Macro Insight

Inflasi Terbang Karena Lebaran Tapi Musim Panen Bikin Tenang

mae, CNBC Indonesia
02 May 2023 14:25
Arus mudik hari kedua Lebaran di Terminal 1 keberangkatan domestik Bandara Soekarno Hatta pukul 05.30 WIB terpantau ramai. (CNBC Indonesia/Emir)
Foto: Arus mudik hari kedua Lebaran di Terminal 1 keberangkatan domestik Bandara Soekarno Hatta pukul 05.30 WIB terpantau ramai. (CNBC Indonesia/Emir)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sesuai ekspektasi, inflasi Indonesia melonjak pada April seiring dengan kenaikan permintaan selama periode musiman Ramadan dan Lebaran.

Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi pada April tercatat 0,33% (month to month/mtm) dan 4,33% (year on year/yoy).

Secara bulanan (mtm), inflasi April jauh lebih tinggi dibandingkan pada Maret 2023 yang tercatat 0,18%. Sebaliknya, inflasi tahunan (yeoy) jauh lebih kecil dibandingkan pada Maret 2023 yang tercatat 4,97%.

Kendati naik secara bulanan, inflasi April jauh lebih kecil dibandingkan proyeksi analis.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesiadari 12 institusi memperkirakan inflasi April 2023 akan menembus 0,47% dibandingkan bulan sebelumnya (mtm).

Secara historis, inflasi pada April (mtm) biasanya melandai karena ada panen raya.  Namun, momen Ramadan dan Lebaran membuat inflasi pada bulan lalu terbilang tinggi untuk April.

Sebagai catatan, umat Islam Indonesia mengawali puasa pada 22 Maret dan merayakan Hari Raya Idul Fitri pada 21/22 April 2022.

Bila melihat inflasi Maret (0,18%) dan inflasi April 2023 (0,33%) maka secara keseluruhan inflasi Ramadan dan Lebaran tahun ini mencapai 0,26%. Laju inflasi jauh lebih rendah dibandingkanenam tahun terakhir yakni 0,42%.

Artinya, inflasi Ramadan dan Lebaran tahun ini relatif terkendali karena adanya musim panen.

Harga beras memang masih naik dan menyumbang inflasi sebesar 0,02% tetapi andil inflasinya lebih kecil dibandingkan Maret 2023 yang tercatat 0,35% dan Februari sebesar 0,32%.

Harga cabai rawit dan sayur mayur yang biasanya melejit menjelang Lebaran juga tidak naik tinggi pada Lebaran tahun ini karena stok mencukupi.

Pada Lebaran tahun ini, harga cabai rawit malah turun dan menyumbang deflasi sebesar 0,05% dan cabai merah sebesar 0,03%.

BPS mencatat komoditas lain yang menyumbang inflasi tinggi adalah daging ayam ras, telur ayam ras, ikan segar, tomat, ayam hidup, bawang putih, jeruk, pepaya, rokok kretek filter, rokok putih, tarif angkutan udara, tarif angkutan antar kota, tarif kereta api, dan emas perhiasan.

Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan inflasi Lebaran tahun ini lebih rendah karena dibantu oleh lebih murahnya harga produk holtikultura.

"Persediannya cukup untuk periode panen raya. Meski ada permintaan meningkat tetapi karena ketersediannya cukup (kenaikan harga) bisa diredam sehingga bisa menekan inflasi," tutur Margo, saat konferensi pers inflasi April, Selasa (2/5/2023).


Inflasi kelompok transportasi menembus 0,84% (mtm) pada April tahun ini atau tertinggi dari kelompok lainnya. Inflasi pada tarif angkutan udara menembus 0,14% dan memberi andil 0,06%. Andil tersebut adalah yang tertinggi dibandingkan komoditas lainnya.

Dalam empat tahun terakhi, tarif angkutan udara selalu menjadi penyumbang inflasi terbesar untuk periode Lebaran.

Di bawah kelompok transportasi, terdapat perawatan pribadi dan jasa lainnya (0,68%) disusul dengan pakaian dan alas kaki yang mengalami inflasi 0,61%.

Ketiga kelompok pengeluaran tersebut terkait erat dengan aktivitas Lebaran.

Margo menyebut kenaikan jumlah pemudik yang menggunakan banyaknya pemudik yang menggunakan transportasi pribadi serta angkutan umum membuat inflasi transportasi melonjak.

Secara historis, inflasi pada kelompok transportasi memang akan selalu melonjak karena tingginya permintaan pada jasa transportasi.

Kementerian Perhubungan memperkirakan pergerakan masyarakat meningkat 14,2% menjadi 123,8 juta orang pada tahun ini.

Sebanyak 27,32 juta orang menggunakan mobil pribadi, sebanyak 14,47 juta memakai kereta api, sebanyak 22,7 juta menggunakan bus, sementara 6,2 juta menggunakan pesawat.

Sementara itu, inflasi tahunan terus melandai dari 4,97% pada Maret menjadi 4,33% pada April tahun ini. Inflasi terus melandai karena dampak kenaikan harga BBM pada September lalu sudah mulai menurun.

Inflasi inti juga turun drastis menjadi 2,83% (yoy) pada April dari 2,94% (yoy) pada Maret. Namun, secara bulanan, inflasi inti naik dari 0,63% pada Maret menjadi 0,88% pada April.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan inflasi akan terus melandai dan bisa ke level 2-4% pada akhir semester I-2023.

"Dampak second round dari kenaikan harga BBM akan sepenuhnya hilang pada semester II tahun ini. Inflasi pada akhir tahun kemungkinan berada di kisaran 3,6%," tutur Faisal, kepada CNBC Indonesia. 

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular