Wall Street Dibuka Bangkit Lagi, Cuma Nasdaq yang Masih Loyo

Market - Chandra Dwi, CNBC Indonesia
20 March 2023 21:27
Trader Gregory Rowe, right, works on the floor of the New York Stock Exchange, Wednesday, Dec. 11, 2019. Stocks are opening mixed on Wall Street following news reports that US President Donald Trump might delay a tariff hike on Chinese goods set to go into effect this weekend. (AP Photo/Richard Drew) Foto: Pasar Finansial Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street dibuka cenderung menguat pada perdagangan Senin (20/3/2023), setelah pemerintah Swiss merekayasa pengambilalihan paksa Credit Suisse oleh UBS, menandai upaya terbaru oleh pemerintah di seluruh dunia untuk meredam krisis yang mengancam sektor perbankan.

Per pukul 10:15 waktu setempat atau pukul 21:15 WIB, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melesat 0,96% ke posisi 32.168,359 dan S&P 500 menguat 0,42% ke 3.933,23. Namun untuk indeks Nasdaq Composite melemah 0,29% menjadi 11.597,12.

Saham perbankan di AS terpantau cerah pada perdagangan hari ini, menandakan adanya pemulihan dari kerugian besar sepanjang pekan lalu karena sektor tersebut terpaksa menopang basis simpanan mereka setelah jatuhnya Silicon Valley Bank (SVB).

Pasar di Wall Street mengharapkan lebih banyak tindakan mungkin diperlukan untuk memulihkan kepercayaan pada sistem perbankan setelah regulator AS mendukung simpanan SVB yang tidak diasuransikan dan menawarkan pendanaan baru untuk bank bermasalah satu minggu lalu.

SPDR Regional Banking ETF melesat 3,1%, setelah sebelumnya sempat terjatuh 14% pekan lalu. Saham PacWest, Zions Bancorporation dan First Citizens memimpin perolehan. Namun, saham First Republic kembali ambruk 13%, menambah kerugian lebih dari 71% pekan lalu.

Ketidakstabilan di sektor keuangan AS selama dua minggu terakhir meningkatkan pertaruhan keputusan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada Rabu pekan ini waktu setempat.

Pada Senin pagi, ada sekitar 57% peluang kenaikan 25 basis poin (bp), menurut data CME Group. Sedangkan 38% lainnya memperkirakan The Fed akan menahan suku bunga acuannya.

Sementara itu, UBS setuju untuk membeli Credit Suisse seharga 3 miliar franc Swiss, atau US$ 3,2 miliar, dengan bank gabungan tersebut memiliki aset US$ 5 triliun.

Saham Credit Suisse pada pekan lalu sempat anjlok 21%. Tak lama setelah UBS mengumumkan kesepakatan pengambilalihannya, The Fed mengumumkan telah bergabung dengan bank sentral lain dalam operasi likuiditas bersama.

Adapun kelompok bank sentral tersebut yakni bank sentral Kanada (Bank of Canada/BoC), bank sentral Inggris (Bank of England/BoE), bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ), bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB), dan bank sentral Swiss (Swiss National Bank/SNB).

Kelima bank sentral Negara Maju tersebut setuju untuk meningkatkan frekuensi pengaturan jalur pertukaran dolar AS mereka dari mingguan menjadi harian.

"Pengambilalihan UBS atas saingannya yang terkepung sangat baik untuk kekhawatiran menyeluruh tentang stabilitas sektor perbankan global," kata Art Hogan, kepala strategi pasar B. Riley Wealth Management.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Inflasi Kembali Melandai, Wall Street Dibuka Happy!


(chd/chd)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading