Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar modal nasional pada Senin (5/10/20) menguat berkat sentimen positif dari Amerika Serikat (AS). Hari ini, pasar berpeluang mendapat angin buritan untuk melaju lebih jauh ke zona hijau menyusul pengesahan Undang-Undang Omnibus Law.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin ditutup naik 0,65% ke level 4.958,76. Salah satu sentimen positif datang dari Gedung Putih yang mengabarkan bahwa kondisi kesehatan Presiden AS Donald Trump membaik.
Kenaikan tersebut belum memfaktorkan pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) Omnibus Law menjadi UU baru, karena Sidang Paripurna mendadak dimajukan dan dimulai pda pukul 16:00 WIB yang berujung pada keputusan pengesahan.
Kabar pembahasan RUU Omnibus Law yang terjadi beriringan dengan kabar membaiknya Trump memicu penguatan rupiah terhadap dolar AS. Melansir data Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,27% ke Rp 14.790/US$.
Penguatan juga terlihat di pasar obligasi, di mana mayoritas harga surat berharga negara (SBN) ditutup menguat. SBN berjangka pendek, yakni tenor 1 dan 5 tahun, cenderung dilepas investor.
Berdasarkan imbal hasilnya (yield), mayoritas SBN mengalami pelemahan, namun tidak untuk SBN tenor 1 tahun yang mencatatkan penguatan yield 22,5 basis poin ke level 3,951% dan SBN berjatuh tempo 5 tahun yang mbal hasilnya naik 1,6 basis poin ke 5,799%.
Sementara itu, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara melemah 0,3 basis poin ke level 6,919% pada hari ini. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga pelemahan yield menunjukkan harga obligasi yang naik. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Rapat Paripurna sore kemarin mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja (Omnibus Law Ciptaker) menjadi undang-undang. Sebagian besar fraksi setuju dan hanya 2 fraksi yang menolak pengesahan RUU ini, yakni Fraksi Demokrat dan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Dengan berlakunya UU Ciptaker, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan P. Roeslani optimistis keran investasi akan terbuka lebih lebar, yang pada akhirnya juga membuka lapangan pekerjaan.
"Penciptaan lapangan kerja harus dilakukan, yakni dengan mendorong peningkatan investasi sebesar 6,6-7% untuk membangun usaha baru atau mengembangkan usaha eksisting, yang pada akhirnya akan mendorong peningkatan konsumsi di kisaran 5,4-5,6%," ujar Rosan.
Bursa saham Amerika Serikat (AS) menutup perdagangan Senin (5/9/2020) dengan melesat ke jalur hijau, menyusul kabar Presiden AS Donald Trump bakal meninggalkan rumah sakit pada Senin malam (atau pagi ini waktu Indonesia).
Investor juga kian yakin bahwa paket stimulus baru akan segera diteken. Akibatnya, Indeks Dow Jones Industrial Average terbang hingga 465,8 poin (1,7%) ke 28.148,64. Nasdaq melesat 257,5 poin (+2,3%) ke 11.332,49 dan S&P 500 naik 60,2 poin (+1,8%) ke 3.408,62.
Dalam cuitannya di akun Twitter, Trump mengatakan bahwa dia bakal meninggalkan Walter Reed National Military Medical Center dan meminta masyarakat untuk tidak panik menghadapi pandemi tersebut.
"Jangan takut Covid. Jangan biarkan ia menguasaimu. Kita telah mengembangkan, di bawah pemerintahan Trump, beberapa obat dan pengetahuan yang sangat bagus. Aku merasa lebih baik dari diriku 20 tahun yang lalu!" ujarnya.
Dokter kepresidenan yang merawat Trump mengatakan kondisi presiden "terus membaik" dalam 24 jam terakhir setelah mendapatkan suntikan remdesivir kelima dan terakhir, tetapi mengingatkan bahwa dia kemungkinn "belum sepenuhnya keluar dari kondisi berbahaya."
Sebelumnya, mereka menggunakan dexamethasone, senyawa steroid yang direkomendasikan untuk penderita Covid-19 dalam status parah. Kadar oksigen orang nomor satu AS tersebut memang sempat dua kali anjlok, yang memicu koreksi Wall Street.
Kondisi Trump dan lemahnya penyerapan tenaga kerja AS per September kian mengisyaratkan pentingnya stimulus tambahan di era pandemi. Ketua DPR AS Nancy Pelosi dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin berbicara lewat sambungan telepon mendiskusikan beberapa angka.
Semenjak dirawat, Trump kian kedodoran dari calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden yang memenangi 51% suara dalam polling. Mengacu pada polling Reuters/Ipsos pada 2-3 Oktober yang dirilis pada Minggu tersebut, Trump meraup 41% suara pemilih.
"Melihat bahwa Biden telah unggul di kebanyakan hasil polling, ini menunjukkan bahwa pasar mulai menerima probabilitas lebih besar bahwa dia akan menang dan lebih sedikit probabilitas bahwax hasilnya akan ketat dan berujung gugatan," tutur Ajay Rajadhyaksha, Kepala Riset Makro Barclays, dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.
Omnibus Law adalah pengubah permainan (game changer) dalam iklim investasi dan iklim usaha Indonesia, karena menjanjikan kemudahan berusaha dan memangkas peraturan yang tumpang-tindih di berbagai Undang-Undang. Namun ia juga bisa berakhir blunder, jika jutaan buruh menolak keras dengan demo dan mogok yang mengganggu industri dan usaha.
Setelah pemerintah dan DPR memutuskan pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja (Omnibus Law Ciptaker) lebih cepat dari jadwal, dua respons mengemuka: dukungan dari kalangan pengusaha yang diwakili Kadin, dan penolakan yang diwakili oleh KSPI (Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia).
Kalangan buruh menolak pengesahan yang dinilai terburu-buru itu, dan mengancam aksi mogok masal yang melibatkan 2 juta buruh di 32 federasi dan konfederasi serikat buruh dan beberapa federasi serikat buruh lain pada Selasa-Kamis, 6-8 Oktober 2020.
Pasar tentu menyambut positif kemajuan tersebut. Namun apakah keterburu-buruan itu adalah langkah yang taktis, atau justru berakhir blunder laiknya aksi ngebut yang berakhir benjut (lebam)? Kita harus terus memantaunya.
Untuk hari ini, pasar saham akan bereaksi positif dengan aksi beli beberapa saham unggulaan, menafikan aksi mogok masal buruh. Ekspektasi positif akan iklim ketenagakerjaan yng lebih "pro-pasar" mendorong ekspektasi bahwa kinerja emiten secra fundamantal akan jauh lebih baik.
Terlebih, Trump dinyatakan sehat dan akan keluar dari rumah sakit. Angin segar dari Wall Street dini hari tadi berpeluang menghembus hingga ke lantai bursa Indonesia. Namun, jangan berharap reli berlangsung dalam jangka menengah. Kesehatan Trump bukan berarti efek buruk pandemi telah usai.
Dari sisi penanganan pandemi, kasus infeksi Trump memicu kebijakan anti-corona yang lebih ketat. Walikota New York Bill de Blasio pada Minggu mengumumkan aktivitas ekonomi di sembilan wilayah Brooklyn dan Queens akan dibatasi mulai Rabu depan.
Pemerintah Prancis juga memberlakukan pembatasan sosial lebih ketat di Paris setelah angka konfirmasi Covid-19 melonjak drastis. Semua bar dilarang beroperasi, demikian juga acara pengumpulaan oragn seperti pesta, pameran, dan expo juga dilarang.
Sementara itu dari dalam negeri, ada baiknya mencermati rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) per September, karena di situlah sinyal-sinyal pemulihan ekonomi bisa diraba, mengingat nyaris 60% Produk Domestik Bruto (PDB) kita disumbang oleh konsumsi masyarakat.
Pada Agustus, IKK berada di 86,9 atau lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 86,2. IKK menggunakan angka 100 sebagai titik mula. Jika di bawah 100, konsumen belum percaya diri memandang situasi ekonomi sehingga menunda aktivitas belanja atas produk non-esensial.
IKK yang rendah otu terkonfirmasi oleh kontarksi Indeks Penjualan Ritel (IPR) sebesar -12,3% pada Juli 2020, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).
Penjualan ritel belum bisa lepas dari kontraksi selama 8 bulan beruntun. Oleh karena itu, lonjakan IKK akan menjadi katalis positif bagi saham sektor konsumer dan ritel. Namun jika hanya "suam-suam kuku", pasar tidak akan terkesan.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Neraca perdagangan Australia (07:30 WIB)
- PMI sektor konstruksi Uni Eropa (14:30 WIB)
- Indeks Keyakinan Konsumen RI September (16:00 WIB)
- Neraca perdagangan AS (19:30 WIB)
- Pidato Presiden ECB Christne Lagarde (20:00 WIB)
- Pidato Ketua FED Jerome Powell (21:30 WIB)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan ekonomi (kuartal II-2020 YoY) | -5,32% |
Inflasi (September 2020 YoY) | 1,34% |
BI 7 Day Reverse Repo Rate (September 2020) | 4% |
Defisit anggaran (APBN 2020) | -6,34% PDB |
Transaksi berjalan (kuartal II-2020) | -1,18% PDB |
Neraca pembayaran (kuartal II-2020) | US$ 9,24 miliar |
Cadangan devisa (Agustus 2020) | US$ 137,04 miliar |
TIM RISET CNBC INDONESIA