Newsletter

Emas Pesta Pora, Saham Malah Merana

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
21 March 2023 06:05
New York Stock Exchange (NYSE)
Foto: REUTERS/Andrew Kelly

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street dibuka cerah bergairah pada perdagangan Senin kemarin, karena pelaku pasar semakin berharap bahwa krisis di sektor perbankan global dapat mereda.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melonjak 1,2% ke posisi 32.244,58, S&P 500 melesat 0,89% ke 3.951,57, dan Nasdaq Composite menguat 0,39% menjadi 11.675,54.

Hal ini terjadi setelah adanya kesepakatan untuk menyelamatkan Credit Suisse dan upaya bank sentral untuk meningkatkan kepercayaan pada sistem keuangan.

Selain itu, pelaku pasar juga berharap bahwa sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menjadi lebih melunak setelah adanya krisis perbankan yang terjadi di AS pada pekan lalu.

Saham perbankan di AS terpantau cerah pada perdagangan hari ini, menandakan adanya pemulihan dari kerugian besar sepanjang pekan lalu karena sektor tersebut terpaksa menopang basis simpanan mereka setelah jatuhnya Silicon Valley Bank (SVB).

SPDR Regional Banking ETF melesat 1,2%, setelah sebelumnya sempat terjatuh 14% pekan lalu. Saham PacWest, Zions Bancorporation dan First Citizens juga bergairah. Namun, saham First Republic Bank kembali ambruk 47%.

Ambruknya kembali saham First Republic Bank terjadi setelah S&P Global memangkas peringkat First Republic Bank, memicu kekhawatiran tentang likuiditas bank meskipun ada penyelamatan $30 miliar minggu lalu.

Bahkan, perdagangan saham First Republic bank dihentikan beberapa kali karena volatilitasnya yang masih cukup tinggi.

"Orang-orang yang memegang simpanan yang tidak diasuransikan di bank-bank daerah gelisah dan sistem perbankan didasarkan pada kompetensi, dan kepercayaan. Anda tidak akan menaruh tabungan hidup Anda di suatu tempat, jika Anda tidak 100% yakin bahwa itu akan ada saat Anda membutuhkannya," kata Eric Diton, presiden dan direktur pelaksana The Wealth Alliance, dikutip dari CNBC International.

Ketidakstabilan di sektor keuangan AS selama dua pekan terakhir telah membuat pelaku pasar merubah pandangannya, dari sebelumnya memperkirakan The Fed akan kembali agresif, berubah menjadi lebih melunak.

Pasar kini hanya memperkirakan The Fed akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp), dari sebelumnya sebesar 50 bp.

Berdasarkan data CME Group terbaru, pelaku pasar melihat ada probabilitas sebesar 76%, The Fed akan menaikkan suku bunganya lagi sebesar 25 basis poin (bp). Sementara 24% probabilitas sisanya melihat The Fed tidak akan menaikkan suku bunganya.

Sementara itu, UBS pada Minggu lalu sepakat untuk mengakuisisi Credit Suisse senilai US$ 3,2 miliar atau setara Rp 49 triliun (kurs Rp 15.340). Setelah penyelamatan darurat, bank gabungan tersebut akan memiliki aset yang dapat diinvestasikan sebesar US$ 5 triliun.

Namun, saham Credit Suisse masih anjlok 56% pada Senin kemarin, sedangkan saham UBS naik dari kerugian menjadi keuntungan 1,3%.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular