
Tekanan Makin Bertubi-tubi, Sanggupkah IHSG Rebound?

Beralih ke bursa Paman Sam, tiga bursa utama mereka kembali mengakhiri perdagangan di zona merah. Indeks S&P bahkan sudah mengakhiri empat perdagangan di zona merah. Bursa melemah setelah kekhawatiran resesi meningkat serta proyeksi masih lamanya kebijakan moneter ketat The Fed.
Indeks Dow Jones ditutup melemah 350,76 poin atau 1,03% ke 33.596,34. Indeks Nasdaq anjlok 2% atau 225,05 poin ke 11.014,89 sementara indeks S&P 500 melandai 57,58 poin atau 1,44% ke 3.941,26.
Sektor teknologi menjadi sektor dengan kinerja yang mengecewakan kemarin. Investor khawatir kinerja perusahaan berbasis teknologi akan berat di tengah perekonomian global yang menantang.
Saham META ambruk 6,8% sementara saham Google melandai 2,51%. Saham Amazon anjlok 3,03% dan saham Apple ambles 2,5%.
Wall Street juga ambruk setelah sejumlah CEO dari institusi multinational menyampaikan sejumlah kekhawatiran mengenai ancaman resesi. Survei The Economist juga menunjukkan jika 56% warga AS percaya jika Negara Paman Sam sudah berada di fase resesi.
CEO Goldman Sachs David Solomon mengingatkan perekonomian global akan menghadapi ketidakpastian serta periode yang bergejolak pada tahun depan. Dia menjelaskan kebijakan moneter ketat serta perkembangan ekonomi yang berganti begitu cepat membuat ekonomi global melambat.
"Saya pikir kita harus mengasumsikan jika kita akan menghadapi periode yang bergejolak. Kondisi perekonomian yang semakin berat," tutur Solomon, dikutip dari The Guardian.
Goldman memperkirakan jika ekonomi global akan melambat ke 1,9% pada 2023. Proyeksi ini jauh di bawah proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) yakni 2,7%.
Solomon menjelaskan ada kemungkinan bank sentral AS melonggarkan kebijakan moneter ketatnya untuk menghindari hard landing ekonomi. Dia juga mengingatkan jika ancaman resesi masih akan sangat kuat.
"Itu masih belum jelas tapi saya perkirakan kemungkinan soft landing. Namun, ancaman resesi jelas masih ada pada 2023. Karena itu, kita harus hari-hati dan menyiapkan diri untuk itu," imbuhnya.
CEO JPMorgan, General Motors, Walmart, United dan Union Pacific juga menyampaikan kekhawatiran serupa, Perekonomian global diproyeksi akan melambat sehingga semuanya diminta menyiapkan diri.
CEO JP Morgan Jamie Dimon mengatakan lonjakan inflasi akan membuat daya beli melandai.
"Jika Anda melihat ke depan, banyak hal yang akan membuat ekonomi tergelincir dan menyebabkan resesi ringan. Namun, kita tidak tahu. Barangkali yang akan kita hadapi adalah badai," tutur Dimon, saat berbicara dalam program Squawk Box CNBC International.
Di forum yang sama, CEO General Motors Mary Barra mengatakan resesi mungkin belum terlihat tetapi jelas akan ada perlambatan ekonomi.
CEO Walmart Doug McMillon memperkirakan resesi kemungkinan akan terjadi karena The Fed akan tetap memerangi inflasi. Dia juga mengatakan lonjakan inflasi sudah mulai menekan penjualan item tertentu seperti barang elektronik dan mainan.
CEO United Airlines Scott Kirby memperkirakan resesi ringan kemungkinan akan terjadi karena kebijakan ketat The Fed. Sementara itu, CEO Union Pacific Railroads Lance Fritz mengatakan konsumsi masyarakat sudah jauh menurun dan ekonomi akan terus melambat.
"Kebijakan The Fed membuat kita dihadapkan pada sejumlah tantangan berat mulai dari perlambatan ekonomi hingga konsumsi. Ini jelas tidak bagus," tutur Fritz.
(mae/mae)