Update Polling CNBC Indonesia

Ini Bukti PPKM Mulai Merasuki Ekspor-Impor RI!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 August 2021 06:55
Suasana Tanjung Priok, Jakarta Utara Saat Isu Pungli
Foto: Suasana Tanjung Priok, Jakarta Utara (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
  • Menambah proyeksi Standard Chartered dan Mirae Asset

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia diperkirakan masih menikmati surplus neraca perdagangan pada Juli 2021. Namun ada sinyal bahwa dampak kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mulai merambat ke kinerja perdagangan Tanah Air.

Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan mengumumkan data perdagangan internasional Indonesia periode Juli 2021 pada 18 Agustus 2021. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan median proyeksi pertumbuhan ekspor 29,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Kemudian impor diperkirakan tumbuh lebih tinggi yaitu 52,9% yoy. Meski demikian, Indonesia masih bisa membukukan surplus neraca perdagangan senilai US$ 2,24 miliar.

Institusi

Pertumbuhan Ekspor (%yoy)

Pertumbuhan Impor (%yoy)

Neraca Perdagangan (US$ Juta)

Bank Danamon

36.1

56.1

2314

CIMB Niaga

29.3

38.6

3200

ING

29.9

53.6

1780

Bank Mandiri

42.01

58.32

2892.08

Maybank Indonesia

22.84

39.27

2242

BNI Sekuritas

36.61

60.35

1922

MNC Sekuritas

29.88

44.65

2551

Danareksa Research Institute

37.79

58.13

2316

BCA

40.1

52.9

3200

Standard Chartered

20.9

38.3

2076

Mirae Asset

28.5

48.5

2070

MEDIAN

29.9

52.9

2242


Sebagai perbandingan, konsensus pasar yang dihimpun Reuters menghasilkan median perkiraan pertumbuhan ekspor sebesar 30,2%. Sementara impor 'diramal' tumbuh 52,15% dan neraca perdagangan surplus US$ 2,27 miliar.

Meski masih tumbuh tetapi pertumbuhan ekspor dan impor melambat dibandingkan Juni 2020. Kala itu, ekspor melonjak 54,46% yoy dan impor meroket 60,12% yoy.

Halaman Selanjutnya --> PPKM Hambat Aktivitas Ekonomi

Tirta Citradi, Ekonom MNC Sekuritas, menilai pembatasan aktivitas dan mobilitas melalui PPKM (baik Darurat maupun Level 4) menjadi penyebabnya. Ini semakin memberi klarifikasi bahwa PPKM telah memukul perekonomian Ibu Pertiwi.

"Secara year-on-year memang masih tumbuh tinggi, tetapi secara bulanan mungkin mengalami penurunan seiring dengan terbatasnya aktivitas ekonomi. Ini sudah terkonfirmasi dari data sebelumnya yaitu penurunan sentimen konsumen serta aktivitas manufaktur yang terkontraksi akibat penerapan PPKM," sebut Tirta.

Meski terjadi tekanan akibat PPKM, kinerja ekspor Indonesia sangat terbantu dengan kenaikan harga komoditas. Dalam sebulan terakhir, harga minyak sawit mentah (CPO) dan batu bara melonjak tinggi. Dua komoditas ini merupakan andalan ekspor Indonesia.

Selama sebulan terakhir, harga CPO di Bursa Malaysia melonjak 9,75% secara point-to-point. Sedangkan harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) melejit 18,43% dalam periode yang sama.

Di sisi lain, PPKM juga membantu meredam impor. Tirta mencontohkan, harga minyak dunia sejatinya naik lumayan tinggi dalam sebulan terakhir. Namun kebutuhan impor produk minyak, terutama bahan bakar minyak (BBM), tidak melonjak karena mobilitas masyarakat yang dibatasi oleh PPKM.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular