
Nelangsa NFCX: Laba Bersih Anjlok 89%, Saham Merosot 12%

- Saham NFCX sudah anjlok 48% dari level tertingginya
- Kendati turun tajam, valuasi saham NFCX masih mahal
- Masuknya perusahaan ke industri motor listrik memberikan peluang sekaligus tantangan ke depan
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT NFC Indonesia Tbk (NFCX) sempat menembus Rp13.400/saham pada Agustus 2021. Kini, kendati sudah anjlok 48% dari level tertinggi, saham emiten Grup Kresna tersebut masih tergolong mahal (overvalued).
Mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI), per 4 Mei 2023, harga saham NFCX berada di level Rp7.000/saham. Dengan itu, kapitalisasi pasar (market cap) NFCX mencapai Rp4,67 triliun, lebih besar dari total aset perusahaan yang sebesar Rp2,92 triliun.
Harga saham NFCX sendiri sudah turun 12,50% selama 2023 (ytd). Sementara, kinerja teranyar NFCX jeblok. Laba bersih turun tajam 89,01% secara tahunan (yoy) dari Rp27,56 miliar pada kuartal I 2022 menjadi hanya Rp3,03 miliar pada periode yang sama tahun ini.
Pertumbuhan pendapatan yang sebesar 10,94% yoy menjadi Rp2,92 triliun selama 3 bulan pertama di 2023 tergerus dengan kenaikan beban hingga 10,91% yoy menjadi Rp2,88 triliun pada periode yang sama.
Hal tersebut ditambah dengan kenaikan beban usaha hingga penurunan laba investasi lainnya yang belum terealisasi (dari Rp22 miliar pada kuartal I 2022 menjadi Rp3,29 miliar pada kuartal I 2023 di saham TFAS dan DIVA).
Informasi saja, sumber pendapatan utama NFCX masih dari agregator produk digital yang mencapai Rp2,79 triliun, diikuti iklan berbasis cloud Rp63,49 miliar. Sementara, segmen yang baru dimasukin NFCX, produk dan layanan energi bersih baru menyumbang Rp45,17 miliar di kuartal I 2023.
Rasio profitabilitas NFCX juga tidak mengesankan. Marjin laba usaha (OPM) hanya 0,34%, di bawah peers dan di bawah rerata sektor 4,70%. Kemudian, marjin laba bersih (NPM) perusahaan juga sangat kecil, hanya 0,10% (versus sektor 3,04%).
Seiring dengan itu, return on equity (ROE) yang hanya 1,96% dan ROA yang Cuma 0,60% juga jauh sangat mini. Ini menjadi pekerjaan rumah (PR) manajemen ke depan apabila ingin mendapatkan perhatian investor di bursa.
Valuasi Mahal
Dengan rasio profitabilitas kecil, valuasi NFCX juga terlalu mahal. Dengan metrik price-to earnings ratio (PER) yang mencapai 385,06 kali, tentu saham NFCX kelewat overvalued baik dengan peers dan industri yang hanya 23 kali.
Demikian pula rasio populer lainnya macam price-to book value (PBV) NFCX yang mencapai 7,5 kali di atas rule of thumb 1 kali dan rerata industri 3 kali.
Dengan mengacu pada metrik tersebut dan proyeksi arus kas NFCX ke depan, nilai wajar saham tersebut berkisar di Rp1.485/saham atau ada potensi penurunan 78,79% dari harga saat ini.
Soal NFC Indonesia
Didirikan pada 2013 dan bagian dari Grup Kresna lewat sang induk PT M Cas Integrasi Tbk (MCAS), NFC Indonesia dan anak usahanya bergerak di memiliki berbagai unit usaha yang menawarkan produk dan layanan digital yang luas.
Produk dan layanan tersebut mencakup top up aggregator produk digital di Indonesia untuk jaringan offline (retail) dan online (e-commerce), periklanan digital berbasis komputasi awan, konten hiburan digital yang berkualitas, serta usaha brand communication yang terintegrasi.
Sejumlah produk NFCX seperti Refira dan M-Coupon yang merupakan platform promosi viral yang didesain untuk meningkatkan sales dengan cepat.
Kemudian, Platform Periklanan Cloud Digital lewat anak usahanya PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) dan PT Omega Kreasi Bersama (OKB), hingga media dan hiburan (investasi hingga produksi film dan media.
Terbaru, NFCX dan sang induk MCAS membuat perusahaan patungan motor listrik bersama perusahaan kurir SiCepat yang bernama PT Volta Indonesia Semesta.
Pada 11 November 2021, Volta Indonesia Semesta resmi membuka pabrik pertama kendaraan listriknya yang berlokasi di Kawasan Industri Candi, Kota Semarang.
