Fundamental Pundit

Laba Masih Dari "Gaya Lama", OASA Emiten Cinta Laura Mahal

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 May 2023 18:42
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
  • Saham OASA memiliki valuasi mahal di tengah harga saham sedang tren naik
  • Berhasil catatkan pertumbuhan laba bersih di Q1, sumber pendapatan OASA masih 'gaya lama'.
  • Manajemen OASA perlu membuktikan kepada investor soal transformasi bisnis ke energi hijau ke depan.

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) sedang dalam tren menguat akhir-akhir ini. Hanya saja, valuasi saham emiten yang kini berfokus pada energi baru terbarukan (EBT) tersebut tergolong mahal.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), per 2 Mei 2023, harga saham OASA diperdagangkan di level Rp159/saham. Posisi tersebut lebih tinggi 19,00% dibandingkan awal tahun (YtD).

Sementara, ditilik dari kinerja teranyar, laba bersih Maharaksa tumbuh 215,64% secara tahunan (YoY) menjadi Rp766,73 juta per kuartal I 2023.

Perolehan laba tersebut lebih besar dari posisi kuartal I 2022 Rp242,91 juta.

Walaupun, laba kuartalan tersebut masih di bawah peroleh OASA sejak 2019. Pada kuartal I 2019, laba bersih OASA Rp1,0 miliar, kuartal I 2020 Rp2,4 miliar, dan kuartal I 2021 Rp1,07 miliar.

Dari sisi top line, pendapatan bersih OASA mencapai Rp10,28 miliar atau naik 220,97% yoy dari periode yang sama kuartal I 2022.

Rinciannya pos jasa tenaga ahli menyumbang Rp3,75 miliar dan pos Jasa konsultasi pekerjaan kapal sesuai dengan kegiatan ramah lingkungan Rp6,52 miliar. Kedua pos ini tidak ada pada kuartal I 2022, ketika perusahaan mengandalkan penjualan dari jasa konsultasi instalasi sistem dan penjualan barang.

Pendapatan dari pos yang 'berbau' eco/energi terbarukan sejatinya mulai tampak pada laporan keuangan tahun penuh 2022 atau 6 bulan setelah OASA berganti bisnis ke EBT.

Pada tahun penuh 2022 per 31 Desember 2022, OASA mengandalkan pendapatan dari jasa konsultasi pengelolaan limbah Rp40 miliar atau 98% dari total pendapatan perseroan tahun itu.

Soal rasio profitabilitas, OASA tidak begitu mentereng. Marjin laba usaha (OPM) hanya 8,60%, di bawah industri 27%. Demikian pula, marjin laba bersih (NPM) OASA (7,46%) yang di bawah JAST (peers ketika sebelum berubah industri) yang mencapai 14,35% dan industri 10%.

Dua metrik kesukaan investor, return on equity (ROE) dan return on asset (ROA) OASA juga sangat kecil, di bawah 1%. Juga jauh di bawah industri. Ini menjadi salah satu perhatian utama dalam melihat emiten tersebut.

Valuasi Mahal

Berbicara soal valuasi, saham OASA diperdagangkan 337,34 kali di atas laba per saham (EPS). Ini di atas industri yang cuma 17% dan peers terdekat OASA.
Demikian pula rasio harga saham dibandingkan nilai buka (PBV ratio) OASA yang mencapai 1,56 kali juga di atas rerata industri 1,40 kali.

Apabila menggunakan metrik populer tersebut, harga wajar emiten yang mengangkat artis Cinta Laura sebagai komisaris perseroan tersebut berada di angka Rp56/saham atau ada potensi downside hingga minus 65%.

Bisnis OASA

Sebelumnya bernama PT Protech Mitra Perkasa Tbk dan menjalankan kegiatan usaha di bidang infrastruktur dan telekomunikasi secara resmi bertransformasi pada Juni 2022 menjadi PT Maharaksa Biru Energi Tbk.

Kini, dengan nama baru, OASA bergerak di bidang energi terbarukan (ET), terutama teknologi lingkungan yang mengembangkan teknologi hijau.

