
Empat 50 Bps yang Bikin Pasar Saham Crash!

Selain The Fed, beberapa bank sentral di Eropa yakni bank sentral Swiss (Swiss National Bank/SNB), bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) dan bank sentral Eropa (Europe Central Bank/ECB) juga kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 bp kemarin yang membuat bursa Eropa rontok.
BoE kembali menaikkan suku bunga sebesar 50 bp menjadi 3,5%, level tertinggi dalam 14 tahun terakhir. Ini menjadi upaya terbaru bank itu untuk mendinginkan inflasi setinggi langit. Kenaikan tersebut merupakan yang kesembilan BoE berturut-turut.
"Pasar tenaga kerja tetap ketat dan ada bukti tekanan inflasi pada harga domestik dan upah yang dapat menunjukkan persistensi yang lebih besar dan dengan demikian membenarkan respons kebijakan moneter yang lebih kuat," kata BoE dalam sebuah pernyataan setelah kenaikan suku bunga terbarunya, Kamis (15/12/2022).
BoE pada Kamis memprediksi bahwa PDB Inggris akan berkontraksi 0,1% pada kuartal IV-2022, lebih baik dari perkiraan sebelumnya untuk kontraksi 0,3%.
Pemerintah Inggris mengatakan ekonomi Inggris berada dalam resesi yang diperkirakan akan berlanjut hingga tahun depan, karena dampak dari meroketnya tagihan energi dan bahan bakar.
Inflasi Inggris mencapai 10,7% (yoy) pada November 2022, level tertinggi selama sekitar 40 tahun terakhir. Harga-harga melonjak karena kendala pasokan yang disebabkan oleh serangan Rusia ke Ukraina, pencabutan lockdown pandemi, dan kejatuhan Brexit.
Melonjaknya harga telah mengikis nilai upah, menyebabkan pekerja sektor publik dan swasta melakukan pemogokan dalam upaya untuk mendapatkan gaji yang lebih tinggi. Sementara meningkatkan tabungan, kenaikan suku bunga meningkatkan biaya pinjaman untuk individu dan bisnis.
Tak hanya BoE saja, ECB juga kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 bp kemarin. Hal tersebut diambil sebagai respons terhadap masih tingginya angka inflasi.
Mengutip Reuters, ECB memilih untuk menaikkan suku bunganya dari 1,5% menjadi 2%. Kenaikan 50 bp itu merupakan kenaikan suku bunga keempat yang dilakukan ECB di tahun ini.
"Dewan Pemerintah menilai bahwa suku bunga masih harus naik secara signifikan dengan kecepatan tetap untuk mencapai tingkat yang cukup ketat untuk memastikan pengembalian inflasi tepat waktu ke target jangka menengah 2%," kata ECB dalam sebuah pernyataan.
Adapun ECB memproyeksi tingkat inflasi di Eropa masih tetap naik secara signifikan di atas 2% hingga 2025. Di mana saat ini, inflasi rata-rata Eropa mencapai 8,4% di 2022.
ECB menargetkan inflasi bisa berangsur turun di level 3,4% di 2023, 2,3% di 2024, dan 2,3% di 2025. Pihaknya juga mengatakan, potensi resesi di Eropa 'relatif pendek dan dangkal'.
(chd/chd)