Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih bergerak beragam pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini akan dibahas pada halaman 3 artikel ini.
IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melemah 0,78% atau ke 6.886,58 pada perdagangan Rabu (4/10/2023). IHSG kembali ke level psikologis 6.800.
Penurunan IHSG pada perdagangan Rabu kemarin didorong oleh hampir semua sektor kecuali sektor perbankan menguat 0,83% dan sektor kesehatan menguat terapresiasi 0,26%. Selebihnya terkoreksi terutama pada sektor energi yang melemah 2,61% yang sebagian besar diisi oleh penurunan saham komoditas batu bara dan minyak bumi serta pendukungnya dan sektor basic-industry terkoreksi 2,98% yang diisi oleh penurunan saham komoditas emas.
Sebanyak 120 saham bergerak naik, 439 bergerak turun dan 195 tidak berubah dengan transaksi turnover 12,55 triliun dengan 22,73 miliar lembar saham.
Harga minyak tenggelam ke posisi terendah dalam tiga minggu, tertekan oleh penguatan dolar AS dan sinyal ekonomi global yang semakin suram. Selain itu, kehancuran permintaan bahan bakar menjadi penyebab turunnya harga minyak bumi.
Adapun, harga batu bara terkapar lima hari beruntun, hingga berada di bawah level psikologis US$150 per ton. Penurunan ini menyebabkan si pasir hitam berada di titik terendahnya dalam hampir 2 bulan atau sejak 10 Agustus 2023.
Harga batu bara ICE Newcastle kontrak November ditutup di posisi US$ 149,35 per ton atau turun 4,32% pada perdagangan Selasa (3/10/2023). Adapun, harga emas di pasar spot pada perdagangan Selasa (3/10/2023), ditutup di posisi US$ 1.822,82 per troy ons. Harganya melandai 0,25%. Harga tersebut juga menjadi yang terendah sejak 8 Maret 2023 atau hampir tujuh bulan terakhir.
Harga emas ambruk setelah data menunjukkan pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) masih panas.
Perangkat FedWatch Tool menunjukkan sekitar 30,8% pelaku pasar memperkirakan adanya kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada November mendatang. Angka ini lebih besar dibandingkan pekan lalu yang hanya 14%.
Kabar terbaru, imbal hasil Treasury AS turun kembali dari level tertingginya dalam 16 tahun setelah data ketenagakerjaan AS yang lemah.
Imbal hasil (yield) obligasi di negara tersebut turun kembali setelah menyentuh level tertinggi selama lebih dari satu dekade pada hari Rabu, karena lemahnya data pasar tenaga kerja AS membantu meredakan kekhawatiran investor atas pesan "lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama" dari The Federal Reserve mengenai suku bunga.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun turun 0,08 poin persentase pada perdagangan sore di New York menjadi 4,73%, setelah sebelumnya mencapai level tertinggi dalam 16 tahun di 4,88%.
Dari pasar obligasi Indonesia, Surat Berharga Negara (SBN) masih dilepas investor seperti tercermin dari kenaikan imbal hasil obligasi tenor 10 tahun melesat 0,83% di level 7.083 pada perdagangan Rabu (4/10/2023). Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak Maret 2023 atau enam bulan terakhir.
Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kompak ditutup menguat pada perdagangan Rabu (4/10/2023), dimana saham-saham di indeks Nasdaq memimpin rebound di Wall Street.
Dow Jones menguat 0,39% di level 33.129,55, sedangkan S&P 500 terapresiasi 0,81% di level 4.263,75, dan Nasdaq melesat 1,36% di level 13.236,01.
Saham-saham AS berakhir lebih tinggi dan Nasdaq menguat lebih dari 1% pada perdagangan hari Rabu, sehari setelah aksi jual, karena data ekonomi terbaru menunjukkan gaji swasta AS meningkat kurang dari perkiraan pada bulan September.
Kebijakan konsumen (SPLRCD) naik 2%, memimpin sektor S&P 500 lebih tinggi, diikuti oleh (SPLRCL) jasa komunikasi dan teknologi (SPLRCT), karena imbal hasil Treasury AS turun dari level tertinggi dalam 16 tahun.
Imbal hasil (yield) obligasi AS turun kembali setelah menyentuh level tertinggi selama lebih dari satu dekade pada hari Rabu, karena lemahnya data pasar tenaga kerja AS.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun turun 0,08 poin persentase pada perdagangan sore di New York menjadi 4,73%, setelah sebelumnya mencapai level tertinggi dalam 16 tahun di 4,88%.
Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP mendapat dukungan dari investor yang khawatir terhadap kenaikan suku bunga dan kemungkinan bahwa The Federal Reserve perlu mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
Data lain pada hari Rabu menunjukkan pesanan baru untuk barang-barang buatan AS meningkat lebih dari yang diharapkan pada bulan Agustus, meskipun laporan pekerjaan bulan September pada hari Jumat adalah berita ekonomi utama minggu ini.
Investor yang mencari data non-ekonomi sebagai fokusnya tertarik agar laporan pendapatan kuartal ketiga dimulai pada pertengahan bulan. Pendapatan perusahaan S&P 500 diperkirakan meningkat 1,6% tahun-ke-tahun untuk kuartal ini, menurut data LSEG.
Volume di bursa AS berjumlah 10,50 miliar lembar saham, dibandingkan dengan rata-rata 10,63 miliar saham untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.
S&P 500 mencatat satu harga tertinggi baru dalam 52 minggu dan 40 harga terendah baru, sementara Nasdaq Composite mencatat 18 titik tertinggi baru dan 398 titik terendah baru.
Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah isu dan sentimen penting pada perdagangan hari ini, Kamis (5/10/2023) terutama dari sentimen global.
Pada hari ini pasar akan lebih banyak dihiasi dari luar negeri, mulai dari pergerakan Wall Street, perkasanya dolar AS, lonjakan imbal hasil surat utang pemerintah, ambruknya harga komoditas serta neraca dagang AS.
Menghijaunya Wall Street diharapkan bisa menjadi angin segar bagi pasar global sehingga akan menularkan sentimen positif kepada pasar saham, termasuk di Indonesia.
Namun, sentimen lain justru lebih banyak bernuansa negatif seperti anjloknya harga komoditas. Pada perdagangan Rabu (4/10/2023), minyak WTI ditutup ambles 5,61% ke posisi US$84,22 per barel, sementara harga minyak brent masih berjalan dengan anjlok hingga 5,42% ke posisi US$85,99 per barel.
Harga minyak tenggelam ke posisi terendah dalam tiga minggu, tertekan oleh penguatan dolar AS dan sinyal ekonomi global yang semakin suram. Selain itu, kehancuran permintaan bahan bakar menjadi penyebab turunnya harga minyak bumi.
Pasokan bensin yang mewakili permintaan, turun pekan lalu menjadi sekitar 8 juta barel per hari, terendah sejak awal tahun ini, menurut laporan Badan Informasi Energi AS (EIA) pada hari Rabu.
Beberapa dari kehancuran permintaan tersebut mungkin disebabkan oleh hujan deras yang membawa banjir ke New York pada Jumat lalu dan badai pasca-tropis Ophelia, yang mengguyur Timur Laut dengan hujan lebat pada akhir September.
Secara musiman, konsumsi bensin AS berada pada level terendah dalam 22 tahun. Lonjakan harga bahan bakar sebesar 30% pada kuartal ketiga tahun ini menekan permintaan, mengakibatkan penurunan musiman sebesar 223.000 barel per hari.
Stok bensin naik 6,5 juta barel, jauh melebihi ekspektasi kenaikan 200.000 barel. Sedangkan stok minyak mentah nasional AS turun 2,2 juta barel menjadi 414,1 juta barel dalam sepekan hingga 29 September, namun stok di Cushing, Oklahoma, pusat pengiriman WTI, naik untuk pertama kalinya dalam delapan minggu.
Harga batu bara juga masih melemah pada hari ini sehingga memperpanjang tren negatif menjadi enam hari beruntun. Harga batu bara pada perdagangan kemarin melemah 4% ke US$ 144 per ton.
Melemahnya harga minyak mentah dan batu bara akan berdampak besar terhadap emiten yang bergerak di sektor tersebut mulai dari PT Indika Energy Tbk (INDY), PT PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), hingga PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).
Harga emas juga ambruk dan bisa berdampak besar kepada sejumlah emiten seperti PT Aneka Tambang (ANTM) dan PT Hartadinata Abadi (HRTA).
Obligasi Negara Diobral
Aksi jual besar-besaran obligasi pemerintah terjadi dalam dua hari terakhir. Akibatnya, harga utang atau obligasi pemerintah jatuh dan imbal hasilpun terbang.
US Treasury tenor 10 tahun sempat menyentuh 5% yang menjadi rekor tertingginya dalam 16 tahun terakhir pada perdagangan kemarin. Imbal hasil ditutup sedikit melandai di angka 4,74%.
"Terjadi aksi jual besar-besaran di obligasi pemerintah karena market selama ini sudah salah posisi. Pasar memperkirakan siklus kenaikan suku bunga sehingga membeli obligasi tetapi ternyata kebijakan ketat masih berlanjut," tutur analis Juan Valenzuela, analis dari Artemis, dikutip dari Reuters.
Ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed semakin kencang setelah data menunjukkan pasar tenaga kerja AS masih kencang. The Fed juga mengisyaratkan kenaikan pada pertemuan bulan lalu.
Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS)mencapai9,6 juta pada Agustus 2023,Jumlah tersebut jauh di atas ekspektasi pasar yakni 8,8 juta ataupun pada Juli yang tercatat 8,9 juta. Kondisi ini mencerminkan jika pasar tenaga kerja AS masih panas.
Harga US Treasury juga jatuh karena pemerintah AS meningkatkan penjualan obligasi untuk membiayai pembengkakan defisit. Selain AS, aksi jual obligasi pemerintah juga mengguncang pasar Eropa hingga Asia.
Imbal hasil obligasi pemerintah Jerman tenor 10 tahun terbang ke level tertinggi 12 tahun menjadi 2,96%, imbal hasil obligasi pemerintah Inggris tenor 30 tahun melambung ke rekor tertinggi 25 tahun menjadi 5,11%, sementara imbal hasil surat utang Jepang tenor 10 tahun melesat ke 0,8% atau tertinggi dalam 10 tahun.
Imbal hasil melesat karena investor memilih untuk mencari investasi aman seperti dolar AS. Indeks dolar pun terbang ke 107 atau tertinggi dalam 10 bulan.
Di Indonesia, aksi jual juga dilakukan investor. Surat Berharga Negara (SBN) masih dilepas investor seperti tercermin dari kenaikan imbal hasil obligasi tenor 10 tahun melesat 0,83% di level 7.083 pada perdagangan Rabu (4/10/2023). Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak Maret 2023 atau enam bulan terakhir.
Imbal hasil obligasi sejumlah negara mulai melandai tetapi masih dalam level yang sangat tinggi. Surat utang Jerman tenor 10 tahun yang merupakan patokan untuk zona euro turun menjadi 2,92%, setelah mencapai 3% pada awal perdagangan, yang merupakan level tertinggi sejak tahun 2011. Imbal hasil naik karena harga turun.
Penurunan imbal hasil obligasi terjadi setelah data pada hari Rabu menunjukkan pengusaha sektor swasta di AS meningkatkan perekrutan pada laju paling lambat dalam lebih dari dua setengah tahun karena perusahaan-perusahaan besar melepaskan pekerjaan, menandakan melemahnya pasar tenaga kerja menjelang non-pertanian resmi pada hari Jumat.
Di zona euro, penjualan ritel turun pada laju bulanan tercepat tahun ini di bulan Agustus, menunjukkan biaya pinjaman yang lebih tinggi berdampak pada belanja konsumen.
Hari ini, AS akan mengumumkan data penting dari AS yakni data klaim pengangguran berkelanjutan dan awal, data ekspor dan impor AS, pidato anggota FOMC dan wakil gubernur The Fed, dan neraca perdagangan AS periode Agustus 2023.
Diketahui defisit perdagangan AS melebar lebih kecil dari perkiraan menjadi US$65 miliar pada periode Juli 2023 dari revisi turun sebesar US$63,7 miliar pada bulan Juni, dibandingkan perkiraan pasar sebesar selisih US$68 miliar.
Ekspor naik 1,6% ke level tertinggi dalam empat bulan sebesar US$251,7 miliar, dipimpin oleh mobil penumpang, truk, bus dan kendaraan tujuan khusus, emas non-moneter, minyak mentah, sediaan farmasi, perjalanan dan transportasi, sementara pengiriman turun untuk berlian permata.
Sementara itu, impor meningkat 1,7% menjadi US$316,7 miliar, didorong oleh telepon seluler dan barang-barang rumah tangga lainnya, obat-obatan, semikonduktor, komputer, minyak mentah, dan perjalanan.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
• Klaim Pengangguran Berkelanjutan AS (19.30 WIB)
• Klaim Pengangguran Awal AS (19.30 WIB)
• Eskpor dan Impor AS (19.30 WIB)
• Neraca Perdagangan AS periode Agustus 2023 (19.30 WIB)
• Pidato FOMC Mester (20.00 WIB)
• Pidato FOMC Barkin (22.30 WIB)
• Pidato FOMC Daly (23.00 WIB)
• Pidato Wakil Gubernur The Fed Bagian Pengawasan Barr (23.15 WIB)
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
• Stock Split 1:2 - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI)
• RUPSLB - PT Estika Tata Tiara Tbk (BEEF)
• Cash Dividen US$ 0,04916 - PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA)
• RUPSLB - PT Lippo Cikarang Tbk
• RUPSLB - PT Lippo Karawaci Tbk
• RUPSLB - PT Sejahtera Bintang Abadi Textile Tbk (SBAT)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]