Jumlah tersebut jauh di atas ekspektasi pasar yakni 8,8 juta ataupun pada Juli yang tercatat 8,9 juta. Kondisi ini mencerminkan jika pasar tenaga kerja AS masih panas.

Harga US Treasury juga jatuh karena pemerintah AS meningkatkan penjualan obligasi untuk membiayai pembengkakan defisit. Selain AS, aksi jual obligasi pemerintah juga mengguncang pasar Eropa hingga Asia.

Imbal hasil obligasi pemerintah Jerman tenor 10 tahun terbang ke level tertinggi 12 tahun menjadi 2,96%, imbal hasil obligasi pemerintah Inggris tenor 30 tahun melambung ke rekor tertinggi 25 tahun menjadi 5,11%, sementara imbal hasil surat utang Jepang tenor 10 tahun melesat ke 0,8% atau tertinggi dalam 10 tahun.

Imbal hasil melesat karena investor memilih untuk mencari investasi aman seperti dolar AS. Indeks dolar pun terbang ke 107 atau tertinggi dalam 10 bulan.

Di Indonesia, aksi jual juga dilakukan investor.  Surat Berharga Negara (SBN) masih dilepas investor seperti tercermin dari kenaikan imbal hasil obligasi tenor 10 tahun melesat 0,83% di level 7.083 pada perdagangan Rabu (4/10/2023). Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak Maret 2023 atau enam bulan terakhir.

Imbal hasil obligasi sejumlah negara mulai melandai tetapi masih dalam level yang sangat tinggi. Surat utang Jerman tenor 10 tahun yang merupakan patokan untuk zona euro turun menjadi 2,92%, setelah mencapai 3% pada awal perdagangan, yang merupakan level tertinggi sejak tahun 2011. Imbal hasil naik karena harga turun.

Penurunan imbal hasil obligasi terjadi setelah data pada hari Rabu menunjukkan pengusaha sektor swasta di AS meningkatkan perekrutan pada laju paling lambat dalam lebih dari dua setengah tahun karena perusahaan-perusahaan besar melepaskan pekerjaan, menandakan melemahnya pasar tenaga kerja menjelang non-pertanian resmi pada hari Jumat.

Di zona euro, penjualan ritel turun pada laju bulanan tercepat tahun ini di bulan Agustus, menunjukkan biaya pinjaman yang lebih tinggi berdampak pada belanja konsumen.

Hari ini, AS akan mengumumkan data penting dari AS yakni data klaim pengangguran berkelanjutan dan awal, data ekspor dan impor AS, pidato anggota FOMC dan wakil gubernur The Fed, dan neraca perdagangan AS periode Agustus 2023.

Diketahui defisit perdagangan AS melebar lebih kecil dari perkiraan menjadi US$65 miliar pada periode Juli 2023 dari revisi turun sebesar US$63,7 miliar pada bulan Juni, dibandingkan perkiraan pasar sebesar selisih US$68 miliar.

Ekspor naik 1,6% ke level tertinggi dalam empat bulan sebesar US$251,7 miliar, dipimpin oleh mobil penumpang, truk, bus dan kendaraan tujuan khusus, emas non-moneter, minyak mentah, sediaan farmasi, perjalanan dan transportasi, sementara pengiriman turun untuk berlian permata.

Sementara itu, impor meningkat 1,7% menjadi US$316,7 miliar, didorong oleh telepon seluler dan barang-barang rumah tangga lainnya, obat-obatan, semikonduktor, komputer, minyak mentah, dan perjalanan.

(saw/saw)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular