
Inflasi Oktober Diramal Melandai, Efek Kenaikan BBM Habis?

Tekanan inflasi paling besar pada Oktober 2022 diproyeksi datang dari tarif angkutan umum sebagai dampak dari second round effect (dampak lanjutan) kenaikan harga BBM Subsidi. Sebagai catatan, pemerintah menaikkan harga BBM Subsidi pada 3 September lalu. Harga BBM Subsidi Pertalite dan Solar subsidi rata-rata naik 31,4%.
Juniman menjelaskan kenaikan harga BBM dan tarif angkutan umum menjadi penyumbang utama inflasi Oktober. Survei BI menunjukan tarif angkutan dalam kota menyumbang inflasi sebesar 0,04% (mtm) pada Oktober.
Secara historis, kenaikan harga BBM akan melambungkan inflasi melalui dampak langsung (first round effect) dan dampak lanjutan (second round effect). Dampak lanjutan kenaikan harga BBM Subsidi biasanya memicu inflasi yang lebih besar pada sebulan setelah pengumuman.
Pada tanggal 22 Juni 2013, misalnya, pemerintah menaikkan harga BBM Subsidi sebesar 30%. Inflasi Juni 2013 mencapai 1,02% (mtm) sementra inflasi Juli mencapai 3,29%.
Data BPS juga menunjukkan tarif angkutan dalam negeri secara rata-rata meningkat 31,5% sehingga menyumbang kenaikan inflasi Indeks Harga Konsumen tahun 2013 sebesar 0,75%. Harga BBM subsidi kembali dinaikkan 18 November 2014 rata-rata dinaikkan 33,57%.
Pada November 2014, inflasi tercatat 1,50% sementara pada Desember menyentuh 2,46%. Menyusul kenaikan harga BBM, tarif angkutan dalam kota menyesuaikan tarif sebesar 15 - 33%. Pada 2014, tarif angkutan dalam kota yang menyumbang inflasi sebesar 0,63%, tarif angkutan udara sebesar 0,22%, dan tarif angkutan antar kota sebesar 0,14%.
Gubernur BI Perry Warjiyo, pada pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) 20 Oktober lalu, mengatakan inflasi Oktober akan lebih rendah dan tidak setinggi proyeksi banyak lembaga. Pasalnya, ada sinergi kebijakan antara pemerintah dan BI yang memastikan inflasi tidak melaju kencang setelah kenaikan harga BBM subsidi.
Kendati IHK melandai (mtm) dan stagnan (yoy), inflasi inti justru diperkirakan akan melonjak. Polling CNBC menunjukkan inflasi inti akan menembus 3,45% (yoy) pada Oktober. Jika proyeksi ini benar maka inflasi inti akan menembus rekor tertinggi sejak juli 2016.
"Dampak kenaikan harga BBM akan mempengaruhi harga layanan barang dan jasa lainnya, tidak hanya angkutan umum. Hal ini bisa mendorong kenaikan inflasi umum dan inti untuk dua bulan ke depan," tutur ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman, dalam Macro Brief.
Laju inflasi inti menjadi faktor utama bagi Bank Indonesia dalam menentukan kebijakan suku bunga acuan. Jika inflasi inti terus melonjak maka kenaikan suku bunga tidak bsia dihindari.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)