Perseroan saat ini membuat blueprint kegiatan usaha yang baru dengan cakupan kegiatan di bidang energi terbarukan, bio industry, pengolahan sampah, dan teknologi pintar.

Seluruh kegiatan usaha tersebut dijalankan Perseroan sebagai upaya menghadirkan solusi untuk mengurangi dan mencegah dampak perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi karbon dengan pendekatan inovasi yang ramah lingkungan untuk menuju energi yang bersih dan berkelanjutan.

Di 2022, Perseroan semakin agresif dalam menjalankan blueprint bisnisnya diantaranya dengan mengerjakan beberapa proyek di bidang energi terbarukan seperti proyek pengolahan sampah (PSEL) yang berlokasi di Cakung, Jakarta serta proyek bio energi, dan bio industry.

Sejumlah kerja sama diteken selama tahun lalu, seperti penandatangan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU dengan Suez Group dalam rangka optimasi fasilitas Solid Waste Management untuk proyek PSEL DKI Jakarta Wilayah Barat pada 4-5 Mei 2022.

Kemudian, penandatanganan MoU dengan PT Sojitz Indonesia dalam rangka membangun industri Bio Propylene Glycol (Bio PG) pertama di Indonesia pada 23 Mei 2022 dan penandatanganan perjanjian Aliansi Strategis antara Perseroan dengan Intec Engineering GmbH/ SBW Energy GmbH Jerman dalam pengembangan proyek-proyek energi terbarukan di Indonesia pada 11 November.

Pada kuartal dua pada 2023 OASA menargetkan untuk membentuk perusahaan patungan (JV Co) untuk Proyek PSEL Wilayah Barat Provinsi DKI Jakarta dan diharapkan Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL) dengan PLN dan Perjanjian Kerjasama untuk harga pembelian sampah juga telah dapat diselesaikan.

Prospek ke Depan

Kendati belum kentara saat ini, prospek energi terbarukan cerah di masa depan di tengah krisis iklim global. Saat ini, peralihan ke energi terbarukan sebagai energi masa depan menjadi desakan global.

Peralihan ini didorong oleh kekhawatiran global mengenai masalah lingkungan dan perubahan iklim yang semakin mendesak, yang mendorong komitmen global untuk melakukan perbaikan melalui perjanjian Paris dan Nationally Determined Contribution (NDC) yang ditandatangani oleh 195 negara termasuk Indonesia.

Dalam konteks OASA, perusahaan juga memiliki keyakinan dalam menjalankan bisnis di sektor energi terbarukan karena dukungan yang cukup dalam hal pendanaan.
Saat ini, banyak kreditur global dan nasional yang mendukung bisnis berbasis lingkungan melalui green climate fund.

Dapat dilihat dari pertumbuhan yang pesat dalam penerbitan obligasi hijau (green bond) yang mencapai US$509 miliar pada 2021 dan diharapkan dapat mencapai US$5 triliun pada tahun 2025 secara global.

Pemerintah Indonesia juga telah menunjukkan komitmen dalam mendukung pengembangan energi terbarukan, dengan target 23% energi terbarukan dalam bauran energi pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050. Pemerintah juga memberikan insentif bagi investor yang berinvestasi di sektor energi terbarukan, seperti pembebasan pajak, keringanan bea masuk, dan kemudahan dalam perizinan.

Meskipun masih terdapat beberapa hambatan seperti keterbatasan infrastruktur dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang manfaat energi terbarukan, namun prospek energi terbarukan di Indonesia tetap sangat cerah.

Dalam beberapa tahun ke depan, energi terbarukan di Indonesia diharapkan dapat memainkan peran yang semakin besar dalam menyediakan energi yang bersih dan terjangkau, serta membantu Indonesia mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca.

Untuk itu, dengan valuasi yang mahal dan kinerja yang belum begitu moncer, membeli saham OASA saat ini untuk investasi jangka menengah-panjang bukan hal yang bijak.

Mari menunggu apakah transformasi bisnis OASA ke bidang energi terbarukan benar-benar berhasil, mengutip perkataan direksi di Laporan Tahunan OASA 2022, melakukan unlock value bisnis perseroan yang pada gilirannya tercermin di harga saham perusahaan.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(pap/pap)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation