Fundamental Pundit

Valuasi "Setinggi Langit", Saham TFAS Sangat Berisiko

Tri Putra, CNBC Indonesia
10 May 2023 12:35
pembukaan bursa saham
Foto: ist
  • Harga saham Telefast sudah anjlok 55% dari level tertinggi pada pertengahan 2021.
  • Kendati harga sudah turun jauh, valuasi TFAS masih sangat kemahalan
  • Sejumlah kerja sama bisnis bisa mendorong kinerja bagi perseroan, tetapi waktu yang akan membuktikan

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS) sudah anjlok 55,29% dari level tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH). Meski demikian, saham TFAS masih memiliki valuasi setinggi langit.

Mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI), per 9 Mei 2023, harga saham TFAS ditutup di Rp3.610/saham.

Padahal, pada 19 Agustus 2021, di tengah euforia saham teknologi, saham TFAS sempat melambung ke Rp8.075/saham.

Kinerja teranyar TFAS sejatinya menunjukkan perbaikan di sisi bottom line (pos laba).

Perusahaan membukukan laba bersih Rp26,60 juta pada kuartal I 2023. Angka tersebut memang sangat kecil, tapi cukup membaik dibandingkan rugi bersih Rp107 juta pada kuartal I 2022.

Pendapatan bersih Telefast tercatat sebesar Rp188,84 miliar selama 3 bulan pertama 2023 atau tumbuh 20,41% secara tahunan (yoy) dari Rp156,83 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Seluruh pendapatan Telefast merupakan penjualan neto produk dan jasa digital, dan supply chain untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2023.

Sementara, total aset perusahaan tercatat sebesar Rp263,39 miliar per 31 Maret 2023, turun tipis dari posisi 31 Desember 2022 yang sebesar Rp263,61 miliar.

Adapun, total liabilitas perusahaan Rp71,55 miliar, lebih kecil dibandingkan modal (ekuitas) yang sebesar Rp191,85 miliar. Ini artinya, rasio leverage (pengungkit), misalnya debt-to equity (DER), TFAS masih di bawah batas wajar.

Hanya saja, lantaran baru saja membalik rugi menjadi laba (yang sangat mini), rasio profitabilitas TFAS juga tak meyakinkan.

Marjin laba operasional (OPM) bahkan hanya 0,96%, di bawah rerata industri 2,82%. Demikian pula marjin laba bersih (NPM) yang hanya 0,01%, jauh di bawah industri 1,31%.

Karenanya, investor juga tidak akan menemukan rasio favorit macam ROE dan ROA yang menarik di TFAS. ROE TFAS Cuma 0,04%, sedangkan ROA 0,04%. Angka tersebut di bawah industri (ROE: 0,34%; ROA: 0,29%).

Valuasi di Atas Langit

Kinerja keuangan yang kurang meyakinkan, akhirnya tercermin pula dalam valuasi saham perusahaan yang terlampau mahal.

Saat ini, rasio harga saham dibandingkan dengan laba per saham (PER) TFAS mencapai 56.547 kali. Angka tertinggi di bursa dan sekaligus sangat jauh di atas rule of thumb 10-15 kali dan rerata industri 25 kali.

Demikian pula, rasio harga saham dibandingkan nilai buku (PBV) TFAS yang mencapai 32,75 kali jauh di atas aturan umum 1 kali dan industri 4 kali.

Apabila menggabungkan metrik multiple di atas dan proyeksi kas perusahaan ke depan, nilai wajar saham TFAS adalah Rp51. Ini artinya, ada potensi penurunan (downside) hingga 98% dari harga per 9 Mei 2023.

Bisnis TFAS

Berdiri sejak 2009, Telefast merupakan perusahaan supply chain management yang memiliki jaringan ritel yang luas (lebih dari 10.000 toko) dan didukung dengan teknologi terkini sehingga mampu memberikan layanan yang lebih komprehensif dalam industri logistik.

Sejumlah produk dan layanan emiten Grup Kresna tersebut, yakni HRKU (Human Resources Information System), Manpower Supply Specialist, dan Logistic Service Provider.
Seiring dengan terus berkembangnya operasional perseroan, maka Telefast melakukan penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 17 September 2019.

Pada 2022, Telefast menjalin kerja sama bisnis dengan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) untuk menjadi mitra keagenan dalam layanan logistik jaringan drop point melalui Bukasend.

Bukasend adalah fitur pengiriman yang dapat diakses melalui aplikasi Bukalapak atau mitra Bukalapak dengan berbagai pilihan mitra logistik seperti SiCepat, Paxel, Anteraja, dan Lion Parcel. Fitur ini memungkinkan pelanggan untuk mengirim paket dengan mudah.

Bukalapak, yang memiliki lebih dari 14 juta mitra penjual, memiliki potensi pasar yang sangat besar untuk menjadi agen drop point logistik TFAS.

Kerja sama ini juga merupakan bentuk usaha TFAS dalam memperluas jaringan Droper yang saat ini telah mencapai lebih dari 9.000 jaringan logistik yang tersebar di seluruh Indonesia.

Sebelumnya, jaringan Droper telah mencatatkan total pengiriman sebanyak 35 juta paket dari Januari hingga Desember 2022.

Prospek TFAS

Kondisi makro RI 2023 yang diproyeksi masih akan tetap kuat di tengah risiko perlambatan ekonomi global dan ekonomi digital RI yang terus bertumbuh bisa menjadi modal penting untuk Telefast.

Pada 2022, transaksi ekonomi dan keuangan digital berkembang pesat ditopang oleh naiknya penerimaan dan preferensi masyarakat dalam berbelanja daring, luasnya dan mudahnya sistem pembayaran digital, serta cepatnya digital banking.

Ekonomi digital Indonesia sendiri diproyeksikan tumbuh 20% dari tahun 2021 menjadi USD146 miliar pada tahun 2025 dan diprediksi akan terus meningkat.

Walaupun, sebagaimana diakui direksi, pada 2022, Telefast masih dihantui dengan kehadiran pandemi Covid-19 yang belum juga sepenuhnya membaik.

Kondisi ini menyebabkan operasional Telefast belum sepenuhnya kembali normal seperti sebelum pandemi.

Selain itu, semakin agresifnya kompetitor juga menjadi isu yang dihadapi Perseroan.

Sejauh ini, Telefast mencoba mengatasi problem tersebut dengan peningkatan mutu kinerja dan layanan perseroan, memperluas jaringan pemasaran serta pengembangan Human Capital.

Manajemen juga tetap optimis untuk meraih keberlanjutan serta pertumbuhan perseroan ke depan, terutama dengan memanfaatkan pangsa pasar yang masih luas.
Kerja sama dengan Bukalapak dan dengan Grup MCAS, yang masih termasuk kelompok Kresna, juga bisa menjadi modal yang baik untuk perseroan.

Sebagaimana diketahui, bersama anak usaha MCAS Group (via NFCX yang berkolaborasi dengan SiCepat dalam produksi motor listrik Volta), perusahaan bersinergi pada jaringan drop point logistic untuk menawarkan layanan kendaraan listrik, seperti Sistem Ganti Baterai (SGB) sebagai bisnis baru bagi para mitra UKM.

TFAS dan Volta, berkolaborasi dengan mendukung jaringan mitra drop point untuk merambah inovasi bisnis kendaraan listrik.

Dalam kolaborasi ini, TFAS berperan sebagai business enabler bagi lebih dari 9.000 mitra drop points yang ingin menjalankan berbagai bisnis kendaraan listrik.

Para mitra drop point TFAS nantinya dapat menjalankan tiga skema bisnis, di antaranya adalah penyediaan Sistem Ganti Baterai (SGB) melalui SGB Mitra, penyewaan motorlistrik, dan penjualan motor listrik Volta.

Hanya saja, melihat valuasi setinggi langit TFAS, ada baiknya bagi investor untuk memikirkan ulang apabila ingin berinvestasi di TFAS saat ini. Kecuali, apabila strategi bisnis Telefast akhirnya membuat gebrakan signifikan yang tercermin lewat kinerja keuangan di masa depan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(pap/pap)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation