Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar modal kompak menguat pada perdagangan Senin (16/11/2020) meski lajunya sempat terganggu oleh rilis surplus neraca perdagangan Oktober. Hari ini, sentimen vaksin bakal menyuntik pasar untuk melanjutkan penguatan.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau dengan reli sebesar 0,62% ke 5.494,87. IHSG sempat terbang mencapai 1% pada sesi pagi, tetapi kemudian terpangkas setelah rilis data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa impor Indonesia di bulan Oktober terkontraksi cukup parah.
Nilai ekspor Indonesia tercatat sebesar US$ 14,39 miliar sementara impor senilai US$ 10,78 miliar. Artinya, neraca perdagangan mencatatkan surplus US$ 3,61 miliar. Dibandingkan dengan Oktober 2019 (year-on-year/YoY) ekspor turun 3,29% sedangkan impor anjlok 26,93%.
Di bursa saham, investor asing melakukan aksi jual bersih (net sell) sebanyak Rp 524,84 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 10 triliun. Mereka cenderung merespons negatif kabar surplus neraca perdagangan yang jauh melebihi angka konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia, yakni US$ 2,2 miliar.
Surplus yang semestinya manis karena membantu mengurang defisit transaksi berjalan justru menjadi duri dalam perekonomian Indonesia karena mengindikasikan aktivitas ekonomi yang masih tersendat. Pasalnya, komponen bahan baku dan barang modal mendominasi nilai impor kita dengan porsi mencapai 90%.
Namun bagi rupiah, kabar surplus neraca perdagangan tersebut dinilai positif karena surplus besar berarti cadangan devisa yang meningkat sehingga tekanan rupiah di atas kertas cenderung berkurang dalam jangka menengah.
Kemarin, US$ 1 dibanderol Rp 14.100/US$ di penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,35% melanjutkan penguatan yang telah dicetaknya dalam 6 pekan terakhir. Melansir data Refinitiv, rupiah dibuka menguat 0,35% di pasar spot pagi dan sempat menembus level psikologis 14.000 di Rp 14.095/US$.
Di pasar surat utang, harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat, kecuali SBN tenor 1 tahun. Dilihat dari imbal hasilnya (yield), hampir semua SBN mengalami penurunan yield, tetapi tidak untuk yield SBN tenor 1 tahun yang naik 7,1 basis poin ke level 4,001%.
Sementara itu, yield SBN dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan obligasi negara turun 4,7 basis poin ke level 6,277% pada hari ini. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang naik. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Bursa saham Amerika Serikat (AS) menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Rabu (17/11/2020), menyusul pengumuman hasl uji vaksi Moderna yang membangkitkan optimisme akan pemulihan ekonomi dunia.
Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 470,63 poin (+1,6%) pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB) ke 29.950,44 yang merupakan level tertinggi sepanjang masa. Indeks S&P 500 tumbuh 1,2% ke 3.626,91 dan Nasdaq naik 0,8% ke 11.924,13.
 Foto: Sumber: CNBC |
Moderna melaporkan efektivitas vaksin besutannya mencapai level 94% pada uji coba tahap ketiga. Capaian ini lebih baik dari Pfizer yang vaksinnya memiliki efektivitas 90%. Saham Moderna pun terbang 9,5%.
Saham-saham perbankan juga menguat seperti JP Morgan yang naik 2,85% dan Citigroup serta Wells Fargo yang melesat lebih dari 3%. Sebaliknya, saham yang diuntungkan dari efek pandemi melemah seperti Netflix (-0,8%).
Meski demikian, perkembangan positif vaksin masih dibayangi risiko fundamental terkait penyebaran virus saat ini yang terus meninggi, mengingat vaksin belum tersedia secara masal dalam waktu dekat.
Lebih dari 11 juta kasus Covid-19 terkonfirmasi di AS. Data Covid Tracking Project menunjukkan lebih dari 69.000 orang dirawat di rumah sakit akibat virus corona. Studi National Cancer Institute (INT) di Milan Italia menunjukkan bahwa virus corona menyebar di Italia sejak September 2019, sebagaimana diberitakan Reuters.
Sepekan lalu, indeks Dow Jones yang berisi 30 saham unggulan melesat 4%, menjadi pekan kedua yang mencatatkan reli. Indeks S&P 500 mencetak rekor tertinggi pada Jumat dengan reli sepekan 2,2%. Namun, Nasdaq melemah 0,6%.
Reksa dana berisi saham siklikal yakni iShares Russell 1000 Value exchange-traded fund (IWD) naik 5,7% sepekan lalu, sementara reksa dana berisi saham berpertumbuhan tinggi (mayoritas saham teknologi) yakni iShares Russell 1000 Growth ETF (IWF) ambruk 1,2%.
Namun Dan Russo, Kepala Perencana Pasar Chaikin Analytics menilai pasar bisa mengantisipasi kenaikan tersebut. "Investor terlihat lebih fokus memantau kabar vaksin dan mau mengabaikan lonjakan kasus dalam waktu dekat," tuturnya, sebagaimana dikutip CNBC International.
Vaksin adalah kunci, untuk menangani pandemi yang telah merenggut 1,3 juta jiwa. Seiring dengan kabar positif seputar pengembangan vaksin, harapan pemulihan ekonomi pun kian cerah. Ketika vaksin ditemukan, aktivitas ekonomi diharapkan kembali dibuka sehingga kinerja perusahaan kembali menguat.
Kabar positif vaksin kal ini datang dari Moderna, yang menyatakan hasil uji tahap ketiga menunjukkan bahwa efikasi atau persentase sukarelawan penerima vaksin yang sukses membentuk antibodi telah mencapai 94,5%. Dari 30.000 sukarelawan yang divaksin oleh Moderna, hanya 95 orang yang jatuh sakit ketika terpapar Covid-19.
Moderna menyatakan bahwa vaksinnya masih stabil di suhu 36-46 derajat Fahrenheit (2-8 derajat Celcius), yang merupakan suhu standard kulkas penyimpanan vaksin, hingga 30 hari. Jika disimpan di suhu -20 derajat Celcius, vaksin besutannya itu bisa bertahan hingga 6 bulan. Sebagai perbandingan, vaksin besutan Pfizer harus disimpan di level -70 derajat Celcius.
Pada Agustus 2020 lalu, Moderna mengatakan vaksin tersebut dibanderol seharga US$ 32-US$ 37 per dosis. Namun bila dibeli dalam jumlah besar, harganya bisa jauh lebih murah. Moderna menyatakan siap mengirim sekitar 20 juta dosis vaksin ke pemerintah AS akhir tahun ini dan mengedarkan 500 juta hingga 1 miliar dosis vaksin ke pasar dunia.
Pejabat Balai Obat dan Makanan AS (Food and Drug Administration/FDDA) Alex Azar kepada CNBC International mengatakan bahwa pemerintah akan bergerak "secepat mungkin" untuk memberikan izin edar vaksin Pfizer dan Moderna atas dasar kepentingan darurat.
Sejauh ini, pemerintah AS telah membuat kesepakatan menyerap 400 juta dosis vaksin Moderna, setelah menginvestasikan US$ 955 juta untuk pengembangan vaksin tersebut. Total nilai investasi pengembangan vaksin Moderna mencapai US$ 2,48 miliar.
Kabar ini jelas menjadi angin segar di tengah krisis pandemi, yang telah melumpuhkan perekonomian global karena aktivitas pembatasan sosial untuk menekan penyebaran virus juga secara langsung menekan pergerakan orang, barang, dan jasa.
Imbasnya, kita berpeluang melihat investor jangka pendek dan jangka menengah hari ini akan berdiri satu kubu dengan membeli saham-saham yang bakal mendapatkan kembali tuahnya ketika ekonomi berputar kembali.
Saham perbankan yang kemarin terkoreksi, hari ini bakal terlihat seksi untuk trading jangka pendek maupun jangka menengah. Demikian juga saham maskapai dan energi.
Pfizer menyatakan bahwa vaksin baru bisa diedarkan secara masal secepatnya akhir tahun ini, berbarengan dengan masuknya Joe Biden ke Gedung Putih yang bakal mengurangi tensi perang dagang. Kombinasi dua kabar positif ini bakal mengakselerasi pemulihan ekonomi dunia.
Tidak heran, Wall Street pagi tadi ditutup menyentuh rekor tertinggi barunya. Jika tak ada kejutan, maka tahun depan yang bakal kita gapai dalam kurang dari 2 bulan lagi bakal menjadi awal pemulihan.
Jika anda adalah value investor yang selama ini memegang tunai sembari menunggu situasi, maka ada alasan kuat untuk mulai menyemai benih investasi sebelum aset saham siklikal kian membumbung tinggi diburu pemodal jangka pendek.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- RUPSLB PT Central Proteina Prima Tbk (10:00 WIB)
- Penjualan motor Oktober (10:30 WIB)
- RUPSLB PT Saraswati Anugerah Makmur Tbk (14:00 WIB)
- Indeks Harga Properti Q3 (17:00 WIB)
- Penjualan ritel AS Oktober (20:30 WIB)
- Indeks harga ekspor-impor AS Oktober (20:30 WIB)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan ekonomi (kuartal III-2020 YoY) | -3,49% |
Inflasi (Oktober 2020 YoY) | 1,44% |
BI 7 Day Reverse Repo Rate (Oktober 2020) | 4% |
Defisit Anggaran (APBN 2020) | -6,34% PDB |
Transaksi berjalan (kuartal II-2020) | -1,18% PDB |
Neraca pembayaran (kuartal II-2020) | US$ 9,24 miliar |
Cadangan devisa (Oktober 2020) | US$ 133,7 miliar |
TIM RISET CNBC INDONESIA