CNBC Indonesia Research

Lagi Tren Transisi Energi, Komitmen Atau Cuma Janji Manis?

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
Selasa, 15/11/2022 13:30 WIB
Foto: Komitmen Transisi Energi, Pertamina Bidik Pemasangan PLTS 500 MW di Area Operasi Pertamina Group, yang Dapat Menurunkan Emisi Karbon 630 Ribu Ton/Tahun (Pertamina )

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalimat green economy atau ekonomi hijau rasanya sudah tak asing lagi di telinga kita. Pemerintah kerap kali menyebutkan bahwa ini sudah menjadi perhatian penuh dan terus mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan dengan penerapan prinsip ekonomi hijau.

Langkah Pemerintah Indonesia begitu serius dalam menyikapi transisi energi terutama dalam bidang energi baru terbarukan. Kebijakan dan Peraturan sudah dikeluarkan guna mengiringi transisi energi tersebut menjadi salah satu program utama yang diatur dalam Kebijakan Energi Nasional/KEN sesuai Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2014.

Bahkan transisi energi menjadi salah satu dari tiga topik utama dalam Presiden G20 Indonesia tahun ini, sehingga energi baru terbarukan adalah sektor prioritas dalam pembangunan Indonesia di masa depan.

Berdasarkan rilis data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Indonesia menghasilkan GRK sekitar 1,86 miliar ton karbon dioksida ekuivalen (CO2e) pada tahun 2021. Sumber GRK tersebut antara lain:

Melihat kondisi ini, Indonesia tampaknya masih menghadapi tantangan besar dalam memenuhi target Nationally Determined Contribution (NDC), yakni komitmen pengurangan emisi gas rumah kaca yang ditetapkan melalui Perjanjian Paris.

Transisi energi menjadi krusial dan urgen untuk dilakukan demi mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan membatasi suhu bumi di bawah 1,5 derajat Celcius pada 2050 sesuai Persetujuan Paris. Memperkuat transisi energi yang berkeadilan membutuhkan pendanaan yang berkelanjutan dan inovatif.

Dalam G20, percepatan transisi energi menjadi komitmen bersama dalam poin deklarasi pertemuan puncak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, di Bali, pada 15-16 November 2022. Menjadi bagian dari solusi kunci mengatasi krisis energi global yang sedang terjadi saat ini.

Krisis energi yang terjadi saat ini bisa menjadi titik balik dalam sejarah energi untuk mempercepat sumber energi bersih, termasuk dalam hal membentuk sistem energi yang berkelanjutan dan aman.

Energi bersih tersebut juga kita kenal dengan energi baru terbarukan. Perannya harus mampu menggantikan energi karbon yang mempunyai emisi tinggi seperti bahan bakar fosil, terutama untuk memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri.

Dalam hal ini, Pemerintah Indonesia menargetkan pencapaian proporsi energi baru terbarukan sebesar 23% dari total sumber energi pada 2025 mendatang. Tahun 2021 lalu, sudah diakselerasi transformasi energi dengan pengurangan emisi karbon pada pembangkit listrik di Indonesia hingga mencapai 10,37 juta ton atau lebih dari dua kali lipat dari target reduksinya.

Upaya-upaya ini tentunya mendorong Indonesia semakin ekspansif, sehingga perlu meningkatkan kapasitas energi untuk memenuhi kebutuhan di masa depan. Di sisi lain, Indonesia juga berpartisipasi aktif dalam upaya mitigasi emisi global dalam rangka mengantisipasi perubahan iklim, di mana pemerintah telah berkomitmen meraih Net Zero Emission di 2060.


(aum/aum)
Pages