Newsletter

Kabar Gembira, RI (Mungkin) Tak Akan Resesi!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 July 2020 05:59
Bursa saham Amerika Serikat (AS)  Wall Street
Ilustrasi Bursa Saham New York (AP Photo/Richard Drew)

Beralih ke bursa saham New York, tiga indeks utama ditutup melemah. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,77%, S&P 500 minus 0,65%, dan Nasdaq Composite ambles 1,27%.

Kemarin, Wall Street menguat setelah ada harapan stimulus fiskal baru senilai US$ 1 yang diajukan oleh kubu Partai Republik di House of Representaives (salah satu dari dua kamar legistatif di AS). Namun proposal ini tidak berjalan mulus.

Pihak Partai Demokrat di House menilai proposal Republik terlalu cemen. Demokrat ingin agar nilai stimulus lebih besar lagi, yaitu US$ 3 triliun.

Bahkan kubu Republik di Senat juga tidak sepakat dengan proposal yang diajukan koleganya di House. Randall 'Rand' Paul, Senator Negara Bagian Kentucky dari Partai Republik, menilai uang yang dikeluarkan untuk penanganan virus corona sudah terlalu banyak.

"Saya tidak mau lagi berutang triliunan dolar," ujarnya, seperti dikutip dari Reuters.

Mandeknya proposal stimulus ini membuat penonton, eh investor, kecewa. Padahal rakyat AS butuh kepastian dalam waktu dekat, karena program Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebesar US$ 600 per pekan akan segera berakhir.

Tanpa BLT, dan lapangan kerja yang masih terbatas, dikhawatirkan konsumsi rumah tangga di Negeri Paman Sam bakal terganggu. Kala konsumsi rumah tangga bermasalah, sulit berharap ekonomi bisa pulih. Maklum, konsumsi rumah tangga menyumbang hampir 70% dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB).

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular