Polling CNBC Indonesia

PPKM Tak Lagi Darurat, Siap-siap Impor Melesat!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
14 November 2021 07:26
Bongkar Muat Peti Kemas di Terminal Tanjung Priok. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Peti Kemas di Terminal Tanjung Priok. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Neraca perdagangan Indonesia diperkirakan mengendur pada Oktober 2021 dibandingkan bulan sebelumnya. Lonjakan impor dan koreksi harga komoditas menjadi penyebab penurunan neraca perdagangan.

Badan Pusat Statistik dijadwalkan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Oktober 2021 pada 15 November 2021.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor tumbuh 46,06% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Pertumbuhan ekspor sepertinya bakal melambat dibandingkan September 2021 yang sebesar 47,64%.

Penurunan harga komoditas sangat mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia. Ambil contoh batu bara, yang sedang mengalami tren penurunan harga. Dalam sebulan terakhir, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) jatuh 43,37% secara point-to-point.

Batu bara berperan vital dalam ekspor Indonesia. Sepanjang Januari-Agustus 2021, nilai ekspor batu bara mencapai US$ 14,5 5 miliar. Angka ini menyumbang 10,72% dari total ekspor non-migas, hanya kalah dari minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO).

Meski begitu, harga batu bara masih naik tajam kalau dibandingkan dengan posisi tahun lalu. Dalam setahun terakhir, harga si batu hitam masih membukukan kenaikan 135,04%. Jadi wajar nilai ekspor masih tumbuh tinggi secara yoy.

Halaman Selanjutnya --> PPKM Tak Lagi Darurat, Impor Melesat

Sementara konsensus CNBC Indonesia memperkirakan impor tumbuh 58,36% yoy pada Oktober 2021. Kalau yang ini jauh lebih tinggi ketimbang September 2021 yang tumbuh 40,31%.

Lonjakan impor dipengaruhi oleh peningkatan permintaan akibat meredanya pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Sepanjang Oktober 2021, rata-rata pasien positif corona bertambah 944 orang per hari. Jauh menurun ketimbang bulan sebelumnya yang mencapai 4.177 orang setiap harinya. Dibandingkan Oktober 2020 juga jauh membaik karena kala itu kasus positif rata-rata adalah 3.970 orang saban harinya.

Perkembangan ini membuat pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berani mengendurkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Sudah tidak ada lagi wilayah di Jawa-Bali yang berstatus PPKM Level 4 (paling ketat). Bahkan Provinsi DKI Jakarta sudah mendapat cap PPKM Level 1 (paling longgar).

Pelonggaran PPKM membuat aktivitas dan mobilitas masyarakat meningkat. Mengutip Apple Mobility Index, mobilitas masyarakat Tanah Air sudah kembali normal, bahkan melebihi level sebelum pandemi.

Pada Oktober 2021, rata-rata indeks mobilitas dengan mengemudi di Indonesia adalah 134,4 per hari. Jauh di atas bulan sebelumnya yang sebesar 118,42 dan Oktober 2020 yakni 96,16. Indeks di atas 100 menandakan mobilitas yang kembali seperti masa pra-pandemi.

Konsumen yang sempat gelisah kini kembali percaya diri memandang situasi ekonomi. Optimisme ini tergambar di data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).

Pada Oktober 2021, IKK tercatat 113,39, tertinggi sejak Maret 2020. Angka di atas 100 menunjukkan konsumen sudah percaya diri memandang prospek perekonomian saat ini hingga enam bulan mendatang.

Peningkatan mobilitas dan optimisme konsumen tentu akan mewujud kepada kenaikan konsumsi. Begitu konsumsi naik, peningkatan impor adalah konsekuensi yang tidak bisa dihindari.

Meski ekspor melambat dan impor melesat, neraca perdagangan Indonesia diperkirakan masih bisa mencatatkan surplus. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan surplus neraca perdagangan Oktober 2021 akan sebesar US$ 3,89 miliar. Namun memang surplus itu akan lebih sedikit ketimbang September 2021 yang mencapai US$ 4,37 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular