
Ekonomi Amerika Masih Melaju Kencang, Berkah Apa Musibah?

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street kompak mengakhiri perdagangan di zona hijau. Kondisi ini berbanding terbalik pada dua hari sebelumnya di mana hanya Indeks Dow Jones yang ditutup menguat sementara indeks Nasdaq dan S&P ambruk.
Indeks Dow Jones menguat 205,57 poin atau 0,61% ke posisi 33.949,41. Indeks S&P 500 naik 44,21 poin atau 1,1% ke 4.060,43 sementara Nasdaq melesat 199,06 poin atau 1,76% ke posisi 11.512,41.
Penguatan saham Wall Street ditopang oleh data pertumbuhan ekonomi AS yang di atas ekspektasi serta cemerlangnya kinerja keuangan perusahaan-perusahaan raksasa AS.
Berbeda dengan hari sebelumnya, perusahaan AS yang melaporkan keuangan kemarin relatif mengumumkan hasil yang lebih baik dibandingkan proyeksi analis.
Di antara perusahaan raksasa AS yang melaporkan kinerja keuangan lebih baik dari analis adalah Tesla, American Airlines, produsen baja Nucor, serta Chevron.
Pendapatan Tesla pada kuartal IV-2022 menembus US$ 24,3 miliar, jauh di atas ekspektasi analis yang memperkirakan pendapatan sebesar US$ 21,2 miliar.
American Airlines melaporkan jika mereka sudah membukukan profit sebesar US$ 127 juta pada 2022. Profit tersebut adalah yang pertama kalinya sejak 2019.
Perusahaan lain seperti IBM dan produsen cat Sherwin Williams sebenarnya mencatatkan laporan keuangan di atas ekspektasi. Namun, mereka memberikan forecast suram untuk bisnis mereka ke depan.
Lebih dari 25% perusahaan di indeks S&P sudah melaporkan keuangan terbaru mereka. Dari jumlah tersebut, 69% mampu mencatatkan kinerja yang lebih baik dari ekspektasi.
Analis kini memperkirakan agregat earnings dari laporan keuangan kuartal IV-2022 akan turun 2,7%, lebih rendah dibandingkan koreksi 1,6% yang diproyeksikan pada 1 Januari lalu.
Pada Kamis malam (26/1/2023), AS mengumumkan ekonomi mereka tumbuh 2,9% (quarter to quarter/qtq) pada kuartal IV-2022. Pertumbuhan tersebut di atas ekspektasi pasar yang berada di kisaran 2,6%.
Sepanjang 2022, ekonomi Negara Paman Sam tumbuh 2,1%. Angka tersebut memang jauh di bawah pertumbuhan pada 2021 yang mencapai 3,2%. Namun, pertumbuhan terbilang tinggi di tengah hantaman tingginya inflasi dan suku bunga di AS.
Kamis malam AS juga mengumumkan data klaim pengangguran pada pekan yang berakhir 21 Januari. Klaim yang diajukan sebanyak 186.000 atau terendah sejak April 2022.
Leih rendahnya klaim pengangguran menunjukkan pasar tenaga kerja AS masih tumbuh kuat di tengah tingginya suku bunga.
Sebagai catatan, bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 425 bps pada 2022.
Kepala ekonom Spartan Capital Securities, Peter Cardillo, mengingatkan kendati ekonomi AS masih tumbuh cukup kuat, sinyal resesi masih terlihat. Kondisi ini tercermin dari banyaknya PHK serta aktivitas manufaktur yang masih lemah.
"Data bulanan jelas menunjukkan jika ekonomi AS kehilangan momentum pertumbuhan pada kuartal IV dan sepertinya akan berlanjut ke depan. Mungkin ini menjadi pertumbuhan positif terakhir sebelum ekonomi melemah. Kami masih memperkirakan jika ekonomi AS akan resesi di semester I," tutur Cardillo, dikutip dari Reuters.
(mae/mae)