Polling CNBC Indonesia

Inflasi Oktober Diramal Melandai, Efek Kenaikan BBM Habis?

Maesaroh, CNBC Indonesia
31 October 2022 12:35
Nasib OkeOtrip dan Perubahan jadi Jak Lingko
Foto: Mikrolet OK OTrip yang berubah nama menjadi Jak Lingko (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia- Inflasi Indonesia diperkirakan akan melandai pada Oktober. Melandainya inflasi pada Oktober menjadi angin segar karena kekhawatiran dampak lanjutan dari kenaikan harga BBM Subsidi diproyeksi tidak sebesar perkiraan awal.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesiadari 12 institusi memperkirakan inflasi Oktober akan menembus 0,08% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm). Inflasi bulanan Oktober jauh lebih kecil dibandingkan yang tercatat pada September yakni 1,17% (mtm).

Hasil polling juga memperkirakan inflasi secara tahunan (year on year/yoy) akan menembus 5,95% atau stagnan dibandingkan pada September yang juga tercatat 5,95%.

Polling CNBC juga sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia (BI).Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV Oktober 2022, BI memperkirakan inflasi Oktober menembus 0,05% (mtm).

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi Oktober pada Selasa (1/11/2022).



Ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution mengatakan dampak lanjutan (second round effect) kenaikan harga BBM Subsidi masih ada.


"Second round effect kenaikan harga BBM bersubsidi pada bulan September masih ada pada bulan Oktober, terutama di sektor transportasi seperti tarif angkutan kota dan antar kota di beberapa daerah, dan lain-lain," ujar Damhuri, kepada CNBC Indonesia.

Namun, melandainya harga sejumlah komoditas pangan membuat inflasi bisa ditekan.


"Penurunan harga beberapa bahan kebutuhan pokok seperti cabai, bawang, minyak goreng dan lain-lain menjadi penahan inflasi ke level yang lebih tinggi," tuturnya.

Pernyataan Damhuri sejalan dengan keterangan BI yang menyebut harga makanan menjadi penyumbang deflasi. Faktor ini bisa membantu Indeks Harga Konsumen (IHK) bisa ditekan pada Oktober.

Komoditas pangan menjadi penyumbang deflasi di antaranya adalah cabai merah sebesar -0,11% (mtm), telur ayam ras sebesar -0,07% (mtm), daging ayam ras sebesar -0,04% (mtm), cabai rawit sebesar -0,03% (mtm), serta tomat dan daging sapi masing-masing sebesar -0,01% (mtm).

Merujuk data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN), harga cabai rawit merah dijual Rp 47.250/kg pada akhir Oktober, jauh lebih murah dibandingkan pada akhir September di kisaran Rp 60.450/kg.


Harga telur ayam turun dari Rp 28.500/kg pada akhir September menjadi Rp 28.450/kg.

Ekonom Bank Maybank Indonesia Juniman juga menjelaskan harga sebagian besar bahan makanan turun pada Oktober, termasuk tomat dan lada. Kondisi ini membantu menahan laju inflasi pada bulan ini.

"Tekanan inflasi pada bulan ini salah satunya datang dari pelemahan rupiah. Pelemahan rupiah membuat barang-barang impor makin mahal," tutur Juniman, kepada CNBC Indonesia.

Sebagai catatan, rupiah melemah dalam sebulan terakhir bahkan menembus level psikologis baru yakni Rp 15.000/US$1. Dalam sebulan, mata uang Garuda anjlok 2,3%.



Tekanan inflasi paling besar pada Oktober 2022 diproyeksi datang dari tarif angkutan umum sebagai dampak dari second round effect (dampak lanjutan) kenaikan harga BBM Subsidi. Sebagai catatan, pemerintah menaikkan harga BBM Subsidi pada 3 September lalu. Harga BBM Subsidi Pertalite dan Solar subsidi rata-rata naik 31,4%.

Juniman menjelaskan kenaikan harga BBM dan tarif angkutan umum menjadi penyumbang utama inflasi Oktober. Survei BI menunjukan tarif angkutan dalam kota menyumbang inflasi sebesar 0,04% (mtm) pada Oktober.

Secara historis, kenaikan harga BBM akan melambungkan inflasi melalui dampak langsung (first round effect) dan dampak lanjutan (second round effect). Dampak lanjutan kenaikan harga BBM Subsidi biasanya memicu inflasi yang lebih besar pada sebulan setelah pengumuman.

Pada tanggal 22 Juni 2013, misalnya, pemerintah menaikkan harga BBM Subsidi sebesar 30%. Inflasi Juni 2013 mencapai 1,02% (mtm) sementra inflasi Juli mencapai 3,29%.

Data BPS juga menunjukkan tarif angkutan dalam negeri secara rata-rata meningkat 31,5% sehingga menyumbang kenaikan inflasi Indeks Harga Konsumen tahun 2013 sebesar 0,75%. Harga BBM subsidi kembali dinaikkan 18 November 2014 rata-rata dinaikkan 33,57%.

Pada November 2014, inflasi tercatat 1,50% sementara pada Desember menyentuh 2,46%. Menyusul kenaikan harga BBM, tarif angkutan dalam kota menyesuaikan tarif sebesar 15 - 33%. Pada 2014, tarif angkutan dalam kota yang menyumbang inflasi sebesar 0,63%, tarif angkutan udara sebesar 0,22%, dan tarif angkutan antar kota sebesar 0,14%.

Gubernur BI Perry Warjiyo, pada pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) 20 Oktober lalu, mengatakan inflasi Oktober akan lebih rendah dan tidak setinggi proyeksi banyak lembaga. Pasalnya, ada sinergi kebijakan antara pemerintah dan BI yang memastikan inflasi tidak melaju kencang setelah kenaikan harga BBM subsidi.



Kendati IHK melandai (mtm) dan stagnan (yoy), inflasi inti justru diperkirakan akan melonjak. Polling CNBC menunjukkan inflasi inti akan menembus 3,45% (yoy) pada Oktober. Jika proyeksi ini benar maka inflasi inti akan menembus rekor tertinggi sejak juli 2016.

"Dampak kenaikan harga BBM akan mempengaruhi harga layanan barang dan jasa lainnya, tidak hanya angkutan umum. Hal ini bisa mendorong kenaikan inflasi umum dan inti untuk dua bulan ke depan," tutur ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman, dalam Macro Brief.

Laju inflasi inti menjadi faktor utama bagi Bank Indonesia dalam menentukan kebijakan suku bunga acuan. Jika inflasi inti terus melonjak maka kenaikan suku bunga tidak bsia dihindari.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular