Fundamental Pundit

Rapor Jeblok, Saham Crazy Rich INDR Juga Mahal Banget

CNBC Indonesia Research, CNBC Indonesia
12 May 2023 12:20
Sri Prakash Lohia
Foto: Ist
  • Saham INDR sempat menjadi idola investor pada pertengahan 2022
  • Spekulasi harga saham tidak sejalan dengan rapor keuangan yang jeblok
  • Peluang dan tantangan di industri tekstil akan menjadi pekerjaan rumah besar manajemen INDR

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten tekstil PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR) sempat menjadi buruan investor ketika harganya melompat ke level penutupan tinggi sepanjang masa (all time high/ATH) Rp12.475/saham pada medio Juni 2022.

Apabila dibandingkan dengan harga saham saat pandemi Covid-19 menyerang, misalnya pada 23 Maret 2020 yang di angka Rp1.300/saham, itu artinya saham INDR sempat meroket 860%.

Namun, setelah itu, harga saham INDR sudah anjlok 64%. Per penutupan 11 Mei 2023, saham INDR diperdagangkan di harga Rp4.530/saham.

Kenaikan saham emiten milik orang terkaya RI keempat versi Forbes 2022 Sri Prakash Lohia tersebut memang tidak dibarengi oleh kinerja keuangan yang solid.
Sepanjang 2022, laba bersih perusahaan anjlok 49,70% secara tahunan (yoy) menjadi US$42,85 juta.

Sebenarnya, penjualan mencapai US$936,1 juta pada 2022, 6% lebih tinggi (yoy) dibandingkan dengan US$ 884,1 juta pada tahun 2021.

Hal ini terutama disebabkan oleh peningkatan harga penjualan atas kenaikan harga bahan baku yang mengimbangi dampak volume penjualan yang lebih rendah secara menyeluruh.

Namun, beban pokok pendapatan membengkak menjadi US$ 855,3 juta, lebih tinggi 13% dibandingkan US$ 754,3 juta pada 2021. Ini terutama karena biaya bahan baku yang lebih tinggi, yang juga menyebabkan harga jual lebih tinggi.

Hal tersebut pada gilirannya membuat laba kotor turun tajam 38% yoy menjadi US$ 80,8 juta selama 2022 dibandingkan dengan US$ 129,8 juta pada 2021.
Manajemen menyebut, hal tersebut terutama karena margin kontribusi yang lebih rendah akibat penurunan tajam di margin industri pada paruh kedua tahun berjalan serta volume yang lebih rendah.

Situasi juga belum membaik selama 3 bulan pertama 2023.

Laba bersih Indo-Rama anjlok 99,81% yoy dari US$33,97 juta pada kuartal I 2022 menjadi hanya US$65 ribu pada periode yang sama 2023.

Penjualan bersih perusahaan juga turun 24,25% yoy menjadi US$205,65 juta pada triwulan pertama tahun ini.

Alhasil, sejumlah rasio profitabilitas utama INDR terlihat buruk. Marjin laba kotor (GPM) Indo-Rama hanya 2,20%, di bawah sejumlah peers macam PBRX (11,52%) dan ERTX (10,69%).

Marjin laba operasi (OPM) perseroan juga malah minus, berbeda dengan peers yang di atas 5%.

Alhasil, marjin laba bersih (NPM) Indo-Rama cuma 0,03%, di bawah perusahaan sejenis.

Tak ketinggalan, return on equity (ROE) dan return on assets (ROA) INDR juga sangat mini, hanya 0,04%. PBRX, misalnya, punya ROE 1,32% atau bahkan ERTX dengan ROE 18,68%.

Saham Kemahalan

Kinerja jeblok membuat valuasi saham INDR sisa spekulasi 2022 masih sangat mahal.

Rasio price-to earnings (P/E ratio) atau harga saham dibandingkan dengan laba perusahaan mencapai 751,89 kali, jauh di atas peers yang berkisar di 4 kali-15 kali. Rerata P/E industri sendiri berada di 15 kali.

P/E ratio INDR juga masih berada di rerata 5 tahun terakhir.

Sementara, dari rasio price-to book value (PBV), perbandingan harga saham dengan nilai buku, INDR terbilang wajar, 0,43 kali, di bawah 1 kali.

Bisnis Indo-Rama

Indo-Rama, didirikan pada tahun 1975, mulai produksi secara komersial pada tahun 1976 dengan pabrik pemintalan kapas di Purwakarta yang secara terus menerus melakukan diversifikasi dan memperluas bisnis Spun Yarn dan menambah produksi pembuatan Polyester Filament Yarns, "Polyester Staple Fibers PET Resin," Polyester Chips dan Polyester Filament Fabrics untuk pasar global dengan lokasi pabrik di Jawa Barat (di Purwakarta, Campaka dan Bandung), Indonesia.

Perusahaan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 1990.

Indo-Rama merupakan salah satu eksportir terbesar produk Poliester dan Benang Pintal dari Indonesia. Indonesia. Perusahaan mengekspor ke para pelanggan premium di Amerika Utara, Eropa, Amerika Selatan, Asia, Australia dan Timur Tengah.

Produk Indo-Rama diekspor ke lebih dari 70 negara di seluruh dunia dan dengan basis pasar yang besar dan terdiversifikasi.

Prospek Usaha

Indo-Rama bisa memanfaatkan posisi sebagai produsen dan eksportir produk polyester dan benang pintal terbesar di Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ke depan.
Manajemen juga menyebut berencana untuk terus memanfaatkan keunggulan biaya kompetitif perseroan di Indonesia, Turki dan Uzbekistan dalam upaya memasuki pasar baru dengan produk yang berbeda dan memiliki nilai tambah.

Produk-produk utama Indo-Rama, Poliester dan Benang Pintal, juga terus mengalami pertumbuhan yang konsisten.

Permintaan Poliester global diproyeksikan akan terus meningkat dengan rata-rata sebesar 3% selama lima tahun ke depan, jauh melampaui tingkat pertumbuhan PDB secara global.

Namun, memang, Indo-Rama beroperasi dalam suatu lingkungan yang kompetitif secara global. Industri tekstil juga masih tertekan lingkungan global yang kurang kondisif.
Seperti sedikit disinggung di atas, produk-produk perseroan diekspor ke lebih dari 70 negara di seluruh dunia dan oleh karena itu, Indo-Rama menghadapi persaingan dari negara-negara produsen lainnya.

Manajemen memperkirakan, fluktuasi harga komoditas akan berlanjut dalam waktu dekat. Namun manajemen tetap pede oleh kekuatan perusahaan, dan menyebut Indo-Rama yakin tidak akan menemui masalah dalam memasarkan produknya mengingat basis pelanggan yang beragam di seluruh dunia.

Namun, perusahaan juga tampaknya tidak memasang target yang muluk-muluk di tengah kondisi makro global yang penuh ketidakpastian saat ini.

Pada 2023, penjualan bersih ditargetkan mencapai US$818 juta. Jumlah tersebut turun 12,61% yoy dari 2022 yang mencapai US$936 juta.

Laba komprehensif juga diproyeksikan hanya mencapai US$14 juta atau turun tajam 66,67% yoy dari tahun 2022 yang sebesar US$42 juta.

Sementara, manajemen tetap menjadi struktur permodalan yang lebih bertumpu pada ekuitas. Ini terlihat dari target total liabilitas (kewajiban) yang sebesar 42% dari total aset, sedangkan total ekuitas 58%.

Angka tersebut lebih baik dibandingkan 2022 yang mana realisasi total total liabilitas 47% dan total ekuitas 53% dari total aset perusahaan.

Industri tekstil yang sedang berjuang dan berimbas ke perseroan, ditambah valuasi saham yang sangat tinggi, perlu menjadi perhatian utama apabila berminat berinvestasi di saham INDR.

Namun, apabila ingin mendapatkan keamanan (margin of safety/MoS), ada baiknya menunggu perbaikan kinerja perusahaan sembari menunggu valuasi saham turun di bawah nilai intrinsiknya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(pap/pap)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation