
Harga Super Mahal, Spekulasi di Saham TFAS 'Gak Bahaya Ta?"

- Saham Telefast Indonesia (TFAS) mengalami lonjakan harga signifikan akhir-akhir ini, seolah melepas tren penurunan
- Hanya saja, penurunan tajam dari level Rp8.000 per saham ke harga saat ini tidak membuat saham TFAS lantas menjadi murah (undervalued)
- Manajemen perlu membuat gebrakan yang meyakinkan agar harga saham tidak terus menerus jomplang dengan valuasi perusahaan.
Jakarta, CNBC Indonesia - Lama dalam tren penurunan, saham PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS) tiba-tiba kembali melonjak tinggi. Lonjakan yang tak disertai story yang solid tentu membuat investor bertanya, apa yang terjadi dan bagaimana valuasi saham itu?
Sedikit kilas balik. Pada 16 Agustus 2021, di tengah euforia dan aksi spekulasi di saham teknologi, saham TFAS sempat melambung ke Rp8.225/saham. Ini sebelum akhirnya terjun bebas ke Rp720/saham pada 4 September 2023.
Semenjak menyentuh level psikologis 700-an tersebut, yang akhirnya membuat bursa melakukan suspensi (penghentian sementara) perdagangan saham pada 5 September, saham TFAS kembali bergerak liar dengan melonjak hingga batas auto reject atas (ARA) 25% selama 5 hari beruntun (6-12 September) ke level Rp1.800-an/saham.
Dalam penjelasannya kepada pihak Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen TFAS menjelaskan, perusahaan tidak mengetahui adanya informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai saham perusahaan atau keputusan investasi pemodal.
Perseroan juga, demikian mengutip manajemen, "belum memiliki rencana untuk melakukan tindakan korporasi dalam waktu dekat, termasuk rencana korporasi yang akan berakibat terhadap pencatatan saham Perseroan di bursa (paling tidak dalam 3 bulan mendatang)."
Dengan harga saat ini, valuasi saham TFAS masih terlampau mahal.
Sementara, rapor keuangan TFAS jeblok. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk anjlok 86,03% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp149,79 juta.
Pendapatan bersih TFAS juga turun 8,48% yoy menjadi Rp367,70 miliar.
Alhasil, rasio profitabilitas TFAS juga tidak meyakinkan. Marjin laba usaha (OPM) hanya 1,10%, marjin laba bersih cuma 0,04% dan begitu pula metrik return on equity (ROE) dan return on assets (ROA) yang sangat mini, secara berturut-turut 0,16% dan 0,10%.
Valuasi Terlalu Mahal
Kinerja keuangan yang mengecewakan dan harga saham yang telanjur mengangkasa membuahkan valuasi yang sangat mahal.
Rasio harga saham dibandingkan laba per saham perusahaan atau price-to earnings ratio (PER) TFAS mencapai angka fantastis, yakni 10.206 kali, sangat jauh di atas rule of thumb 10-15 kali.
Demikian pula, dengan rasio harga saham dibandingkan dengan nilai buku (price-to book value/PBV) yang mencapai 16,4 kali, melampaui aturan umum 1-2 kali.
Sekilas Tentang TFAS
Berdiri sejak 2009, Telefast merupakan perusahaan supply chain management yang memiliki jaringan ritel yang luas (lebih dari 10.000 toko) dan didukung dengan teknologi terkini sehingga mampu memberikan layanan yang lebih komprehensif dalam industri logistik.
Sejumlah produk dan layanan emiten Grup Kresna tersebut, yakni HRKU (Human Resources Information System), Manpower Supply Specialist, dan Logistic Service Provider.
Seiring dengan terus berkembangnya operasional perseroan, maka Telefast melakukan penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 17 September 2019.
Pada 2022, Telefast menjalin kerja sama bisnis dengan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) untuk menjadi mitra keagenan dalam layanan logistik jaringan drop point melalui Bukasend.
Bukasend adalah fitur pengiriman yang dapat diakses melalui aplikasi Bukalapak atau mitra Bukalapak dengan berbagai pilihan mitra logistik seperti SiCepat, Paxel, Anteraja, dan Lion Parcel. Fitur ini memungkinkan pelanggan untuk mengirim paket dengan mudah.
Bukalapak, yang memiliki lebih dari 14 juta mitra penjual, memiliki potensi pasar yang sangat besar untuk menjadi agen drop point logistik TFAS.
Kerja sama ini juga merupakan bentuk usaha TFAS dalam memperluas jaringan Droper yang saat ini telah mencapai lebih dari 9.000 jaringan logistik yang tersebar di seluruh Indonesia.
