
Lebih Mahal Dari Kompetitor, InI Dia Risiko Bisnis PGEO

Diketahui letak geografis Indonesia yang berada di "Pacific Ring of Fire" membuat Indonesia dianugerahi potensi panas bumi yang besar dan berlimpah.
Berdasarkan proyeksi Pemerintah hingga tahun 2020, total estimasi potensi panas bumi Indonesia sebesar sekitar 24 GW merupakan yang terbesar di dunia. Berdasarkan Bank Dunia, potensi panas bumi Indonesia diperkirakan mencakup sekitar 40%dari cadangan sumber daya panas bumi dunia.
Dengan hanya sekitar 2,8GW yang beroperasi pada tahun 2022, terdapat potensi yang signifikan untuk eksplorasi lebih lanjut dan pertumbuhan organik. Total kapasitas panas bumi Indonesia diperkirakan akan tumbuh pesat dari sekitar 2,8GW pada tahun 2022 menjadi sekitar 6,2GW pada tahun 2030, dengan CAGR sekitar 10,4% dari tahun 2022 hingga 2030.
Lalu, PLTP sebagai renewable energy yaitu kontinuitas dan stabilitasnya seperti pembangkit listrik berbasis bahan bakar fosil. Energi terbarukan lainnya, seperti angin (PLTB) dan matahari (PLTS) memiliki sifat intermittent yang membuatnya hanya dapat memproduksi listrik di waktu tertentu. Dan ini menjadi salah satu faktor penting untuk costumer karena kontinuitas dan stabilitasnya dapat menjaga produktivitas.
Kemudian, di dunia renewable energy, isu carbon trading menjadi salah satu topik utama untuk dibicarakan.
Carbon trading merupakan kegiatan jual beli kredit karbon, di mana pembeli yang menghasilkan emisi karbon yang melebihi batas yang ditetapkan membeli kredit karbon dari perusahaan yang berhasil mengurangi emisi karbon. Bisnis PLTP yang menghasilkan emisi karbon sebesar kurang dari 1% dari jumlah emisi karbon yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga batu bara dengan kapasitas yang setara. Hal ini membuat PGEO dapat menjual kredit karbon melalui Emission Reduction Purchase Agreement (ERPA).
Dalam Public Expose, PGEO sudah menjual carbon credit sekitar 1,1 juta ton dengan harga US$ 0,7/ton per Juni 2022 sehingga perseroan sudah mendapat tambahan pendapatan sekitar US$ 700 ribu. Katalis peningkatan harga carbon credit yang diperkirakan menjadi US$ 1,5-2/ton dan peningkatan jumlah carbon credit yang bisa dijual membuat perseroan dapat memiliki pendapatan tambahan di masa mendatang.
Informasi tambahan PGEO
Bisnis PGEO sendiri merupakan energi terbarukan. Sehingga, produknya baru berupa pengembangan-pengembangan.
Kemudian, dalam prospektus PGEO terdapat nama Berkshire Hathway Energy (BHE). Perusahaan tersebut adalah perusahaan induk di sektor energi yang 92% sahamnya dimiliki oleh Berkshire Hathaway. Ini merupakan kendaraan investasi milik investor kakap Warren Buffet.
Berkshire Hathway Energy (BHE) tidak memiliki saham di PGEO, hanya keterlibatan Berkshire sebatas konsultan eksternal saja.
Selain itu, ada entitas yang berpartisipasi dalam IPO PGEO. Salah satu investor PGEO berasal dari Timur Tengah, keikutsertaan investor asing merupakan bagian dari Indonesia Investment Authority (INA).
Namun belum diketahui berapa persentase saham yang akan ikut dicaplok oleh investor asal Timur Tengah tersebut.
HALAMAN SELANUTNYA >>>
(saw/pap)