Polling CNBC Indonesia

Bunga Acuan BI 'Diramal' Tetap, Tak Naik Saja Sudah Syukur...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 June 2021 07:10
Foto Ilustrasi mata uang Dolar. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Ilustrasi Dolar AS (REUTERS/Thomas White)

Pengetatan kebijakan oleh The Fed akan sangat mempengaruhi pasar keuangan dan perekonomian dunia. Misalnya, begitu quantitative easing dikurangi maka pasokan likuiditas global tidak akan semelimpah sekarang. Akibatnya, aset-aset berisiko menjadi kurang diminati karena dengan likuiditas yang lebih terbatas tentu lebih baik bermain aman di instrumen safe haven. Istilah kerennya, flight to quality, terjadi perpindahan arus modal ke aset dengan kualitas lebih baik.

Belum lagi kalau suku bunga acuan Negeri Adidaya sampai naik. Kenaikan suku bunga acuan akan ikut mendongkrak imbalan investasi di aset-aset berbasis dolar AS, terutama instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi. Arus modal akan berkerumun di sekitar US Treasury Bonds sementara aset-aset berisiko di negara berkembang hanya kebagian remah-remah rengginang.

Oleh karena itu, Indonesia perlu mempersiapkan diri dari sekarang. Indonesia harus bisa menjaga daya tarik investasi agar pemilik modal tetap berkenan masuk.

Menjaga daya tarik, apalagi buat investor asing, menjadi penting karena mereka punya peran yang signifikan di pasar keuangan Tanah Air. Misalnya di SBN, porsi kepemilikan investor asing hampir mencapai 40%. Ini adalah yang tertinggi di antara negara-negara berkembang yang sekelas (peers) dengan Indonesia.

kursSumber: IMF

Ketika investor asing merasa menanamkan modal di Indonesia tidak memberikan insentif yang sepadan dengan risikonya, maka yang terjadi adalah flight to quality, pembalikan arus modal (capital reversal). Jika itu terjadi, maka dampaknya di pasar keuangan akan sangat masif mengingat besarnya porsi kepemilikan investor asing.

Salah satu cara menjaga daya tarik Indonesia adalah dengan suku bunga. Apabila suku bunga acuan turun, maka imbalan investasi di aset-aset berpendapatan tetap seperti obligasi akan ikut turun. Tentu bukan sesuatu yang dicari oleh pemilik modal.

So, penurunan suku bunga acuan sepertinya bukan opsi yang bijak jika ingin mempertahankan 'keseksian' pasar keuangan Indonesia. Menaikkan juga belum tepat, karena Ibu Pertiwi masih butuh 'rangsangan' agar ekonomi bisa pulih seperti masa sebelum pandemi.

Memang sudah sulit berharap suku bunga acuan bisa turun lagi. Tidak naik saja sudah syukur...

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular