
Kabar Gembira, RI (Mungkin) Tak Akan Resesi!

Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama dan yang paling utama tentu soal pandemi virus corona.
Di Indonesia, penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini agak mengkhawatirkan. Per 28 Juli, jumlah pasien positif corona tercatat 102.051 orang, bertambah 1.748 orang (1,74%) dibandingkan sehari sebelumnya.
Dalam dua hari terakhir, terlihat penambahan pasien baru mengalami peningkatan. Dua hari lalu, jumlah kasus corona bertambah 1.525 (1,54%).
Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, menyatakan bahwa pagebluk virus corona masih akan menjadi sumber ketidakpastian, setidaknya sampai tahun depan. Selagi virus corona masih bergentayangan, maka aktivitas masyarakat tidak akan kembali normal sehingga menghambat laju roda perekonomian.
"Recovery atau pemulihan ekonomi global sangat tidak pasti akibat Covid-19. Beberapa lembaga internasional memperkirakan pemulihan ekonomi akan cukup cepat untuk tahun depan, dengan asumsi tahun ini menurunnya sangat tajam. Namun kita melihat bahwa lembaga-lembaga tersebut terus-menerus melakukan revisi pemulihan ekonomi 2020-2021," papar Sri Mulyani.
Sentimen kedua, investor perlu mencermati perkembangan nilai tukar dolar AS. Setelah 'teraniaya' cukup lama, mata uang Negeri Paman Sam mulai bangkit.
Pada pukul 04:15 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,09%. Pasar kembali melirik dolar AS yang memang sudah melemah tajam. Dalam sepekan terakhir, Dollar Index sudah ambrol 1,42%.
Kebangkitan dolar AS, jika bertahan sepanjang hari, menjadi alarm tanda bahaya bagi rupiah. Apalagi mata uang Ibu Pertiwi sudah menguat tajam dalam sepekan terakhir. Jadi jangan heran kalau rupiah akan cooling down dulu hari ini.
(aji/aji)