Newsletter

Tekanan Makin Bertubi-tubi, Sanggupkah IHSG Rebound?

mae, CNBC Indonesia
07 December 2022 06:00
Orang-orang berdiri diam di jalan, Pada 6 Desember 2022, Nanjing, Provinsi Jiangsu, Tiongkok. Pada hari yang sama, pertemuan peringatan untuk Kamerad Jiang Zemin diadakan, dan orang-orang di negara itu mengheningkan cipta selama 3 menit.
Foto: Orang-orang berdiri diam di jalan, Pada 6 Desember 2022, Nanjing, Provinsi Jiangsu, Tiongkok. Pada hari yang sama, pertemuan peringatan untuk Kamerad Jiang Zemin diadakan, dan orang-orang di negara itu mengheningkan cipta selama 3 menit. (Getty Imag/Future Publishing)

Perkembangan di China juga diperkirakan masih menjadi sentimen penggerak pasar hari ini. Beijing telah melonggarkan beberapa pembatasan Covid dengan harapan China dapat kembali normal setelah mengalami tiga tahun pandemi.

Masyarakat di Beijing, China, kini tak lagi harus menunjukkan tes negatif Covid saat memasuki supermarket, kantor, dan bandara. Ini menjadi aturan baru dari serangkaian langkah pelonggaran nasional pasca protes besar-besaran sejak bulan lalu.

"China dapat mengumumkan 10 langkah pelonggaran nasional baru pada Rabu," kata dua sumber yang mengetahui masalah tersebut kepada Reuters, dilansir Selasa (6/12/2022).

Prospek pelonggaran aturan lebih lanjut telah memicu optimisme di kalangan investor bahwa ekonomi terbesar kedua dunia itu akan mengumpulkan kembali kekuatannya, dan membantu mendorong pertumbuhan global.

Namun, Nomura Group mengingatkan jika dampak pelonggaran mungkin tidak akan signifikan dalam jangka pendek. Menurut mereka, dampak lockdown sudah semakin mengecil.

Hitungan Nomura menunjukkan pembatasan Covid ke ekonomi China kini hanya berdampak 19,3% kepada total Produk Domestik Bruto. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan pada pekan lalu yakni 25,1%.

Nomura juga mengingatkan pelonggaran kebijakan secara besar-besaran justru akan menimbulkan masalah karena China tidak siap jika terjadi lonjakan kasus.

Hari ini, China akan mengumumkan data neraca perdagangan untuk November. Jika ekspor impor China masih melandai pada bulan lalu maka sinyal perlambatan ekonomi Negara Tirai Bambu akan semakin jelas.
Perlambatan impor China akan berdampak besar kepada sejumlah negara seperti Indonesia yang menggantungkan 22% ekspornya ke Negara Tirai Bambu.

Sebagai catatan, ekspor China ke seluruh dunia pada Oktober melandai 0,3% (year on year(yoy)) dan ambruk 7,5% (month to month/mtm).  Kondisi ini berbanding terbalik dengan kenaikan 5,7% (yoy) pada September.
Sementara itu, total impor barang China pada Oktober melandai 0,7% (yoy) dan ambruk 10,4% (mtm).

Sementara itu, Bank Indonesia  akan mengumumkan data cadangan devisa (cadev) per akhir November 2022. Operasi moneter untuk menjaga rupiah telah menguras cadev BI pada tahun ini.

Sepanjang tahun ini, cadev sudah terkuras US$ 14,7 miliar atau Rp 231,4 triliun. Cadev terus menurun dari US$ 144,9 miliar pada akhir Desember 2021 menjadi US$ 130,2 miliar pada akhir Oktober 2022.

Menarik ditunggu apakah cadev akan meningkat per akhir November atau terus tertekan.

Di tengah banyaknya sentimen negatif, lonjakan harga batu bara yang terjadi dalam tiga hari terakhir diharapkan bisa menopang pergerakan IHSG.

Harga batu bara menembus level psikologis US$ 400 untuk pertama kalinya sejak 12 Oktober 2022. Harga batu bara juga sudah meroket dalam tiga hari beruntun dengan penguatan mencapai 6,4%
CEO PT Yugen Bertumbuh Sekuritas, William Surya Wijaya memperkirakan tekanan terhadap IHSG akan berlanjut pada pekan ini. Namun, ada peluang teknikal rebound. IHSG diproyeksi bergerak di kisaran 6836-7123.

"Pekan ini para investor asing masih mencatatkan capital outflow. Namun,  kondisi perekonomian Indonesia masih berada dalam kondisi stabil maka peluang teknikal rebound masih terbuka lebar, hari ini IHSG berpotensi terkoreksi terbatas," tutur William dalam analisisnya.

(mae/mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular