Newsletter

Angin Barat Kurang Baik Berhembus, IHSG Merah Hari Ini?

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
20 October 2020 06:20
ihsg
Foto: detik.com

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup bervariatif pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan harga obligasi pemerintah menguat, tetapi nilai tukar rupiah cenderung stagnan.

Kemarin, IHSG kembali mencatatkan penguatan 0,45%, setelah pada perdagangan akhir pekan lalu, IHSG ditutup melemah tipis.

Mayoritas bursa Asia menguat pada perdagangan Senin (19/10/2020) kemarin, kecuali indeks Shanghai China dan indeks Set Thailand yang ditutup melemah.

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) cenderung stagnan. Meski cenderung stagnan, tetapi rupiah tetap menjadi mata uang terburuk ketiga di Asia.

Sedangkan di posisi terburuk pertama dan kedua, masing-masing dipegang oleh baht Thailand dan dolar Singapura.

Kemudian harga obligasi pemerintah atau surat berharga negara (SBN) pada perdagangan kemarin kompak ditutup menguat, ditandai dengan imbal hasil (yield) di semua obligasi pemerintah yang melemah, melanjutkan tren pelemahan pada perdagangan akhir pekan lalu.

Pada kemarin, China merilis data pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2020, tercermin dari produk domestik bruto (PDB). Tercatat, PDB Negeri Panda tersebut tumbuh positif sebesar 4,9% (year-on-year/YoY).

Ekonomi ekspansi dari kuartal sebelumnya 3,2%. Namun, menurut Reuters, ini masih lebih rendah dari konsensus pasar di mana ekonomi diprediksi tumbuh 5,2%.

Artinya, ekonomi negeri yang dipimpin Xi Jinping ini sudah sangat dekat dengan level sebelum pandemi.

"China menjadi negara besar pertama yang kembali ke jalur pertumbuhan ekonomi. Ini bisa terjadi berkat penanganan pandemi yang cepat serta respons stimulus yang efektif," sebut riset Capital Economics.

Ketika banyak negara berjuang keras untuk segera keluar dari resesi, tidak demikian dengan China. Kontraksi ekonomi sejauh ini cuma berlangsung pada kuartal I-2020, setelah itu tidak ada kelanjutan.

Sementara itu dari Negeri Paman Sam, stimulus fiskal di AS sepertinya tidak akan cair sebelum pilpres selesai.

Hal ini tentunya membenahi sentimen pelaku pasar yang selama ini menanti tambahan stimulus. Selain itu, pemulihan ekonomi Paman Sam juga akan melambat tanpa adanya stimulus fiskal".

Lupakan stimulus fiskal, tidak akan terwujud dalam waktu dekat. Pasar sudah berekspektasi stimulus baru bisa diterapkan pada 2021," tegas Chris Weston, Head of Research Pepperstone yang berbasis di Melbourne, seperti dikutip dari Reuters.

Beralih ke Wall Street, tiga indeks utama di bursa saham New York melemah pada Senin (19/10/2020) awal pekan ini, seiring dari anggota parlemen di Washington yang masih berjuang untuk mencapai kesepakatan stimulus fiskal hingga batas waktunya pada Selasa (20/10/2020)

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah 1,43% atau 408,78 poin ke level 28.197,53 disusul S&P 500 yang merosot 1,65% atau 56,8 poin ke 3.427,01, dan Nasdaq Composite yang terperosok dalam 1,65% atau 192,68 poin ke 11.478,88.

Sektor industri utama di S&P 500 ditutup leboh rendah, diawali dengan sektor energi yang turun 2%, disusul jasa komunikasi yang turun 1,9%.

Saham teknologi besar seperti Apple Inc, Microsoft Corp dan Amazon.com turun lebih dari 2% dan turut memperberat indeks S&P 500.

Ketua DPR Nancy Pelosi pada Minggu bahwa ia akan terus mendorong agar stimulus tersebut bisa tercapai sebelum pemilihan dan Selasa ini adalah batas waktunya.

Pelosi dan menteri Keuangan Steve Mnuchin "terus mempersempit perbedaan mereka" dalam percakapan pada Senin dan Pelosi berharap bahwa pada Selasa akan ada "kejelasan" tentang apakah stimulus dimungkinkan sebelum pemilihan Nov. 3.

Invesor khawatir dengan kenaikan kasus virus corona (Covid-19) di Amerika Serikat dan terkait hasil suara dari presiden AS, Donald Trump yang hasilnya tidak memuaskan

"Kabar stimulus yang maju-mundur diperparah dengan memburuknya tren kasus virus corona dan ketidakpastian menjelang pemilu tentunya mengkhawatirkan pasar," kata Mona Mahajan, Ahli Strategi Investasi AS, Allianz Global Investors, New York.

