Kemarin, IHSG finis di posisi 6.653,35. Terkoreksi 0,13% dibandingkan penutupan sehari sebelumnya.
Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) berlangsung kurang semarak. Frekuensi transaksi tercatat 1,32 juta kali yang melibatkan 18,96 miliar unit saham senilai Rp 10,99 triliun.
Meski begitu, investor asing tetap melakukan akumulasi beli bersih senilai Rp 645,18 miliar di seluruh pasar. sepanjang 2022 yang baru hitungan hari, investor asing membukukan beli bersih Rp 1,25 triliun.
Tekanan di pasar saham dan surat utang tersebut membuat rupiah lesu darah. Lagi-lagi mata uang Tanah Air tidak berdaya di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).
Di pasar spot, US$ 1 sama dengan Rp 14.395 kala penutupan perdagangan. Rupiah terdepresiasi 0,24% sekaligus berada di posisi terlemah sejak 6 Desember 2021.
Rupiah mengawali 2022 dengan start yang kurang mulus. Dalam empat hari pertama perdagangan 2022, mata uang Nusantara selalu melemah di hadapan dolar AS. Selama empat hari tersebut, depresiasi rupiah tercatat 0,98%.
Beralih ke bursa saham AS, tiga indeks utama di Wall Street ditutup bervariasi. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,4% tetapi S&P 500 dan Nasdaq Composite masing masing-masing 0,1%.
Wall Street berhasil bangkit dari koreksi tajam yang terjadi kemarin. Bahkan Nasdaq mengalami koreksi harian terparah sejak Februari 2021.
Hari ini pun sepertinya investor di bursa saham New York masih trauma dengan 'hantaman' yang terjadi kemarin yaitu rilis notula rapat (minutes of meeting) bank sentral AS, The Federal Reserve/The Fed. Dalam rapat edisi Desember 2021, terlihat bahwa Ketua Jerome 'Jay' Powell dan rekan begitu agresif, hawkish, dan ingin segera mengakhiri periode kebijakan moneter longgar.
"Para peserta rapat secara umum mencatat bahwa tidak bisa menghindari kenaikan suku bunga acuan lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya. Beberapa peserta rapat juga mencatat sudah saatnya mengurangi beban neraca (balance sheet) setelah kenaikan Federal Funds Rate," sebut notula itu.
Kenaikan suku bunga acuan akan ikut mengerek imbalan investasi di obligasi pemerintah AS. ini membuat aset-aset lain menjadi kurang 'seksi', termasuk saham.
Sinyal The Fed yang begitu agresif tampaknya termakan betul oleh pasar. Sentimen itu masih membayangi gerak Wall Street hari ini, yang membuatnya relatif terbatas.
Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (1)
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu perkembangan di Wall Street yang masih kurang kondusif. Ini bisa menjadi beban bagi pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia.
Sentimen kedua, pelaku pasar juga perlu mencermati situasi terkini dari pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Penyebaran virus corona varian omicron yang begitu cepat membuat kasus positif di berbagai negara melonjak tajam.
Di Jepang, misalnya. Pada 5 Januari 2022, kasus positif corona mencapai 2.040 orang, tertinggi sejak 30 Oktober 2021.
Dalam sepekan hingga 5 Januari 2022, total kasus harian adalah 6.055 orang atau rata-rata 865 orang per hari. Melonjak dibandingkan seminggu sebelumnya yaitu total 2.272 orang, rerata 324 orang saban harinya.
Situasi ini membuat pemerintah Jepang tidak punya pilihan lain. Pembatasan sosial (social distancing) kembali diketatkan, terutama di daerah tempat pangkalan militer AS berada seperti Okinawa.
Situasi di AS juga masih mencekam. Kini, ratusan ribu rakyat Negeri Adidaya terinfeksi virus corona setiap harinya.
Bahkan di Indonesia keadaannya mulai mencemaskan. Kemarin, Kementerian Kesehatan melaporkan kasus positif harian adalah 404 orang. Ini menjadi yang tertinggi sejak 27 November 2021.
Dalam seminggu terakhir, kasus positif corona bertambah 1.785 orang atau 255 orang per hari. Lebih banyak ketimbang sepekan sebelumnya yakni 1.279 orang (rata-rata 182 orang per hari).
Memang ada berbagai studi yang menyebut bahwa varian omicron hanya menyebabkan gejala ringan. Tidak seperti varian delta yang ganas.
Terbaru adalah studi dari Inggris. UK Health Security Agency (bekerja sama dengan Universitas Cambridge) meneliti 528.176 kasus infeksi omicron dan membandingkannya dengan 573.012 kasus delta.
Hasilnya, risiko perawatan di rumah sakit untuk pengidap varian omicron hanya sepertiga dari varian delta. Studi itu juga menyimpulkan vaksin mampu melawan varian omicron.
