
Lebih Mahal Dari Kompetitor, InI Dia Risiko Bisnis PGEO

Lalu untuk apa dana IPO PGEO? Berikut jelasnya.
Sekitar 85% akan digunakan untuk pengembangan usaha Perseroan sampai dengan tahun 2025.
- 55% akan digunakan untuk capital expenditure (CAPEX) atau investasi pengembangan kapasitas tambahan dari WKP operasional Perseroan saat ini yang dilakukan melalui pengembangan konvensional dan utilisasi co-generation technology untuk memenuhi permintaan tambahan dari pelanggan existing Perseroan. Pengembangan ini sebagian besar akan digunakan antara lain untuk WKP Lahendong, WKP Hululais, WKP Lumut Balai dan Margabayur, WKP Gunung Way Panas, WKP Sungai Penuh, dan WKP Gunung Sibayak - Gunung Sinabung.
- 33% akan digunakan untuk capital expenditure (CAPEX) atau investasi pengembangan kapasitas tambahan dari WKP operasional Perseroan saat ini yang dilakukan melalui pengembangan konvensional dan utilisasi co-generation technology untuk mengantisipasi kebutuhan pasar baru. Pengembangan ini sebagian besar akan digunakan antara lain untuk WKP Lumut Balai dan Margabayur, WKP Hululais, WKP Gunung Way Panas, dan WKP Kamojang - Darajat
- 12% (dua belas persen) akan digunakan oleh Perseroan untuk capital expenditure (CAPEX) atau investasi pengembangan kemampuan digital, analitik, dan manajemen reservoir untuk mendukung production, operation & maintenance excellence.
Sederhananya, akan digunakan untuk membangun dan menambah kapasitas pembangkit listrik PGEO. Ada dua area operasi yang sudah pasti akan dikembangkan oleh PGEO yaitu:
- Lumut Balai : 55 MW (+55 MW) = 110 MW
- Hululais : belum diutilisasi (+110 MW) = 110
15% untuk pembayaran sebagian Facilities Agreement tertanggal 23 Juni 2021 antara Perseroan dengan Mandated Lead Arrangers, Kreditur Sindikasi Awal dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai Facility Agent.
Siapa yang dapat menyaingin PGEO?
PT Cikarang Listrindo Tbk (POWR) merupakan produsen listrik swasta pertama di Indonesia. Pelanggan POWR berasal dari beberapa industri dan juga PLN. Bedanya jika POWR tidak hanya uap sebagai sumber dari pembangkit listriknya, ada juga gas dan batu bara.
Lalu bagaimana dengan kinerja POWR? Apakah mampu bersaing dengan PGEO?
PGEO | POWR | |
Market cap | Rp 33,95T-Rp 39,12 T | Rp 10,70T |
PER | 17,4 - 20,0 | 9,01 |
PBV | 1,20 - 1,33 | 0,99 |
Harga | Rp 820-945 | 665 |
Dapat dilihat bahwa market cap calon emiten PGEO 3 kali lebih besar dibanding POWR. Namun keduanya sama-sama likuid.
Secara sektoral keduanya juga sama-sama masih murah dengan rata-rata PER sektor di bisnis pembangkit listrik ada di angka 21. Namun POWR lebih murah dibandingkan dengan PGEO.
Secara harga wajar (PBV) keduanya masih sama-sama murah namun lebih murah POWR.
Beralih dari rasio, wilayah bisnis dari PGEO dan POWR. Dimana masing-masing memiliki wilayah untuk pengoperasian pembangkit listrik.
No. | PGEO | POWR |
1 | Kamojang : 235 MW | Jababeka |
2 | Lahendong : 120 MW | MM-2100 |
3 | Ulubelu : 220 MW | Babelan |
4 | Karaha : 30 MW | |
5 | Lumut Balai : 55 MW | |
6 | Sibayak : 12 MW (operasi dihentikan) | |
7 | Sungai Penuh (belum beroperasi) | |
8 | Hululais (belum beroperasi) |
Ada dua wilayah pembangkit listrik PGEO yang belum beroperasi dan satu dihentikan, berarti total wilayah yang beroperasi hanya lima saja, sedangkan POWR ada tiga wilayah yang dimana terletak di wilayah industri.
per September 2022 | PGEO | POWR |
Margin | 57.40% | 24.83% |
Pertumbuhan Laba Bersih | 67.80% | -1.97% |
Secara margin PGEO lebih unggul dengan 57,40% dibandingkan POWR hanya setengahnya di angka 24,83%. Hal ini PGEO lebih efektif dalam mengatur beban pokok pendapatan terhadap pendapatan usahanya.
Secara pertumbuhan laba bersih PGEO juga lebih unggul dengan tumbuh 67,80% dari periode kuartal III 2021. Justru POWR nampak penurunan kinerja dengan turun -1,97% dari periode kuartal III 2021.
Namun POWR salah satu emiten yang rajin membagikan dividen. Dimana dalam satu tahun, POWR melakukan dua kali pembagian dividen. Ini yang menjadikan POWR menjadi salah satu emiten kesukaan investor untuk dividen stock.
HALAMAN SELANJUTNYA >>>
(saw/pap)