Newsletter

Ekonomi Amerika Masih Melaju Kencang, Berkah Apa Musibah?

Maesaroh, CNBC Indonesia
27 January 2023 06:00
IHSG
Foto: pexels/Burak The Weekender

Untuk perdagangan terakhir pada pekan ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen yang diperkirakan akan berdampak kepada pergerakan pasar keuangan domestik. 

Dari luar negeri, sentimen negatif yang perlu dicermati adalah meningkatnya ketegangan perang Rusia dan Ukraina serta penyebaran kasus Covid-19 di China.

Namun, sejumlah sentimen positif juga tidak kalah banyak mulai dari membaiknya kinerja bursa Wall Street hingga ekonomi AS.

Dari dalam negeri, sentimen yang perlu dicermati adalah prospek ekonomi RI yang masih cerah serta sejumlah kebijakan untuk mengangkat kinerja rupiah.

Kembali naiknya harga batu bara serta kinclongnya kinerja perbankan Indonesia juga bisa menopang pergerakan pasar keuangan RI.

Sentimen terkencang pagi ini diperkirakan datang dari Wall Street.

Setelah dua hari membukukan kinerja yang beragam, seluruh bursa Wall Street kompak menguat pada perdagangan Kamis (26/1/2023).

Baik indeks Dow Jones, indeks S&P, maupun indeks Nasdaq berlari kencang. Indeks menghijau karena membaiknya kinerja perusahaan raksasa AS mulai dari Tesla, Chevron, hingga American Airlines.

Kabar ini diharapkan ikut menggerakkan pasar dalam negeri mengingat besarnya pengaruh bursa dan perusahaan AS di pasar global.

Berbeda dengan Wall Street, membaiknya ekonomi AS bisa berdampak ganda kepada pasar keuangan dalam negeri. 
Ekonomi AS yang masih tumbuh 2,9% (qtq) pada kuartal IV-2022 memang memberikan harapan jika AS masih jauh dari resesi.

AS merupakan negara perekonomian terbesar di dunia dan tujuan ekspor terbesar kedua bagi Indonesia. Masih tumbuhnya ekonomi AS menjadi kabar baik bagi eksportir Tanah Air.

Namun, ekonomi AS yang masih kencang juga bisa membuat The Fed menunda pelonggaran kebijakan moneter mereka. Terlebih, indikator lain seperti tenaga kerja juga masih mendukung pengetatan moneter.

Pasar keuangan RI bisa kembali ambruk dan investor asing bisa kembali kabur dari Indonesia jika The Fed tetap memberlakukan kebijakan moneter agresifnya.

Kamis malam AS mengumumkan data klaim pengangguran pada pekan yang berakhir 21 Januari. Klaim yang diajukan sebanyak 186.000 atau terendah sejak April 2022.

Jumat malam nanti AS akan mengumumkan data Indeks Pengeluaran Pribadi (PCE) untuk Desember dan data Michigan Consumer Expectation untuk Januari.

Data-data tersebut akan menjadi pertimbangan The Fed saat  menggelar rapat FOMC pada 31 Januari-1 Februari mendatang.

Ekspektasi pasar sejauh ini memperkirakan suku bunga akan dinaikkan sebesar 25 bps.  Namun, dengan data-data yang masih menunjukkan kencangnya ekonomi AS maka The Fed bisa saja tetap menaikkan suku bunga sebesar 50 bps.

(mae/mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular