
Emas Pesta Pora, Saham Malah Merana

Pada hari ini, pelaku pasar bakal memantau beberapa sentimen, di mana salah satunya yakni pergerakan bursa saham Wall Street yang kembali cerah kemarin.
Mayoritas saham perbankan di AS pada akhirnya kembali bergairah setelah melewati pekan yang cukup volatil pada pekan lalu, karena sektor tersebut terpaksa menopang basis simpanan mereka setelah jatuhnya Silicon Valley Bank (SVB).
Meski secara mayoritas menghijau, tetapi saham First Republic Bank terpantau masih merana, setelah S&P Global memangkas peringkat First Republic Bank, memicu kekhawatiran tentang likuiditas bank meskipun ada penyelamatan $30 miliar minggu lalu.
Hal ini menandakan bahwa dampak dari krisis perbankan sebelumnya masih terasa meski hanya berdampak dari pergerakan sahamnya.
Ketidakstabilan di sektor keuangan AS selama dua pekan terakhir telah membuat pelaku pasar merubah pandangannya, dari sebelumnya memperkirakan The Fed akan kembali agresif, berubah menjadi lebih melunak.
Pasar kini hanya memperkirakan The Fed akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp), dari sebelumnya sebesar 50 bp.
Berdasarkan data CME Group terbaru, pelaku pasar melihat ada probabilitas sebesar 76%, The Fed akan menaikkan suku bunganya lagi sebesar 25 basis poin (bp). Sementara 24% probabilitas sisanya melihat The Fed tidak akan menaikkan suku bunganya.
Pelaku pasar akan memantau pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) kali ini, karena mereka berharap bahwa The Fed dapat makin melunak, setelah krisis perbankan menghantui Negeri Paman Sam pada pekan lalu.
Tak hanya di AS saja, upaya penyelamatan Credit Suisse di Swiss juga masih berlanjut. Sebelumnya pada Minggu lalu, UBS sepakat untuk mengakuisisi Credit Suisse senilai US$ 3,2 miliar atau setara Rp 49 triliun (kurs Rp 15.340).
Setelah penyelamatan darurat, bank gabungan tersebut akan memiliki aset yang dapat diinvestasikan sebesar US$ 5 triliun.
Namun, upaya akuisisi Credit Suisse oleh UBS, yang juga sekaligus menjadi upaya penyelamatan Credit Suisse belum membuat saham Credit Suisse bangkit. Saham Credit Suisse masih anjlok 56% pada Senin kemarin.
Menyusul upaya akuisisi Credit Suisse tersebut, The Fed, ECB, dan bank sentral utama lainnya seperti BoE, BoJ, BoC, dan SNB berjanji untuk meningkatkan likuiditas pasar dan mendukung bank lain.
Di lain sisi, Presiden ECB, Christine Lagarde mengatakan bahwa bank sentral berharap penyelamatan Credit Suisse yang ditengahi oleh Swiss akan memulihkan ketenangan di pasar keuangan.
Pada Jumat lalu, beberapa pejabat ECB berbicara untuk meyakinkan pasar mengenai kesehatan bank-bank di blok tersebut, serta mempertahankan sikap kebijakan moneter ECB yang hawkish.
Anggota Dewan Gubernur ECB Madis Muller mengatakan bahwa ketidakpastian perbankan mempersulit komunikasi, sambil menambahkan bahwa perkiraan inflasi terbaru mengasumsikan lebih banyak kenaikan suku bunga.
Kemudian, anggota Dewan ECB Francois Villeroy de Galhau yang mengatakan bahwa bank-bank Perancis dan Eropa 'sangat solid'.
Lebih lanjut, pembuat kebijakan ECB Peter Kazimir mengatakan bahwa ada kebutuhan untuk melanjutkan kenaikan suku bunga sementara Anggota Dewan Gubernur Gediminas Šimkus mendukung bias hawkish sambil mengatakan bahwa suku bunga terminal belum tercapai.
Sementara itu dari dalam negeri, ada beberapa agenda cukup penting yang akan digelar pada hari ini, yakni Rapat paripurna DPR terkait keputusan perubahan Rancangan Undang-Undang tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja dan hasil uji kelayakan Calon Gubernur Bank Indonesia (BI).
Perppu ini sangat penting bagi kelangsungan investasi di Indonesia karena mencakup ratusan undang-undang yang terkait investasi, mulai dari sisi perpajakan hingga lingkungan hidup.
DPR juga akan mengambil keputusan mengenai hasil uji kelayakan Perry Warjiyo sebagai calon Gubernur BI. Sebelumnya, Komisi XI DPR RI sudah menyepakati Perry untuk melanjutkan periode keduanya.
(chd/chd)