
Newsletter
Kasus Corona di AS, China, dan Korea Naik! Gelombang Kedua..?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 May 2020 05:39

Sentimen kedua adalah perkembangan di pasar komoditas, terutama minyak. Pada pukul 04:13 WIB, harga minyak jenis brent anjlok sampai 4,33% sementara light sweet berkutang hampir 1%.
Koreksi harga minyak mencerminkan pesimisme pelaku pasar terhadap prospek pemulihan ekonomi global akibat risiko gelombang serangan kedua virus corona. Bahkan langkah Arab Saudi yang memangkas produksi tidak bisa menghapus kekhawatiran tersebut.
Mulai bulan depan Arab Saudi berencana menurunkan produksi 4,8 juta barel/hari. Ini membuat produksi minyak di Negeri Padang Pasir menjadi 7,49 juta barel/hari, terendah selama hampir 20 tahun.
Perkembangan harga minyak bisa menambah volatilitas di pasar keuangan. Saat pasar dilanda ketidakpastian, investor akan cenderung bermain aman dan menghindari aset-aset berisiko di negara berkembang seperti Indonesia.
Sentimen ketiga, investor patut mencermati perkembangan nilai tukar dolar AS. Pada pukul 05:29 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) melonjak 1,22% dan berada di atas 100.
Lagi-lagi kekhawatiran pasar terhadap risiko second wave outbreak virus corona membuat dolar AS menjadi buruan utama. Dalam kondisi tidak menentu, paling aman memang memegang uang tunai. Bukan sembarang uang tunai, tetapi dolar AS yang diterima di seluruh dunia.
"Pelaku pasar mencemaskan reopening yang mungkin terlalu cepat sehingga bisa menyebabkan gelombang serangan kedua dari virus corona. Ini membuat investor terus bersikap hati-hati," sebut riset Action Economics.
Ketika preferensi investor lebih ke bermain aman dengan memeluk dolar AS, maka akan menjadi pertanda buruk bagi pasar keuangan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Arus modal bakal seret sehingga menghambat laju IHSG dkk.
(aji/aji)
Koreksi harga minyak mencerminkan pesimisme pelaku pasar terhadap prospek pemulihan ekonomi global akibat risiko gelombang serangan kedua virus corona. Bahkan langkah Arab Saudi yang memangkas produksi tidak bisa menghapus kekhawatiran tersebut.
Mulai bulan depan Arab Saudi berencana menurunkan produksi 4,8 juta barel/hari. Ini membuat produksi minyak di Negeri Padang Pasir menjadi 7,49 juta barel/hari, terendah selama hampir 20 tahun.
Perkembangan harga minyak bisa menambah volatilitas di pasar keuangan. Saat pasar dilanda ketidakpastian, investor akan cenderung bermain aman dan menghindari aset-aset berisiko di negara berkembang seperti Indonesia.
Sentimen ketiga, investor patut mencermati perkembangan nilai tukar dolar AS. Pada pukul 05:29 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) melonjak 1,22% dan berada di atas 100.
Lagi-lagi kekhawatiran pasar terhadap risiko second wave outbreak virus corona membuat dolar AS menjadi buruan utama. Dalam kondisi tidak menentu, paling aman memang memegang uang tunai. Bukan sembarang uang tunai, tetapi dolar AS yang diterima di seluruh dunia.
"Pelaku pasar mencemaskan reopening yang mungkin terlalu cepat sehingga bisa menyebabkan gelombang serangan kedua dari virus corona. Ini membuat investor terus bersikap hati-hati," sebut riset Action Economics.
Ketika preferensi investor lebih ke bermain aman dengan memeluk dolar AS, maka akan menjadi pertanda buruk bagi pasar keuangan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Arus modal bakal seret sehingga menghambat laju IHSG dkk.
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular