Newsletter

Empat 50 Bps yang Bikin Pasar Saham Crash!

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
16 December 2022 06:15
Data Bursa Efek Indonesia
Foto: Karyawan beraktivitas di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut  jumlah investor pasar modal telah meningkat 33,53% dari 7,48 juta di akhir tahun 2021 menjadi 10 juta pada 3 November 2022. Secara komposisi umur sebesar 60% didominasi oleh investor di bawah 30 tahun. Tidak berhenti di situ, investor juga didominasi oleh lulusan SMA ke bawah. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Hingga Kamis kemarin, pasar keuangan global kembali berjatuhan karena investor kembali dikhawatirkan dengan potensi resesi global akibat masih tingginya inflasi.

Inflasi global yang masih cukup tinggi dan bank sentral di beberapa negara yang masih bersikap hawkish pun membuat investor selalu berubah sikap dengan cepat, membuat pergerakan pasar keuangan masih dilanda ketidakpastian.

Namun apakah fenomena 'santa claus rally' tidak akan terjadi pada tahun ini?

Santa Claus Rally merupakan momen spesifik, di mana ada kecenderungan Wall Street akan mengalami kenaikan di 5 hari terakhir perdagangan setiap tahunnya, dan berlanjut di 2 hari pertama tahun yang baru.

Artinya, Santa Rally di AS sejatinya akan dimulai pada 26 Desember, dan berakhir pada 3 Januari 2023.

Namun jika pasar masih dihadapkan dengan kondisi pasar yang masih tidak pasti dan potensi resesi semakin kuat, maka fenomena Santa Claus Rally berpotensi tidak terjadi pada tahun ini.

Tetapi, juga masih ada kemungkinan bahwa Santa Claus Rally terjadi pada akhir tahun ini, meski pasar khawatir dengan resesi. Namun apabila terjadi, maka tahun ini tidak akan sebesar tahun-tahun sebelumnya.

Di Tanah Air, pergerakan pasar keuangan terutama IHSG masih cenderung lesu. Padahal Desember tahun ini sudah memasuki pekan kedua.

IHSG justru mengalami pelemahan yang cukup dalam sejak akhir bulan November 2022. IHSG membukukan penurunan nyaris 4% terhitung sejak akhir November hingga kemarin.

Padahal secara historis, IHSG dalam dua dekade terakhir, IHSG selalu membukukan kinerja bulanan yang positif di bulan Desember.

Fenomena return positif di penghujung tahun sering disebut dengan istilah window dressing. Istilah ini sendiri mengacu pada strategi dari manajer investasi untuk meningkatkan performa portfolio sebelum disajikan kepada klien atau pemegang saham. Istilah ini melekat pada akhir tahun, tapi tidak menutup kemungkinan terjadi pada akhir kuartal.

Para manajer investasi masuk secara besar-besaran di penghujung tahun ke saham-saham top holdings-nya agar harganya naik sehingga portofolio sang fund manager terlihat memiliki kinerja yang apik.

Sejarah mencatat, kinerja bulanan IHSG di setiap bulan Desember selalu positif. Sejak tahun 2002-2021 atau dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, IHSG tak pernah jatuh ke zona merah.

Median return bulanan IHSG di Desember mencapai 4,05%. Return tertinggi tercatat pada Desember 2003 dengan kinerja mencapai 12,12%.

Sementara itu kinerja IHSG terendah di bulan Desember tercatat pada tahun 2013 yang hanya membukukan return 0,42%.

Biasanya saham-saham yang menjadi incaran dari fenomena ini adalah saham-saham yang masuk kategori blue chip.

Saham-saham blue chip di Indonesia setidaknya bisa dilihat dari konstituen indeks IDX30. Namun tidak semua emiten konstituen IDX30 sudah lama melantai di bursa domestik.

Tetapi, jika kondisi global masih tidak memungkinkan, adanya kemungkinan window dressing tahun ini tidak terjadi memang masih ada. Namun pasar berharap bahwa window dressing tetapi akan terjadi, setidaknya menjelang penutupan tahun ini.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular