
Saham Juara Pekan ini! Modal & Cuannya Bisa Beli Motor Beat

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa efek pekan ini terpantau bergerak menukik ke bawah seiring dengan terjadinya penjualan asing. Namun, terdapat beberapa saham yang mampu memberi imbal hasil signifikan, bahkan dengan membeli Rp10 juta, total modal dan untungnya dapat untuk membeli Motor Honda Beat.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini ambruk 1%, berada di level 6924,78. Setelah mencoba menembus level psikologis 7.000, IHSG malah ambruk dalam dua hari terakhir perdagangan.
Ambruknya IHSG disinyalir terjadi seiring dengan kekhawatiran rilis data inflasi AS pekan depan. Sentimen ini menyebabkan pasar melakukan aksi take profit, sehingga ini disinyalir menyebabkan terjadinya penjualan asing atau Net Foreign Sell.
Berdasarkan data transaksi 4 - 7 September 2023, nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp7,57 triliun terdiri dari jual neto Rp7,06 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp0,50 triliun di pasar saham.
Kendati demikian, terdapat beberapa saham yang mampu memberikan imbal hasil di atas 20% pekan ini. Bahkan, terdapat sebuah saham yang return-nya hampir melipatgandakan dana investasi awal.
Berikut deretan saham tercuan pada pekan ini.
Emiten teknologi PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS) menjadi saham yang paling 'cuan' di pekan ini, yakni meroket 88,24%. Dengan berinvestasi Rp10 juta pada awal pekan dan menjual di akhir pekan, total modal akhir investor akan menjadi Rp 18,8 juta atau keuntungan bersih Rp8,8 juta.
Pada perdagangan Jumat (8/9/2023) akhir pekan ini, saham TFAS ARA (Auto Reject Atas), terbang 25% ke Rp 1.600/saham. Bahkan, saham TFAS ARA dalam tiga hari terakhir beruntun sebelum pekan ini berakhir.
Besarnya imbal hasil dalam sepekan ini, modal akhir pemilik TFAS dapat digunakan untuk membeli motor BeAT Street. Melansir situs resmi Astra Honda, harga motor BeAT Street senilai Rp18,7 juta.
Padahal, pekan sebelumnya, saham TFAS kehilangan 48,33% nilainya, jatuh ke Rp850 per saham. Hal ini menyebabkan perseroan merilis tanggapan atas volatilitas transaksi efek. Mayoritas penjelasan perseroan tidak menggambarkan alasan volatilitas kejatuhan saham TFAS.
Namun, terdapat satu poin yang menjadi indikasi kenaikan saham TFAS pada pekan selanjutnya. Informasi yang dirilis pada awal pekan ini, Senin (4/9), menyatakan bahwa induk TFAS, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS), tidak menutup kemungkinan meningkatkan epemilikan TFAS, mengingat prospek dan potensi sinergi bisnis.
Penjelasan poin tersebut disinyalir menjadi salah satu faktor melesatnya saham TFAS. Meski begitu, kenaikan signifikan perlu diperhatikan investor, sebab ini juga berpotensi berbalik arah signifikan ke depan.
Kenaikan juga terjadi pada PT Apexindo Pratam Duta Tbk (APEX) yang bergerak di sektor minyak dan gas. Kenaikan saham APEX terjadi seiring dengan harga minyak dunia yang menembus US$90 per barel.
Saham APEX menjadi efek pertama yang mencicipi batas atas penerapan ARB Simetris di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham APEX tercatat menguat 34,74% ke harga Rp 256 per saham hanya dalam tempo 44 menit sejak perdagangan di buka.
Seperti diketahui pada 4 September 2023 lalu, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah memberlakukan batasan persentase auto rejection atas dan bawah secara simetris tahap II. Dengan kebijakan ini, investor tentu berpeluang membeli saham dengan harga yang jauh lebih rendah ketimbang di masa pandemi lalu dalam dua sesi perdagangan.
Sejatinya, hal ini akan memunculkan dua kemungkinan bagi sang investor. Ketika saham turun dalam, investor bisa membeli di harga yang sangat rendah baik untuk pembelian pertama atau averaging down. Namun di sisi lain kerugian yang didapat pun bisa semakin membesar lantaran saham yang dibeli bisa saja longsor sampai -35%.
Dikutip dari CNBC International, harga minyak melonjak setelah Arab Saudi memutuskan untuk memperpanjang pemangkasan produksi.
Arab Saudi akan memangkas produksi sebesar 1 juta barel per day (bpd) secara sukarela hingga akhir tahun ini. Pemangkasan tersebut akan mengurangi produksi minyak hingga 9 juta pbd pada Oktober, November, dan Desember.
Lonjakan harga minyak menjadi prospek saham APEX yang bergerak di sisi hulu migas. Hal ini menjadikan perseroan berpotensi mendapat kontrak baru yang akan mendorong topline hingga perbaikan dari sisi bottomline atau laba bersih. Sehingga, ada harapan APEX dapat turn around, baik dari kinerja keuangan hingga sahamnya.
Selain beberapa saham tercuan pada pekan ini, tentunya ada saham yang koreksinya paling parah pada pekan ini.
Berikut deretan saham terboncos pada pekan ini.
PT Aesler Grup Internasional Tbk (RONY) menjadi saham yang paling parah koreksinya pada pekan ini, yakni mencapai 40%. Pada perdagangan Jumat kemarin, saham RONY ambles 9,6% menjadi Rp 369/saham.
Saham RONY yang bergerak di bidang perencanaan arsitektur dan manajemen konstruksi mencatatkan laba bersih hanya Rp 106 juta sepanjang semester-I 2023. Rendahnya laba bersih disebabkan oleh kinerja kuartal pertama perseroan yang masih merugi.
Meski harga telah jatuh, valuasi relatif dengan laba bersih atau Price to Earning Ratio (PER) yang disetahunkan masih sangat mahal, sebesar 1.912 kali.Hal ini disinyalir menjadi penyebab kejatuhan saham RONY.
(mza)