Volta mengusung konsep Sistem Ganti Baterai (SGB) sebagai inovasi berkendara untuk mengurangi penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM).
Hal ini juga merupakan upaya perusahaan untuk mendukung pemerintah Indonesia dalam menerapkan program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) dan melihat potensi pengguna kendaraan listrik di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat hingga tahun 2025.Volta menyasar pasar B2B, B2G, dan B2C dengan membangun jaringan dealership berskema 4S, Sales, Service, Spare Part dan SGB. Tahun ini ditargetkan 25 jaringan, dan tahun depan 100 jaringan dealer.
Teranyar, pada 5 April 2023, NFXC mengumumkan perusahaan, via anak usahanya, PTEnergi Selalu Baru (ESB) telah mendirikan anak Perusahaan baru dengan nama PT Sewa Baterai Listrik.
PT Energi Selalu Baru memiliki kepemilikan saham sebanyak 5.500 lembar saham atau sebesar 55% pada PT Sewa Baterai Listrik senilai Rp. 5.500.000.000.
ESB adalah perusahaan yang berfokus pada pengembangan teknologi dan infrastruktur EV, khususnya komponen baterai dan stasiun pertukaran baterai untuk sepeda motor listrik Volta.
Fokus NFXC di industri motor listrik terlihat dari sejumlah kerja sama yang diteken akhir-akhir ini. Seperti, pada Maret 2023, NFCX bekerja sama dengan Telkomsel menghadirkan program bundling motor listrik dan ESB bekerka sama dengan PT PLN (Persero) untuk menempatkan stasiun pergantian baterai atau Sistem Ganti Baterai (SGB) sepeda motor listrik Volta di properti PLN.
Kerja sama lainnya, di antaranya ESB pada 28 Maret 2023 mengumumkan menekan MoU dengan PT Industri Battery Indonesia (IBC) untuk mengembangkan dan membangun ekosistem industri Roda 2 Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB).
Kemudian, pada 29 Maret 2023, ESB telah menjalin kemitraan strategis dengan PT International Chemical Industry (ABC Lithium) dalam pengadaan dan perakitan battery pack untuk kendaraan listrik (EV).
Volta juga resmi mendapatkan insentif berupa subsisi Rp7 juta per sepeda listrik dari pemerintah.
Salah satu syarat untuk mendapatkan subsidi tersebut adalah memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 40%. Volta sendiri sudah mencapai 47,6% dari penggunaan komponen dalam negeri.
Peluang dan Tantangan NFCX
Era digital, media baru (YouTube), ecommerce dan pertumbuhan ritel yang cerah bisa menjadi katalis positif bagi perusahaan. Akan tetapi, persaingan bisnis berupa solusi sejenis, misalnya di solusi periklanan cloud digital, dari pesaing terdekat bisa menjadi penghambat pertumbuhan NFCX ke depan.
Kemudian, karena akhir-akhir NFCX gencar mempromosikan motor listrik Volta, tentu saja karena dukungan pemerintah yang besar industri EV di Indonesia terbilang cerah.
Seperti disebutkan di atas, pemerintah memberikan bantuan insentif senilai Rp 7 juta per motor listrik kepada 200.000 unit motor di 2023 dengan TKDN 40% atau lebih.
Selain itu, program kedua diberikan kepada 50.000 motor berbahan bakar fosil yang bersedia melakukan konversi ke listrik. Adapun, program ini diperuntukkan bagi motor dengan CC rendah.
Target penerima bantuan adalah pelaku UMKM utamanya khususnya penerima KUR lalu BPUM.
Dengan demikian, pemerintah menyiapkan anggaran Rp 1,7 juta triliun bagi 250.000 motor listrik tersebut.
Teranyar, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan program konversi dari sepeda motor BBM ke listrik dapat mencapai 150 ribu unit di tahun depan.
Sistem pergantian baterai SGB ala NFCX-SiCepat dan kerja sama dengan sejumlah perusahaan di industri terkait EV terbilang merupakan terobosan yang menarik dan segmen motor listrik bisa menjadi pendorong pendapatan perusahaan.
Hanya saja, persaingan di motor listrik (dan demikian pula untuk NFCX dan emiten motor listrik SLIS dan anak usaha WIKA) akan semakin ketat apabila pemain-pemain besar, macam Astra, mulai semakin serius menggarap segmen tersebut.
Yang jelas, NFXC perlu memanfaatkan peluang pasar tersebut dengan membuktikan kepada investor lewat lompatan pertumbuhan pendapatan dan laba yang signifikan ke depan.
Apalagi, seperti disinggung sebelumnya, valuasi saham NFCX sangat mahal dan rawan untuk dikoleksi jangka menengah dan panjang.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research, divisi penelitian CNBC Indonesia. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau aset sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(pap/pap)