"Dalam analsis ini, risiko perawatan di rumah sakit lebih rendah dalam kasus varian omicron. Setelah 2-3 dosis vaksin, risiko perawatan di rumah sakit berkurang 81%," sebut laporan UKHSA.
Meski lebih ringan, penyakit tetap penyakit. Pemerintah mana yang tega membiarkan rakyatnya sakit, meski gejalanya ringan?
Oleh karena itu, sepertinya varian omicron tetap akan diatasi dengan pembatasan sosial yang lebih ketat. Artinya, prospek pemulihan ekonomi jadi samar-samar. Bangkit atau tidaknya sangat tergantung dari dinamika pandemi dan upaya penanganannya.
Halaman Selanjutnya --> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (2)
Sentimen ketiga adalah aksi militer Rusia di luar negaranya. Setelah membuat dunia was-was dengan aksi militer di Ukraina, kini Rusia kembali cawe-cawe di Kazakhstan.
Situasi di eks wilayah Uni Soviet itu memang sedang mencekam. Rakyat melakukan aksi demonstrasi besar-besaran menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berlaku mulai awal tahun ini. Namun aksi itu meluas, bahkan sampai menduduki objek vital seperti bandara.
Melihat situasi ini, Rusia menerjunkan pasukan militer ke Kazakhstan. Tentara Rusia ikut meredam aksi demonstrasi tentu dengan represi. Menurut sejumlah saksi (termasuk polisi setempat) tentara Rusia membunuh lusinan demonstran dalam semalam.
"Pasukan perdamaian dikirim ke Kazakhstan untuk waktu yang terbatas dalam rangka menormalkan situasi," sebut keterangan tertulis Collective Security Treaty Organization (CSTO).
Namun negara-negara lain tidak melihatnya seperti itu. Uni Eropa meminta Rusia untuk menghormati kedaulatan Kazakhstan. "Intervensi Rusia mengingatkan kita kepada kenangan akan sesuatu yang seharusnya kita hindari," tegas Josep Borrell, diplomat Uni Eropa, seperti dikutip dari Al Jazeera.
AS pun ikut berkomentar. Washington menampik tudingan yang menyebut mereka ada di belakang aksi demonstrasi Kazakhstan.
"Ada klaim gila dari Rusia bahwa AS ada di belakang ini semua. Jadi saya akan gunakan kesempatan ini untuk menegaskan bahwa itu benar-benar salah. Jelas itu adalah permainan disinformasi standar dari Rusia, yang banyak kita lihat pada tahun-tahun belakangan," terang Jen Psaki, Juru Bicara Gedung Putih, juga dilansir Al Jazeera.
Ketegangan di Rusia dan bekas wilayah Uni Soviet bisa merembet ke pasar keuangan. Kalau situasi memanas, apalagi AS dan sekutunya sudah hilang kesabaran, maka konflik bersenjata bukan risiko yang tidak mungkin terjadi.
Apabila perang betul-betul terjadi (amit-amit jabang bayi), maka biasanya investor akan cenderung mencari aman. Aset-aset berisiko akan ditinggalkan.
Salah satu aset yang kemungkinan bakal menjadi pilihan pelaku pasar saat terjadi ketegangan bersenjata adalah emas. David Lennox, Analis Fat Prophet, menyebut bisa saja harga emas menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa pada tahun ini.
Lennox menilai harga emas bisa mencapai kisaran US$ 2.100/troy ons. Jika ini terwujud, maka akan melampaui rekor tertinggi sepanjang masa yang terjadi pada Agustus 2020 yaitu di US$ 2.063/troy ons.
Ketegangan yang melibatkan Rusia bisa menjadi faktor pengerek harga emas. Kehadiran militer Rusia di bekas wilayah Uni Soviet membuat tensi antara Kremlin dengan negara-negara barat meninggi. Lennox melihat bukan tidak mungkin terjadi 'bencana'.
"Jika itu terjadi, maka kita akan melihat harga emas akan bereaksi. (Target) US$ 2.100/troy ons mungkin akan tercapai lebih cepat," katanya, seperti dikutip dari CNBC International.
Halaman Selanjutnya --> Simak Agenda dan Rilis Data Hari Ini
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Rilis data cadangan devisa Indonesia periode Desember 2021 (10:00 WIB).
- Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (13:00 WIB).
- Keterangan pers Menteri Investasi/Kepala BPKM mengenai pencabutan Izin Usaha Pertambangan (14:00 WIB).
- Rapat Koordinasi membahas isu batu bara di kantor Kemenko Kemaritiman dan Investasi (14:00 WIB).
- Rilis data ekspor-impor Jerman periode November 2021 (14:00 WIB).
- Pembacaan awal angka inflasi Zona Euro periode Desember 2021 (17:00 WIB).
- Rilis data penciptaan lapangan kerja dan tingkat pengangguran AS periode Desember 2021 (20:30 WIB).
- Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Bank IBK Indonesia Tbk (tentatif).
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Untuk mengakses data pasar terkini, silakan klik di sini.
TIM RISET CNBC INDONESIA