Minggu lalu, Gedung Putih telah mengajukan paket stimulus sebesar US$ 1,8 triliun, namun ini ditolak oleh Pelosi, karena dinilai terlalu rendah, ia meminta Gedung Putih untuk mengeluarkan sebesar US$ 2,2 triliun.

"terlepas dari kabar mana yang berhasil jika stimulus tidak tercapai" seru Mahajan, namun ia menambahkan "tetapi dengan (virus) yang kembali meningkat, maka stimulus masih dianggap penting"

Ketika Wisconsin sedang "memerangi" lonjakan kasus corona terburuk di Amerika Serikat, seorang hakim pada Senin melakukan kembali pembatasan.

Di New Mexico, gubernur memperingatkan bahwa tenaga medis di negara bagian mungkin tidak cukup jika kasus terus meningkat pada kecepatan saat ini.

Jumlah kasus Covid-19 di Amerika Serikat pada akhir pekan lalu naik 13% hingga 393.000 kasus, tertinggi sejak musim panas, seperti yang dijelaskan oleh riset Reuters.

Presiden Donald Trump dan penantangnya dari Partai Demokrat Joe Biden akan berdebat untuk terakhir kalinya pada hari Kamis (22/10/2020) ini.

 

 

Untuk perdagangan hari ini, investor patut menyimak sejumlah sentimen yang bisa menjadi penggerak pasar. Pertama tentu perkembangan di Wall Street yang kembali melemah.

Pelemahan bursa di New York pada perdagangan kemarin bisa menjadi sentimen negatif di Asia, dan bisa berdampak ke Indonesia.

Kedua, masih terkait kabar dari stimulus fiskal di Amerika Serikat (AS), dimana Ketua DPR Nancy Pelosi pada Minggu mengatakan dia akan terus mendorong agar stimulus fiskal dapat tercapai jelang pemilihan presiden (pilpres) 3 November, walaupun pada Selasa besok adalah batas waktu terakhirnya.

Ketiga, masih terkait lonjakan kasus virus corona (Covid-19) di Eropa, dimana pasar juga masih memantau kekhawatiran seputar meluasnya kembali penyebaran virus corona, setelah angka infeksi di seluruh dunia telah mencapai 40 juta.

CNBC International bahkan menyebutkan bahwa angka kenaikan di 38 negara bagian AS mencapai 5% pada Jumat.

Dalam sepekan, angka infeksi baru Covid-19 meningkat 16% di AS menjadi 55.000 sedangkan di Eropa naik 44%. Gelombang kedua penyebaran virus corona di Eropa masih menjadi kunci perhatian pasar.

Perdana Menteri Italia mengumumkan kebijakan lebih ketat untuk mencegah penyebaran virus gelombang kedua termasuk membatasi pembukaan restoran dan membatasi pengumpulan massa. Langkah ini diambil setelah ada lebih dari 11.000 kasus baru pada Minggu.

Sebelumnya, Inggris dan Prancis telah merilis kebijakan baru yang lebih ketat untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 di tengah tren kenaikan kasus infeksi baru di Benua Biru.

Keempat, beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini adalah suku bunga kredit dasar China untuk masa 1 tahun dan 5 tahun. Kemudian data lainnya yang dirilis di China adalah data indeks harga rumah secara tahunan pada September 2020.

Selain China, di kawasan Eropa, akan rilis data transaksi berjalan pada Agustus 2020, dimana konsensus pasar yang dihimpun oleh Reuters sebesar 26,8 miliar euro.

 

 

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  1. Rilis data suku bunga kredit dasar 1 tahun dan 5 tahun (08:30 WIB)
  2. Rilis data indeks harga rumah China (08:30 WIB)
  3. Rilis data transaksi berjalan zona Eropa periode Agustus (09:00 WIB)
  4. Rilis data penjualan sepeda motor Indonesia periode September (10:30 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (kuartal II-2020 YoY)

-5,32%

Inflasi (September 2020 YoY)

1,42%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Oktober 2020)

4%

Defisit Anggaran (APBN 2020)

-6,34% PDB

Transaksi berjalan (kuartal II-2020)

-1,18% PDB

Neraca pembayaran (kuartal II-2020)

US$ 9,24 miliar

Cadangan devisa (September 2020)

US$ 135,15 miliar


TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular