
Emas Pesta Pora, Saham Malah Merana

Setelah sempat melonjak hingga 1%, harga emas acuan dunia mulai melandai pada perdagangan Senin sore waktu setempat.
Per pukul 17:16 waktu setempat atau pada Selasa hari ini pukul 04:16 WIB, harga emas acuan dunia berbalik arah ke zona koreksi yakni melemah 0,46% ke posisi US$ 1.978,71 per troy ons.
Padahal pada perdagangan Senin siang waktu Indonesia, harga emas sempat melonjak 1% ke level US$ 2.007,69 per troy ons, sekaligus menjadi yang pertama kali bagi emas menembus level US$ 2.000 sejak 8 Maret 2022 atau beberapa hari setelah perang Rusia-Ukraina meletus akhir Februari 2022.
Tak hanya emas dunia yang sempat menyentuh rekor, harga emas Antam juga sempat mencetak rekor termahal pada Sabtu lalu.
Di butik emas LM Graha Dipta Pulo Gadung, harga emas Antam ukuran 1-gram tercatat Rp 1.088. 000 per batang. Tak tanggung-tanggung, harga emas Antam pada Sabtu lalu melonjak Rp 25.000 dibandingkan hari sebelumnya.
Harga emas Anatam hari ini adalah yang tertinggi yang pernah dicatat oleh butik emas Antam. Harga per Sabtu lalu bahkan jauh melampui dari rekor sebelumnya.
Sebagai catatan, harga tertinggi emas Antam sebelumnya tercatat pada 7 Agustus 2020 yakni menembus Rp 1.065.000 per gram.
Harga Emas Antam terus merangkak naik sejak Kamis dua pekan sebelumnya. Dalam sembilan hari perdagangan hingga Sabtu lalu, harga emas Antam sudah melesat Rp 68.000.
Namun setelah mencetak rekor termahal, harga emas Antam pun melandai kemarin, yakni turun sebesar Rp 3.000 menjadi Rp 1.085.000 per batang, meski masih tergolong mahal.
Menurut Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, meski harga emas mulai melandai, tetapi emas cenderung masih akan diburu karena kondisi global saat ini masih dilanda ketidakpastian.
"Sementara upaya darurat sedang dilakukan... sekarang Anda melihat bahwa ini masih jauh dari selesai. Aliran safe-haven akan menjadi perdagangan utama," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, dikutip dari CNBC International.
Dalam upaya membantu sektor perbankan, bank-bank sentral utama bergerak untuk meningkatkan aliran uang tunai di seluruh dunia.
Di lain sisi, melandainya harga emas dunia juga disebabkan karena imbal hasil (yield) US Treasury mengalami kenaikan, di mana yield Treasury tenor 10 tahun naik 9 basis poin (bp) menjadi 3,496%.
Pergerakan yield obligasi pemerintah dengan harga emas memang berbanding terbalik, di mana jika yield obligasi pemerintah naik, maka emas menjadi kurang diuntungkan. Berlaku juga sebaliknya.
Hal ini karena emas tidak memberikan imbal hasil, sehingga jika ada aset yang memberikan imbal hasil lebih menarik, maka emas kurang diminati.
Meski mulai melandai, tetapi sejatinya emas dunia masih cenderung bullish, karena ketidakpastian kondisi global masih cenderung tinggi.
Sepanjang pekan lalu, harga emas melambung 6,43%. Penguatan sebesar 6,43% juga menjadi rekor terbaiknya sejak Maret 2020 atau tiga tahun terakhir. Pada pekan terakhir Maret 2020 (23-27 Maret 2020), harga emas terbang 8%.
Pada pekan lalu, harga emas terbang setelah Amerika Serikat (AS) dan Eropa digoyang krisis perbankan.
AS guncang setelah Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate Bank, dan Signature Bank tumbang sementara Eropa digoyang krisis Credit Suisse.
Prospek emas juga bergantung dari sikap The Fed pada pekan ini. Hal inilah yang membuat pasar bertanya-tanya apakah pergerakan emas dunia masih akan 'moncer' kedepannya.
Jika The Fed memang hanya akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bp seperti keinginan pasar maka harga emas bisa kembali terbang. Sebaliknya, emas bisa terancam jatuh jika The Fed tetap agresif dengan menaikkan suku bunga 50 bp.
(chd/chd)