
Newsletter
Corona Meminta Tumbal, Habis Harga Minyak Minus, Apa Lagi?
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
22 April 2020 06:21

Harga si emas hitam yang anjlok tak hanya membebani pasar keuangan saja. Harga bahan bakar fosil lain serta produk substitusinya yang dibayangi pelemahan permintaan di tengah pandemi juga mengalami penurunan signifikan.
Sentimen negatif dari anjloknya harga minyak juga memicu pelemahan harga batu bara. Kemarin harga batu bara termal kontrak acuan Newcastle (6.000 Kcal/Kg) anjlok lebih dari 5%. Harga batu bara makin mendekati level US$ 50/ton dan menjadi level terendah sejak Juni 2016.
Anjloknya harga batu bara termal perlu diwaspadai karena berpotensi membuat saham-saham emiten batu bara RI yang portofolio produknya didominasi oleh batu bara berkalori tinggi (> 6.000 Kcal/Kg) akan ikut tertekan. Pasalnya harga batu bara di 2019 saja untuk jenis termal sudah anjlok 30% lebih.
Di sisi lain tekanan pada harga minyak juga menjadi sentimen negatif untuk komoditas minyak sawit mentah (CPO). CPO merupakan salah satu bahan baku dalam pembuatan biodiesel yang menjadi produk substitusi minyak. Sehingga pergerakan harga minyak akan menjadi sentimen bagi pergerakan harga CPO.
Kemarin, harga CPO kontrak pengiriman Juli 2020 di Bursa Malaysia Derivatif (BMD) anjlok lebih dari 7% menyusul melorotnya harga minyak. Kini CPO dibanderol di rentang harga RM 2.000/ton atau setara dengan harga awal tahun lalu.
Krisis energi yang terjadi di tengah pandemi COVID-19 semakin menunjukkan bahwa perekonomian global sedang mengalami badai yang dahsyat. Ketika perekonomian terguncang, aset-aset minim risiko menjadi diminati. Dan kali ini fenomena itu muncul lagi.
Kejatuhan harga minyak juga membuat pasar panik dan memburu aset safe haven seperti obligasi pemerintah AS dan dolar. Penurunan imbal hasil surat utang pemerintah AS bertenor 10 tahun dan menguatnya indeks dolar adalah indikatornya.
Virus corona memang buas dan kejam. Bukan hanya nyawa manusia saja yang ia minta. Virus jahat ini juga meminta tumbal lain. Korbannnya siapa lagi kalau bukan pasar keuangan, komoditas hingga perekonomian.
Dengan segenap sentimen negatif ini dan mood di pasar cenderung menghindari risiko (risk averse) dan mencari perlindungan karena corona mulai mencari tumbal lagi, maka bursa saham Asia dan Indonesia berpotensi tertekan lagi. Keperkasaan dolar AS pun berpotensi menumbangkan mata uang lainnya termasuk rupiah.
(twg/twg)
Sentimen negatif dari anjloknya harga minyak juga memicu pelemahan harga batu bara. Kemarin harga batu bara termal kontrak acuan Newcastle (6.000 Kcal/Kg) anjlok lebih dari 5%. Harga batu bara makin mendekati level US$ 50/ton dan menjadi level terendah sejak Juni 2016.
Anjloknya harga batu bara termal perlu diwaspadai karena berpotensi membuat saham-saham emiten batu bara RI yang portofolio produknya didominasi oleh batu bara berkalori tinggi (> 6.000 Kcal/Kg) akan ikut tertekan. Pasalnya harga batu bara di 2019 saja untuk jenis termal sudah anjlok 30% lebih.
Di sisi lain tekanan pada harga minyak juga menjadi sentimen negatif untuk komoditas minyak sawit mentah (CPO). CPO merupakan salah satu bahan baku dalam pembuatan biodiesel yang menjadi produk substitusi minyak. Sehingga pergerakan harga minyak akan menjadi sentimen bagi pergerakan harga CPO.
Kemarin, harga CPO kontrak pengiriman Juli 2020 di Bursa Malaysia Derivatif (BMD) anjlok lebih dari 7% menyusul melorotnya harga minyak. Kini CPO dibanderol di rentang harga RM 2.000/ton atau setara dengan harga awal tahun lalu.
Krisis energi yang terjadi di tengah pandemi COVID-19 semakin menunjukkan bahwa perekonomian global sedang mengalami badai yang dahsyat. Ketika perekonomian terguncang, aset-aset minim risiko menjadi diminati. Dan kali ini fenomena itu muncul lagi.
Kejatuhan harga minyak juga membuat pasar panik dan memburu aset safe haven seperti obligasi pemerintah AS dan dolar. Penurunan imbal hasil surat utang pemerintah AS bertenor 10 tahun dan menguatnya indeks dolar adalah indikatornya.
Virus corona memang buas dan kejam. Bukan hanya nyawa manusia saja yang ia minta. Virus jahat ini juga meminta tumbal lain. Korbannnya siapa lagi kalau bukan pasar keuangan, komoditas hingga perekonomian.
Dengan segenap sentimen negatif ini dan mood di pasar cenderung menghindari risiko (risk averse) dan mencari perlindungan karena corona mulai mencari tumbal lagi, maka bursa saham Asia dan Indonesia berpotensi tertekan lagi. Keperkasaan dolar AS pun berpotensi menumbangkan mata uang lainnya termasuk rupiah.
(twg/twg)
Next Page
Simak Data dan Agenda Berikut
Pages
Most Popular