
Terpapar Pergerakan Kurs, Saham KMTR Terlalu Berisiko!

- PT Kirana Megatara (KMTR) kesulitan kembali berjaya seperti tahun pertama melantai di bursa 2017, padahal tahun 2021 average selling price (ASP) lebih tinggi.
- Kinerja kuartal-I 2023 disebabkan oleh keuntungan kurs yang belum terealisasi mencapai Rp 110 miliar.
- Perusahaan berisiko atas harga komoditas dan kurs, faktor tersebut berperan atas kerugian KMTR 2022.
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Kirana Megatara (KMTR) mampu membukukan laba bersih kuartal-I 2023 yang disebabkan oleh keuntungan kurs yang belum terealisasi senilai Rp 110 miliar. Perusahaan akan membukukan kerugian, jika menghilangkan akun tersebut.
Selain itu, perseroan tidak dapat mengembalikan kejayaannya seperti tahun awal melantai di bursa yang mampu mencetak laba bersih Rp 423 miliar. Padahal, harga rata-rata penjualan (ASP) tahun 2021 lebih tinggi dibanding 2017, namun laba bersih tahun 2021 hanya mencapai Rp 82 miliar
Berdasarkan hal tersebut, KMTR berisiko atas volatilitas dari harga komoditas dan kurs, mengingat 95,8% penjualan ditujukan untuk ekspor. Namun, penjualan ekspor tersebut sebesar 69,36% merupakan penjualan pada pihak afiliasi. Hal ini mengindikasikan perusahaan bergantung pada afiliasinya dan cenderung menjadi price taker mengikuti harga pasar.
Bisnis
PT Kirana Megatara (MKTR) didirikan sejak tahun 1968 dan melantai di bursa melalui skema initial public offering (IPO) pada 2017. Perusahaan berfokus pada bisnis pabrik crumb rubber atau karet remah.
Karet perusahaan diolah dalam dua bentuk yaitu lateks dan cup lump. Cup lump akan dijual ke pabrik pengolahan karet. Sedangkan, lateks akan diproses lebih lanjut untuk dijadikan karet lembaran atau (ribbed smoked sheet/RSS)
Dalam menjalankan operasional, perusahaan memiliki tujuh langkah utama. Pertama, perencanaan pembelian, penjualan, produksi, pengiriman, dsb. Setelah itu, Penetapan sistem penjualan terbagi menjadi dua menggunakan kontrak atau harga spot.
Tahap ketiga, pembelian bahan baku 85% pemasok petani dan 15% perkebunan swasta. Keempat, tahap produksi yang terdiri dari stardisasi bahan baku, proses miling atau pencucian, pembentukan, pengeringan, dan crumbing atau peremahan.
Kelima, pengiriman dengan metode serah terima barang di pelabuhan atau (freight on board/FOB) dan metode franco atau melalui gudang. Keenam penagihan untuk monitor segala barang dan dokumen diterima pembeli. Terakhir, pengawasan kualitas dan kinerja dari produk yang ditawarkan.
Kepemilikan KMTR
Shares | Jumlah Saham | Persentase |
HSF (S) PTE LTDcontroller | 5.13 B | 62.50% |
PT TRIPUTRA PERSADA MEGATARA | 2.46 B | 30% |
MASYARAKAT | 616.15 M | 7.50% |
Saham perusahaan dimiliki oleh dua pemegang saham utama yaitu HSF Pte Ltd controller dan Triputra Persada Megatara. Pada Mei 2019, HSF melakukan pembelian 12,5% saham dari Triputra Persada Megatara. Berdasarkan hal tersebut, mayoritas saham dimiliki oleh HSF, sehingga grup tersebut merupakan pengendali.
Segmen Bisnis
Mayoritas pendapatan KMTR berasal dari pendapatannya dari pabrik crumb rubber sebesar 99%, sedangkan pendapatan dari agro bisnis sebesar 1%. Pendapatan perusahaan yang hampir seluruhnya berasal dari karet menyebabkan perusahaan sangat bergantung dengan perubahan harga karet.
Kinerja Finansial
Pendapatan perusahaan mengalami penurunan harga rata-rata (average selling price/asp) dari US$1,68 (2021) menjadi US$1,55 (2022). Selain itu, perusahaan juga mengalami penurunan kuantitas penjualan dari 507.624 ton (2021) menjadi 449.739 ton.
Pendapatan perusahaan mencapai titik tertinggi pada 2021 dan 2017. Laba bersih perusahaan dapat mencapai titik tertingginya pada tahun 2017. Namun, laba bersih perusahaan pada tahun 2021 tidak dapat mengalahkan laba bersih pada tahun 2017.
Tingginya laba bersih tahun 2017 disebabkan oleh rendahnya beban pokok penjualan (cost of goods sold/COGS) perusahaan. Perusahaan mampu menekan COGS disebabkan harga komoditas karet yang cukup rendah pada tahun tersebut.
Komponen utama COGS perusahaan 95% berasal dari bahan baku karet alam (bokar) yang dibeli dengan harga pasar TSR-20 SICOM dikurangi estimasi biaya produksi dan marjin keuntungan. Oleh karena itu, COGS perusahaan berkorelasi langsung dengan pergerakan nilai penjualan Standard Indonesia Rubber (SIR).
Harga komoditas TSR Rubber Future Price tahun 2021 menyebabkan perusahaan tidak mampu mendapatkan laba bersih setinggi tahun 2017. Selain itu, situasi ini menggambarkan perusahaan tidak dapat melindungi perubahan harga komoditas.
Perusahaan pada kuartal-I 2023 mampu membukukan laba bersih Rp 42 miliar. Namun, salah satu faktor laba bersih perusahaan mampu mencetak kinerja positif disebabkan oleh laba selisih kurs yang belum terealisasi mencapai Rp 110 miliar.
Dengan asumsi menghilangkan nilai tersebut, perusahaan akan mengalami kerugian mencapai Rp 68 miliar. Sehingga, perseroan akan memiliki risiko, jika kurs membukukan kerugian. Hal ini mengindikasikan perusahaan tidak mampu melakukan lindung nilai kurs, sehingga laba bersih akan volatile, mengingat tingginya jumlah ekspor.
KMTR merupakan pemimpin pasar ekspor karet Indonesia secara jumlah dengan persentase 21,7%. Penjualan perseroan didominasi 95,8% untuk ekspor dan 4,2% pasar domestik.
Kinerja Operasional
Perusahaan didirikan untuk berfokus pada bisnis karet remah. Sejak 2015, perusahaan memulai berekspansi merambah bisnis kelapa sawit. Kemudian, MKTR kembali berekspansi lini bisnis baru yaitu ribbed smoke sheet sejak 2019.
Lini bisnis ini merupakan bentuk hilirisasi dari karet menjadi lembaran. Namun, dalam laporan tahunan, seluruh penjualan RSS perusahaan ditujukan pada pihak berelasi Archipelago Rubber Trading Pte Ltd.
Sebagai informasi, afiliasi tersebut merupakan tujuan penjualan perusahaan terbesar mencapai Rp 7,9 triliun atau berkontribusi 69,36% pada 2022. Hal ini mengindikasikan perusahaan bergantung pada klien yang merupakan afiliasi dan kurang terdiversifikasi.
Penjualan perusahaan secara umum berasal dari volume dikalikan dengan ASP. Semakin tinggi volume dan ASP, penjualan perseroan akan semakin tinggi. Penjualan 2022 mengalami penurunan disebabkan penurunan volume penjualan dan ASP.
Sekalipun harga TSR Rubber juga mengalami penurunan, perusahaan tidak dapat mempertahankan kinerja dan membukukan kerugian tahun 2022.
Valuasi
Secara valuasi, emiten ini dinilai cukup wajar, dengan PE di bawah 15 dan PBV dikisaran 1. Namun, perhitungan PER yang menggunakan metode disetahunkan dari laba kuartal I 2023 menyebabkan PE rasio terlihat baik-baik saja.
Secara kesehatan finansial, perusahaan DER perusahaan cukup tinggi di atas 1. Namun, kemampuan bayar utang jangka pendek cukup baik.
Padahal, apabila PER menggunakan kinerja 12 bulan terakhir atau trailing twelve months (TTM), PER masih menunjukkan nilai negatif. Selain itu, Efisiensi perusahaan cukup rendah (<5%) dengan NPM kuartal I 2023 berada di 1,73%. Padahal, nilai tersebut sudah didorong oleh keuntungan kurs yang belum terealisasi.
KMTR yang tergolong dalam perusahaan tipe siklikal dengan volatilitas tinggi dan efisiensi yang kurang baik tergolong memiliki valuasi yang relatif mahal.
Layakkah Investasi?
KMTR merupakan perusahaan yang berfokus di komoditas karet. Perusahaan akan sangat bergantung terhadap perubahan harga komoditas dan produk. Perusahaan tidak dapat melakukan hedge dari perubahan harga komoditas dan kurs.
Risiko bisnis tersebut menyebabkan perusahaan menjadi sangat bergantung pada siklus dari industri karet.
Selain itu, kinerja kuartal I-2023 perusahaan membukukan laba bersih positif yang disebabkan oleh adanya keuntungan kurs yang belum terealisasi. Hal ini mengindikasikan perusahaan masih akan mengalami kerugian jika akun tersebut dihilangkan.
Penjualan perusahaan juga mencapai 69,63% pada pihak berelasi. Hal tersebut menunjukkan perusahaan bergantung pada pihak berelasi dan tidak terdapat diversifikasi pelanggan.
Kinerja tertinggi KMTR terjadi pada awal tahun perusahaan IPO pada 2017. Namun, tingginya laba bersih tahun tersebut disebabkan oleh COGS perusahaan yang dapat ditekan. Sedangkan, pendapatan perusahaan pada 2021 mencapai titik tertingginya sejak melantai, tetapi perusahaan tidak dapat menekan COGS. Sehingga, laba bersih tahun 2021 tidak dapat setinggi tahun 2017.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mza/mza)