Sebelumnya, jaringan Droper telah mencatatkan total pengiriman sebanyak 35 juta paket dari Januari hingga Desember 2022.
Prospek Bisnis TFAS
Kondisi makro RI 2023 yang diproyeksi masih akan tetap kuat di tengah risiko perlambatan ekonomi global dan ekonomi digital RI yang terus bertumbuh bisa menjadi modal penting untuk Telefast.
Pada 2022, transaksi ekonomi dan keuangan digital berkembang pesat ditopang oleh naiknya penerimaan dan preferensi masyarakat dalam berbelanja daring, luasnya danmudahnya sistem pembayaran digital, serta cepatnya digital banking.
Ekonomi digital Indonesia sendiri diproyeksikan tumbuh 20% dari tahun 2021 menjadi USD146 miliar pada tahun 2025 dan diprediksi akan terus meningkat.
Walaupun, sebagaimana diakui direksi, pada 2022, Telefast masih dihantui dengan kehadiran pandemi Covid-19 yang belum juga sepenuhnya membaik.
Kondisi ini menyebabkan operasional Telefast belum sepenuhnya kembali normal seperti sebelum pandemi. Selain itu, semakin agresifnya kompetitor juga menjadi isu yang dihadapi Perseroan.
Sejauh ini, Telefast mencoba mengatasi problem tersebut dengan peningkatan mutu kinerja dan layanan perseroan, memperluas jaringan pemasaran serta pengembangan Human Capital.
Manajemen juga tetap optimis untuk meraih keberlanjutan serta pertumbuhan perseroan ke depan, terutama dengan memanfaatkan pangsa pasar yang masih luas.
Kerja sama dengan Bukalapak dan dengan Grup MCAS, yang masih termasuk kelompok Kresna, juga bisa menjadi modal yang baik untuk perseroan.
Sebagaimana diketahui, bersama anak usaha MCAS Group (via NFCX yang berkolaborasi dengan SiCepat dalam produksi motor listrik Volta), perusahaan bersinergi pada jaringan drop point logistic untuk menawarkan layanan kendaraan listrik, seperti Sistem Ganti Baterai (SGB) sebagai bisnis baru bagi para mitra UKM.
TFAS dan Volta, berkolaborasi dengan mendukung jaringan mitra drop point untuk merambah inovasi bisnis kendaraan listrik.
Dalam kolaborasi ini, TFAS berperan sebagai business enabler bagi lebih dari 9.000 mitra drop points yang ingin menjalankan berbagai bisnis kendaraan listrik.
Para mitra drop point TFAS nantinya dapat menjalankan tiga skema bisnis, di antaranya adalah penyediaan Sistem Ganti Baterai (SGB) melalui SGB Mitra, penyewaan motor
listrik, dan penjualan motor listrik Volta.
Mengutip penjelasan dalam materi paparan publik (public expose) insidentil, tantangan bagi TFAS adalah peningkatan popularitas e-commerce telah menghasilkan pertumbuhan persaingan di antara bisnis jaringan drop point. Banyak perusahaan yang berlomba-lomba untuk menawarkan solusi pengiriman dan pengambilan terbaik.
Tantangan tersebut bisa menjadi kesempatan bagi perusahaan, yakni dengan memberikan pengalaman pelanggan yang konsisten di semua titik pengambilan
Tantangan lainnya berupa perubahan kebiasaan konsumen, termasuk preferensi untuk pengiriman cepat dan pengambilan fleksibel, yang dapat memengaruhi permintaan terhadap bisnis jaringan drop point.
Terkait perubahaan preferensi konsumen, manajemen melihat adanya peluang, yaitu bisnis ini perlu beradaptasi dengan cepat untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Salah satunya dengan menjadi one stop solution bagi end user dengan menyediakan berbagai layanan dengan waktu pengambilan yang cepat.
Perkembangan jaringan drop point TFAS memang tumbuh positif. Pada 2021, perusahaan baru memiliki 6.200 drop point, pada 2022 sebanyak 9.244 drop point, dan per kuartal II 2023 10.071 drop point.
Targetnya, hingga akhir 2023, TFAS memproyeksikan akan memiliki 12 ribu drop point.
Sejumlah kolaborasi TFAS dengan 3PL (third party logistic) service, di antaranya dengan kurir SiCepat, Anteraja, Pos Indonesia, Sentral Kargo, hingga Shopee Express.
Namun, melihat valuasi saham TFAS yang sudah menyundul langit di tengah dugaan aksi spekulasi harga, akan lebih bijak bagi investor untuk menimbang ulang apabila ingin berinvestasi di TFAS saat ini, kecuali ada gebrakan luar biasa dari perusahaan ke depan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(ras)