
Newsletter
Kasus Corona di AS, China, dan Korea Naik! Gelombang Kedua..?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 May 2020 05:39

Beralih ke bursa saham New York di Wall Street, tiga indeks utama ditutup bervariasi cenderung menguat. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,45%, tetapi S&P dan Nasdaq Composite mampu menguat masing-masing 0,01% dan 0,78%.
Sentimen pembukaan kembali (reopening) aktivitas ekonomi masih ampuh menjadi sentimen positif di pasar. Apalagi kemudian datang kabar bahwa Tesla, pabrikan mobil listrik ternama besutan Elon Musk, akan kembali berproduksi. Surat elektronik perusahaan kepada para karyawan menyebutkan operasional akan segera dimulai dan karyawan yang dirumahkan bisa bekerja kembali.
"Kami senang Anda bisa kembali bekerja dan kami akan menerapkan rencana agar Anda tetap aman," demikian petikan surat tersebut, seperti diwartakan Reuters.
Musk memang sangat menentang karantina wilayah (lockdown) di California, tempat satu-satunya pabrik Tesla di AS berdiri. Bahkan Tesla sampai mengajukan gugatan hukum kepada pemerintah Kota Alamada karena membuat aktivitas mereka terhenti dan karyawan tidak bisa bekerja. Tidak hanya itu, Musk mengancam akan memindahkan pabrik ke daerah lain jika tidak ada kepastian kapan aktivitas bisa dibuka kembali.
"Jujur, ini adalah peringatan terakhir. Tesla akan memindahkan kantor pusat dan rencana produksi ke Texas/Nevada sesegera mungkin. Jika kami mempertahankan pabrik di Fremont, maka akan sangat tergantung bagaimana Tesla diperlakukan. Tesla adalah pabrikan mobil terakhir yang tersisa di California," cuit Musk belum lama ini.
Akan tetapi, ada kekhawatiran yang menghantui benak investor. Kekhawatiran yang membuat DJIA terkoreksi dan S&P 500 hanya menguat tipis.
Pelaku pasar cemas terhadap risiko gelombang kedua serangan virus corona. Data US Centers for Disease Control and Prevention menyebutkan, jumlah pasien corona di Negeri Adidaya per 10 Mei adalah 1.300.696 orang. Naik 2,09% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Kenaikan 2,09% sedikit lebih tinggi dari laju kenaikan harian pada 9 Mei yaitu 2,08%. Oleh karena itu, timbul ketakutan bahwa AS akan masuk ke jurang second wave outbreak dari virus corona.
Risiko ke arah sana sangat nyata, karena pelonggaran social distancing membuat intensitas interaksi dan kontak antar-manusia meningkat. Padahal virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini sangat menyukai kerumunan.
"Tidak ada yang tahu bagaimana krisis kesehatan ini bisa terselesaikan, tidak ada yang punya buku panduannya. Tanpa buku panduan, kepastian menjadi barang langka sehingga pasar menjadi bimbang," kata David Carter, Chief Investment Officer di Lenox Wealth Advisors yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.
(aji/aji)
Sentimen pembukaan kembali (reopening) aktivitas ekonomi masih ampuh menjadi sentimen positif di pasar. Apalagi kemudian datang kabar bahwa Tesla, pabrikan mobil listrik ternama besutan Elon Musk, akan kembali berproduksi. Surat elektronik perusahaan kepada para karyawan menyebutkan operasional akan segera dimulai dan karyawan yang dirumahkan bisa bekerja kembali.
"Kami senang Anda bisa kembali bekerja dan kami akan menerapkan rencana agar Anda tetap aman," demikian petikan surat tersebut, seperti diwartakan Reuters.
Musk memang sangat menentang karantina wilayah (lockdown) di California, tempat satu-satunya pabrik Tesla di AS berdiri. Bahkan Tesla sampai mengajukan gugatan hukum kepada pemerintah Kota Alamada karena membuat aktivitas mereka terhenti dan karyawan tidak bisa bekerja. Tidak hanya itu, Musk mengancam akan memindahkan pabrik ke daerah lain jika tidak ada kepastian kapan aktivitas bisa dibuka kembali.
"Jujur, ini adalah peringatan terakhir. Tesla akan memindahkan kantor pusat dan rencana produksi ke Texas/Nevada sesegera mungkin. Jika kami mempertahankan pabrik di Fremont, maka akan sangat tergantung bagaimana Tesla diperlakukan. Tesla adalah pabrikan mobil terakhir yang tersisa di California," cuit Musk belum lama ini.
Akan tetapi, ada kekhawatiran yang menghantui benak investor. Kekhawatiran yang membuat DJIA terkoreksi dan S&P 500 hanya menguat tipis.
Pelaku pasar cemas terhadap risiko gelombang kedua serangan virus corona. Data US Centers for Disease Control and Prevention menyebutkan, jumlah pasien corona di Negeri Adidaya per 10 Mei adalah 1.300.696 orang. Naik 2,09% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Kenaikan 2,09% sedikit lebih tinggi dari laju kenaikan harian pada 9 Mei yaitu 2,08%. Oleh karena itu, timbul ketakutan bahwa AS akan masuk ke jurang second wave outbreak dari virus corona.
Risiko ke arah sana sangat nyata, karena pelonggaran social distancing membuat intensitas interaksi dan kontak antar-manusia meningkat. Padahal virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini sangat menyukai kerumunan.
"Tidak ada yang tahu bagaimana krisis kesehatan ini bisa terselesaikan, tidak ada yang punya buku panduannya. Tanpa buku panduan, kepastian menjadi barang langka sehingga pasar menjadi bimbang," kata David Carter, Chief Investment Officer di Lenox Wealth Advisors yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular